Mohon tunggu...
Deddy Wijatmiko
Deddy Wijatmiko Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler

Urip iku kudu urup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan untuk Rani

4 April 2024   15:01 Diperbarui: 4 April 2024   15:06 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gambar ilustrasi  (kathleen-macgregor--KmH40LYC7M-unsplash)

Juni 2020..

Aliran air hujan mengalir di celukan-celukan sebuah jalan bebatuan. Menuju  ke sebuah tempat yang indah. Sebuah perkampungan dengan panorama yang asri, berhawa sejuk serta banyaknya bukit menghijau di sekelilingnya. Di sana tinggallah seorang pemuda bernama Joni. Ia adalah seorang seniman dengan bakat melukis yang  luar biasa.

Setiap hari, Joni menghabiskan waktu di sebuah ruangan sempit yang penuh coretan warna-warni di hampir setiap sisi dindingnya. Ruangan yang biasa dia sebut bengkel seni.

Di sisi barat bengkel itu, tinggallah seorang wanita muda bernama Rani. Seorang kolumnis, penulis puisi dan novelis yang  cerdas. Dia kerap menghabiskan waktu di kedai kopi persis di depan bengkel Joni, menulis di sebuah buku sambil menikmati secangkir kopi.

Karena berseberangan jalan, Joni dan Rani sering tak sengaja bertatap mata di tempat ini, tapi tidak pernah melakukan apa pun selain menyapa dan tersenyum dari kejauhan.

Namun, setiap  mata mereka bertemu, entah ada sesuatu yang sulit dijelaskan.

Joni menyukai senyum manis Rani,  terpesona dengan mata yang berbinar saat  membicarakan ide, gagasan tulisan serta saat mencurahkan semua imajinasinya. Sebuah kecantikan alami yang tak akan mudah tertandingi walau mungkin 100 tahun lagi.

Akhirnya mereka berkenalan, semakin dekat dan semakin tahu pribadi masing-masing. Mulailah ada benih cinta di hati Joni. Begitu pun Rani. Tampak dari mata dan gaya bicara keduanya. Namun tak pernah terdengar ungkapan cinta atau janji untuk bersama di setiap obrolan mereka

Semenjak perkenalan itu, Joni sering sekali melukis sosok wanita. Sepertinya dia mendapat kesan ingin mempersembahkan karyanya untuk Rani, sebagai cara untuk mengungkapkan rasa cintanya.

 Lukisannya dipenuhi coretan warna-warni, setiap guratan mencerminkan kecantikan Rani di mata Joni.

 

Di sisi lain, Rani juga merasakan getaran cinta yang sama pada  Joni.

Setiap kali  melewati bengkel Joni, ia merasa terpesona dengan aura magis yang terpancar dari setiap lukisan Joni.

Ia pun merasa tokoh-tokoh dalam novelnya hidup dalam lukisan, dan setiap saat ia merasa terhubung dengan dunia  kreativitas dan imajinasi Joni.

Namun..

meski cinta mereka tampak begitu nyata, mereka berdua memilih  membiarkan cinta itu berkuasa di  hati mereka tanpa berusaha untuk memiliki satu sama lain.

Seolah mereka hanya menikmati momen -- momen di saat mereka saling pandang, saling senyum, tanpa mereka wujudkan sebagai ikatan resmi.

 Beberapa bulan kemudian, Rani tak pernah terlihat lagi. Tak tampak lagi seorang gadis cantik yang selalu tersenyum di depan bengkel Joni. Ternyata Rani telah menikah. Dia di jodohkan orang tuanya dan di bawa ke rumah suaminya di luar kota.

Ooo.. jadi ini mungkin yang menjadikan Joni atau pun Rani tak pernah mengucapkan cinta.  Karena Joni tahu akan hal perjodohan ini. Karena itu mereka hanya menikmati saat-saat bersama, mungkin selagi bisa bersama.

Joni tahu bahwa cinta itu tidak wajib bersanding.. Dia paham bahwa mencintai seseorang tidak selalu berarti harus memilikinya.

Mereka menyadari bahwa cinta sejati tidak selalu berarti kebersamaan secara fisik. Mereka memilih untuk menghargai kehadiran orang lain dalam hidupnya tanpa meski itu terasa menyesakkan.

Kadang seniman menunjukkan keanehannya sebagai sisi lain manusia.

*****

3 tahun berlalu, 14 Oktober 2023 , setelah 10.000 kilometer terpisah.

Ketika matahari bersinar tepat di ubun-ubun.  Joni kembali sibuk  melukis. Idealismenya dan rasa cintanya tak pernah berubah, Imajinasinya selalu tertuju pada kecantikan wajah seorang wanita yang begitu terpahat di hatinya. Lukisan itu hampir selesai.

Dia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk lukisan itu. Seolah berupaya menciptakan karya seni terindah yang pernah dia buat. Demi orang yang spesial. Sempat dia tuliskan coretan di sisi bawah lukisannya yang berbunyi, "Lukisan untuk Rani".

 Joni menggambarkan bahwa lukisannya merupakan simbol  cinta dan keindahan yang terus bersemi di hatinya, meski jarak memisahkannya entah kapan lagi bertatap muka atau sekedar bertegur sapa..

Tiba-tiba..

Sesosok wanita berambut panjang tergerai berjalan di antara deretan toko. Berhentilah perempuan berparas cantik itu di depan bengkel lukis itu. Pandangan matanya tajam tertuju ke sebuah lukisan  yang belum benar -- benar sempurna. Dia terpesona oleh keindahannya. Terperanjat oleh getaran dalam  sanubarinya. Merasakan getaran-getaran itu, meski tak pernah sekalipun terngiang di telinganya kata-kata cinta. Wanita itu adalah Rani

 Ia merasakan getaran  yang kuat di dalam hatinya, merasakan cinta yang tak terlukiskan yang telah terkubur sekian lama  di dalam dirinya.

 Joni dan Rani saling berpandangan, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka tahu bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang nyata dan abadi, meskipun mereka belum pernah saling memiliki secara utuh.

 

Hari-hari berlalu dan cinta mereka tumbuh bagaikan bunga yang terus bermekaran di taman yang subur.

Saat matahari terbenam di ufuk barat, Joni dan Rani sedang duduk bersama di tepi danau, menatap langit yang berwarna-warni. Mereka membiarkan keheningan melebur dalam kehadiran satu sama lain, merasakan getaran cinta  mengalir di antara mereka

Di tengah suara air yang mengalir dan aroma bunga yang bermekaran, Joni dan Rani menemukan arti cinta yang sebenarnya, mereka menyadari bahwa cinta sejati adalah  memberi, bukan  memiliki. Tentang melepaskan ego dan menemukan kedamaian di hadapan satu sama lain, dan tidak mengharapkan apa pun selain kebahagiaan masing-masing. Cinta juga merupakan keikhlasan tentang memberikan kebebasan kepada orang yang kita cintai dan membiarkan mereka bersinar dengan keindahan serta  keunikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun