Akan tetapi, tentu saja jika RG tidak menjelaskan defenisi fiksi yang ia maksud, saya akan tersinggung, apalagi apabila ia secara langsung menunjuk kita suci saya: Al Qur an.
Namun sekali lagi, seharusnya kita berterimakasih kepada RG.
RG menjelaskan kata Fiksi yang ia maksud, kata fiksi yang dilawankan dengan realita, bukan dengan fakta. Fiksi tidak sama dengan fiktif, fiksi itu baik sedangkan fiktif itu buruk, karena fiktif itu bohong.
Jadi, (menurut saya) mengapa saya mengatakan harus berterimakasih kepada RG?
Adalah karena RG menyuruh kita untuk berpikir lebih kritis lagi, lebih banyak membaca lagi, lebih banyak belajar, seperti yang telah dijelaskan dan diperintahkan didalam Al Qur-an itu sendiri:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al 'Alaq: 1-5).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H