"Saya sudah siap membeli rumah di daerah sini. Tetapi saya belum menemukannya. Saya berharap dapat menemukan rumah yang strategis dan tidak jauh dari masjid, insya Alloh saya akan mencoba untuk memulai berdagang kecil-kecilan disini" Firman melanjutkan pembicaraanya
"Maaf mas Firman, apakah semua ini dari bantuan orang tua mas Firman ?" Tanya mas Erwin
"Alhamdulillah, tidak mas. Saya sudah terbiasa berdagang sejak lulus dari SMA. Bahkan Ayah dan Bunda saya cukup terkejut dengan perkembangan saya. Kiriman bulanan selama saya kuliah, saya gunakan untuk berdagang, hingga saya diberi karunia bisa membeli kios pakaian di Jakarta, yang dikelola oleh keluarga sahabat saya Asnami Ambo orang Makasar. Alhamdulillah biaya skirpsi hingga wisuda bisa saya atasi sendiri, kiriman orang tua saya telah saya kembalikan pada Bunda dihari saya wisuda, hal inilah yang membuatnya terharu, melebihi kebahagiaan atas wisuda saya" Firman mulai membuka dirinya
"Wah.. jarang orang seperti anda mas" jawab mas Erwin dengan senyum puas. Mas Erwin merasa, Acik akan berada ditangan orang yang bertanggungjawab
"Keluarga mas Erwin yang jarang ada. Ketegaran menghadapi masalah, dan keterbukaan menerima kritik, adalah hal yang sudah langka saat ini" jawab Firman sambil mengangguk hormat pada mbak Asih.
"Ah.. mas Firman bisa saja", mbak Asih segera menjawab sambil tersenyum ramah.
"Baiklah mas Erwin, mbak Asih, dan Acik. Waktu sudah mendekati maghrib, saya mohon diri dulu. Kelanjutan dari pembicaraan kita, sepenuhnya saya serahkan pada mas Erwin sekeluarga. Assalamu'alaikum" Firman berpamitan, setelah bersalaman dengan mas Erwin, dia bergegas menuju masjid dengan wajah gembira.
Dalam langkahnya yang makin mantap, hati Firman terus bertasbih dan bertahmid, ada kebahagiaan besar dihatinya, kebahagiaan melengkapi sunah Rasulullah yang dicintainya, dia akan segera menikah.
===#**#> * T * A * M * A * T* <#**#===
ECR#3
KLIK link dibawah ini untuk cerita selanjutnya : Lambaian Janur Kuning (3), kolaborasi dengan Mbak Asih