Mohon tunggu...
Fery Deddy Fahriza
Fery Deddy Fahriza Mohon Tunggu... Lainnya - Music is my soul

Without deviation from the norm, progress is not possible by Frank Zappa

Selanjutnya

Tutup

Money

Makin Mantap Hilirisasi, Mineral Lainnya akan Menyusul Stop Ekspor Mentahnya

31 Januari 2022   16:13 Diperbarui: 31 Januari 2022   16:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potensi sumber daya alam Indonesia melimpah ruah. Semesta Yang Esa meruahkan rahmat-Nya kepada kita umat-Nya. Namun, telah begitu lama negeri timur ini tidak menikmati secara utuh dari hasil potensinya tersebut. Sudah lama kita terjerembab dalam sebuah ego kepuasan untuk menjual 'tanah air'.

Kita punya sawit, sawit kita petik, lalu dijual. Kita ada batu bara, kita keruk secara dalam dan kita jual. Pertanyaannya satu. Mengapa kita tidak memberanikan diri untuk memulai sebuah keberanian tersebut? Berani untuk mengoptimalkan segenap potensi kekayaan yang kita miliki.

 Tidak mudah, apalagi instan. Dibutuhkan proses dan kesabaran lebih dalam mewujudkan hal baik tersebut. Hal baik untuk memberikan nilai tambah pada setiap kekayaan alam yang kita miliki. Dan, jawabannya adalah hilirisasi industri dalam semangat industrialisasi.

Negeri emas yang kita cintai ini, sedang gencar-gencarnya melakukan hilirisasi industri. Salah satu bagian dari program hilirisasi industri adalah sebuah ketegasan dari pemimpin tertinggi republik ini. Ketegasan yang menghasilkan buah-buah kebijakan. Presiden Joko Widodo menegaskan dan menerapkan kebijakan bahwa ekspor raw-material/ 'tanah air' sudah sepatutnya tidak terjadi lagi.

Setelah nikel dihentikan ekspor barang mentahnya, kini Presiden kembali menegaskan akan hentikan ekspor bauksit. 

Dalam sebuah acara yang digelar Sabtu (29/01), Presiden Jokowi mengatakan bahwa berkat hilirisasi industri nilai tambah di dalam negeri menjadi sangat besar. Seperti yang terjadi pada komoditas nikel. Hilirisasi nikel yang sudah dilakukan sejak 2015, senyatanya sudah memberikan dampak signifikan, baik dari sisi ekspor maupun dari sisi neraca perdagangan. Hasilnya, Indonesia terkerek berkat hilirisasi nikel.

Panglima Tertinggi Republik Indonesia tersebut mengungkap bahwa ekpsor besi-baja di tahun 2021 mencapai US$20,9 miliar atua kira-kira Rp300 triliun. Meningkat dari harga di 2014 yaitu hanya US$1,1 miliar.

Melihat melonjaknya peningkatan tersebut, Presiden Jokowi pun menyampaikan bahkan nantinya tak hanya nikel yang dihentikan ekspor, namun juga bauksit, tembaga, timah atau bahkan emas. Komoditas-komoditas yang sebelumnya biasa diekspor dalam bentuk raw material.

Dan tak hanya di pertambangan, sektor lainnya seperti pertanian dan peternakan juga akan diperkuat program hilirisanya. Nilai tambah tentunya bisa dinikmati petani dan peternak serta  bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Bahkan, di tahun 2022, diperkirakan ekspor khusus nikel mencapai US$28-US$30 miliar atau sekitar Rp420 triliun.

Tak hanya itu, upaya pendukung program hilirisasi yaitu investasi juga akan didorong pertumbuhannya oleh pemerintah.

Pesan Jokowi untuk Negara Global yang Masih Inginkan SDA RI

Kebijakan stop ekspor nikel sempat membuat kehebohan di negara global terutama negara-negara Uni Eropa yang bahkan menggugat persoalan ini ke WTO (World Trade Organization) atau organisasi perdagangan dunia.

Jokowi pun kala itu merespon kejadian ini dengan tetap tegas pada permintaannya, yaitu tetap stop ekspor nikel. Bila negara global masih menginginkan nikel, maka mereka harus terlebih dahulu mengolahnya di Tanah Air. Khususnya negara-negara di Benua Biru, Jokowi berpesan bahwa mereka masih bisa mendapatkan nikel asal membawa pabrik, industri dan teknologinya ke Indonesia. 

Lalu Presiden RI tersebut mencontohkan di industri kendaraan listrik, proses pengolahan nikel menjadi baterai dilakukan di dalam negeri, nantinya baterai hingga pembuatan kendaraan tersebut boleh diboyong ke negara investor. Lalu apakah penghentian ekspor bauksit mentah akan terwujud?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun