Dalam konteks yang lebih luas, media sosial juga memainkan peran signifikan dalam proses pembelajaran. Akun-akun edukatif di platform seperti YouTube dan Instagram menawarkan informasi berharga dalam bentuk yang menarik dan mudah dipahami.Â
Gen Z, khususnya, memanfaatkan ini dengan sangat baik, mengikuti akun-akun yang memberikan pengetahuan baru dan relevan dengan kehidupan mereka. Informasi mengenai keuangan, kesehatan, bahkan teknik memasak, bisa diakses dengan mudah melalui media sosial.
Namun, meski teknologi telah mempermudah akses, motivasi pribadi tetap menjadi tantangan terbesar dalam lifelong learning. Tidak ada lagi jadwal yang mengharuskan kita belajar seperti di sekolah, sehingga semuanya bergantung pada kemauan dan disiplin diri.Â
Konsistensi dalam belajar menjadi kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal dari proses ini. Orang yang berhasil mempraktikkan lifelong learning biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kesadaran bahwa belajar adalah kebutuhan, bukan sekadar kewajiban.
Manfaat dari lifelong learning sangat beragam. Pertama, pembelajaran berkelanjutan ini dapat meningkatkan keterampilan dan membuka peluang karier baru.Â
Dalam dunia kerja yang kompetitif, memiliki kemampuan untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan baru menjadi nilai tambah yang sangat dihargai.Â
Selain itu, lifelong learning juga memperluas wawasan dan merangsang kreativitas. Dengan terus belajar, kita dapat melihat dunia dari perspektif yang berbeda, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta menjadi lebih inovatif dalam menghadapi berbagai situasi.
Tidak hanya itu, lifelong learning juga berkontribusi pada kesehatan mental. Belajar hal-hal baru terbukti menjaga otak tetap aktif, membantu mencegah penurunan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.Â
Otak yang terstimulasi secara terus-menerus akan lebih sehat dan tajam. Di samping itu, pembelajaran yang berkelanjutan juga mendorong partisipasi sosial.Â
Seseorang yang aktif belajar cenderung lebih terbuka terhadap interaksi sosial, terlibat dalam diskusi, dan berkontribusi lebih banyak dalam komunitas.
Meskipun begitu, tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang dibutuhkan untuk lifelong learning.Â