Mohon tunggu...
Deddy Wijatmiko
Deddy Wijatmiko Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler

Urip iku kudu urup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukisan untuk Rani

4 April 2024   15:01 Diperbarui: 4 April 2024   15:06 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang seniman menunjukkan keanehannya sebagai sisi lain manusia.

*****

3 tahun berlalu, 14 Oktober 2023 , setelah 10.000 kilometer terpisah.

Ketika matahari bersinar tepat di ubun-ubun.  Joni kembali sibuk  melukis. Idealismenya dan rasa cintanya tak pernah berubah, Imajinasinya selalu tertuju pada kecantikan wajah seorang wanita yang begitu terpahat di hatinya. Lukisan itu hampir selesai.

Dia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk lukisan itu. Seolah berupaya menciptakan karya seni terindah yang pernah dia buat. Demi orang yang spesial. Sempat dia tuliskan coretan di sisi bawah lukisannya yang berbunyi, "Lukisan untuk Rani".

 Joni menggambarkan bahwa lukisannya merupakan simbol  cinta dan keindahan yang terus bersemi di hatinya, meski jarak memisahkannya entah kapan lagi bertatap muka atau sekedar bertegur sapa..

Tiba-tiba..

Sesosok wanita berambut panjang tergerai berjalan di antara deretan toko. Berhentilah perempuan berparas cantik itu di depan bengkel lukis itu. Pandangan matanya tajam tertuju ke sebuah lukisan  yang belum benar -- benar sempurna. Dia terpesona oleh keindahannya. Terperanjat oleh getaran dalam  sanubarinya. Merasakan getaran-getaran itu, meski tak pernah sekalipun terngiang di telinganya kata-kata cinta. Wanita itu adalah Rani

 Ia merasakan getaran  yang kuat di dalam hatinya, merasakan cinta yang tak terlukiskan yang telah terkubur sekian lama  di dalam dirinya.

 Joni dan Rani saling berpandangan, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka tahu bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang nyata dan abadi, meskipun mereka belum pernah saling memiliki secara utuh.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun