Mohon tunggu...
dedah ningrum
dedah ningrum Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Gizi dan Diet di prodi keperawatan UPI Sumedang

Hobi menulis, membaca, nonton film, berenang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Lifelong Learning, Pembelajaran Sepanjang Hayat di Era Digital

2 Oktober 2024   01:35 Diperbarui: 4 Oktober 2024   14:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Delapan tahapan pertumbuhan manusia. (Sumber via kompas.com)

Di era digital yang berkembang pesat, konsep lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hayat semakin mendapatkan tempat di masyarakat. 

Pendidikan tidak lagi terbatas pada masa sekolah atau bangku kuliah, tetapi menjadi sebuah proses berkelanjutan yang berlangsung seumur hidup. 

Sedangkan di tengah kemajuan teknologi, setiap individu kini memiliki kesempatan yang lebih luas untuk terus belajar dan berkembang, tanpa batasan waktu atau tempat.

Lifelong learning adalah pendekatan yang penting di era ini karena perubahan teknologi yang begitu cepat menuntut kita untuk selalu beradaptasi. 

Keterampilan yang relevan beberapa tahun lalu mungkin kini telah usang, digantikan oleh pengetahuan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman. 

Inilah mengapa pembelajaran sepanjang hayat menjadi solusi untuk memastikan bahwa kita selalu siap menghadapi tantangan baru, baik dalam karier, kehidupan pribadi, maupun hubungan sosial.

Teknologi menjadi katalis utama dalam mendukung lifelong learning. Dengan hadirnya internet dan berbagai perangkat digital, akses terhadap informasi kini terbuka lebar. 

Kursus online, aplikasi mobile pembelajaran, webinar, hingga media sosial, semuanya menawarkan beragam sumber pengetahuan yang dapat diakses kapan saja. 

Kalau di platform seperti Coursera, Udemy, dan Khan Academy, orang dapat mempelajari berbagai topik yang sesuai dengan minat mereka, mulai dari ilmu pengetahuan, bahasa, hingga keterampilan praktis. 

Selain itu, aplikasi seperti Duolingo memungkinkan seseorang belajar bahasa baru hanya dengan beberapa menit setiap harinya, sambil menunggu atau bersantai.

Dalam konteks yang lebih luas, media sosial juga memainkan peran signifikan dalam proses pembelajaran. Akun-akun edukatif di platform seperti YouTube dan Instagram menawarkan informasi berharga dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami. 

Gen Z, khususnya, memanfaatkan ini dengan sangat baik, mengikuti akun-akun yang memberikan pengetahuan baru dan relevan dengan kehidupan mereka. Informasi mengenai keuangan, kesehatan, bahkan teknik memasak, bisa diakses dengan mudah melalui media sosial.

Namun, meski teknologi telah mempermudah akses, motivasi pribadi tetap menjadi tantangan terbesar dalam lifelong learning. Tidak ada lagi jadwal yang mengharuskan kita belajar seperti di sekolah, sehingga semuanya bergantung pada kemauan dan disiplin diri. 

Konsistensi dalam belajar menjadi kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal dari proses ini. Orang yang berhasil mempraktikkan lifelong learning biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kesadaran bahwa belajar adalah kebutuhan, bukan sekadar kewajiban.

Manfaat dari lifelong learning sangat beragam. Pertama, pembelajaran berkelanjutan ini dapat meningkatkan keterampilan dan membuka peluang karier baru. 

Dalam dunia kerja yang kompetitif, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan baru menjadi nilai tambah yang sangat dihargai. 

Selain itu, lifelong learning juga memperluas wawasan dan merangsang kreativitas. Dengan terus belajar, kita dapat melihat dunia dari perspektif yang berbeda, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta menjadi lebih inovatif dalam menghadapi berbagai situasi.

Tidak hanya itu, lifelong learning juga berkontribusi pada kesehatan mental. Belajar hal-hal baru terbukti menjaga otak tetap aktif, membantu mencegah penurunan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia. 

Otak yang terstimulasi secara terus-menerus akan lebih sehat dan tajam. Di samping itu, pembelajaran yang berkelanjutan juga mendorong partisipasi sosial. 

Seseorang yang aktif belajar cenderung lebih terbuka terhadap interaksi sosial, terlibat dalam diskusi, dan berkontribusi lebih banyak dalam komunitas.

Meskipun begitu, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang dibutuhkan untuk lifelong learning. 

Masalah kesenjangan digital masih menjadi hambatan di beberapa tempat, di mana sebagian masyarakat tidak memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai untuk mengikuti perkembangan ini. 

Pemerataan akses teknologi dan pelatihan penggunaan perangkat digital menjadi tugas penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya agar semua orang dapat menikmati manfaat dari pendidikan sepanjang hayat.

Pada akhirnya, lifelong learning adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan untuk diri kita sendiri. Dengan kemajuan teknologi di era digital, kesempatan belajar tidak pernah sebesar ini. 

Pembelajaran tidak lagi terikat pada ruang kelas atau kurikulum formal, tetapi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Kesadaran akan pentingnya pembelajaran berkelanjutan ini akan membantu kita tidak hanya untuk terus relevan di tengah perubahan dunia, tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan produktif. 

Melalui lifelong learning, kita menciptakan peluang baru, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun