Pada Mei 2021, Pemerintah China menerapkan Kebijakan Tiga Anak atau “Three-Child Policy”. Hal ini dilakukan sebagai respon dari menurunnya angka kelahiran di China dalam enam dekade terakhir. Lantas, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Untuk menjelaskan fenomena ini, dapat dilihat dari bagaimana implementasi Kebijakan Tiga Anak atau “Three-Child Policy” ini diterapkan di China.
Apa itu Implementasi Kebijakan?
Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2015: 21), implementasi kebijakan merupakan kegiatan untuk mendistribusikan hasil kebijakan (to deliver policy output), yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan kepada kelompok sasaran untuk mewujudkan tujuan kebijakan.
Dalam implementasi kebijakan, suatu kebijakan ini di-deliver atau didistribusikan kepada target kelompok tertentu, yang kemudian diterapkan dalam kelompok tersebut, sehingga menghasilkan suatu outcome yang sejalan dengan tujuan diberlakukannya kebijakan itu sendiri.
Dalam hal ini, pemerintah China menerapkan suatu kebijakan yang bernama Kebijakan Tiga Anak atau “Three-Child Policy”. Kebijakan ini diberlakukan sebagai respon pemerintah atas penurunan angka kelahiran di China. Dimana target kelompok dari kebijakan ini merupakan warga negara China itu sendiri. Dengan diberlakukannya kebijakan ini, pemerintah China berharap dapat kembali menaikkan populasi China yang beberapa tahun kebelakang ini menurun drastis.
Dibalik pemberlakuan kebijakan ini, muncul pertanyaan-pertanyaan seperti, “Mengapa kebijakan ini diberlakukan?” “Apa yang menjadi penyebabnya?”. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan lama yang sudah diterapkan oleh pemerintah China, jauh sebelum “Three-Child Policy” ini diberlakukan.
“One-Child Policy” China Menjadi Penyebabnya
Sejak tahun 1980 hingga 2015, pemerintah China menerapkan Kebijakan Satu Anak atau “One-Child Policy”. Kebijakan ini dilakukan untuk menekan angka kelahiran, serta untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat China. Meskipun kebijakan ini menunjukkan efektifitas yang cukup baik dalam pelaksanaannya selama bertahun-tahun lamanya, “One-Child Policy” secara tidak langsung juga menjadi faktor utama menurunnya angka kelahiran di China untuk pertama kalinya dalam enam dekade.
Pada tahun 2020, Biro Statistik Nasional China melaporkan bahwa jumlah penduduk di China mengalami penurunan sebanyak 850.000 jiwa dari populasi 1,41175 miliar jiwa. Hal ini merupakan penurunan angka kelahiran pertama yang dialami oleh China sejak tahun 1961. Jika penurunan ini terus berlanjut, China diperkirakan akan kehilangan sebanyak 109 juta orang pada tahun 2050.
Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan dianggap sebagai ancaman terhadap perekonomian negara. Dimana menurunnya jumlah penduduk dapat mempengaruhi dalam penurunan jumlah angkatan kerja berusia produktif serta peningkatan beban sosial di China.
“Three-Child Policy” Sebagai Solusi Bagi China