Mohon tunggu...
Deby
Deby Mohon Tunggu... Mahasiswa - International relations student and work in government at the same time

An overthinker, constantly analyzing the world around me. This is where I pour out my thoughts, sharing ideas, stories, and reflections one word at a time.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implikasi Belt Road Initiative (BRI) Tiongkok terhadap Indonesia: Peluang Ekonomi dan Ancaman Kedaulatan

19 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 19 Oktober 2024   22:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak diperkenalkan oleh Presiden Xi Jinping, terdapat spekulasi terkait tujuan sebenarnya dari proyek BRI. Banyak ahli percaya bahwa proyek ini tidak hanya didorong oleh kepentingan bisnis semata, tetapi juga untuk memperkuat pengaruh Tiongkok secara global. Motif yang mendasari BRI meliputi faktor ekonomi, keuangan, keamanan, diplomatik, hingga geopolitik, yang menjadikan proyek ini bagian dari strategi besar Tiongkok dalam meningkatkan kekuatan globalnya. Ketidakjelasan peta resmi dan jadwal pelaksanaan BRI juga memicu kecurigaan bahwa inisiatif ini bisa menjadi bentuk modern dari sistem tributary, atau bahkan alat bagi Tiongkok untuk memperkuat stabilitas dan keamanan rezimnya di dalam negeri.

Spekulasi ini menciptakan citra negatif terhadap BRI, dengan banyak pihak yang khawatir bahwa inisiatif tersebut merupakan bentuk lain dari kekuatan neokolonial. Di sisi lain, kebangkitan Tiongkok juga dipandang sebagai ancaman bagi hegemoni kekuatan global seperti Amerika Serikat dan Jepang, yang menambah kompleksitas geopolitik. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus waspada terhadap risiko overdependence pada Tiongkok. Indonesia perlu menyiapkan langkah-langkah strategis dan rencana kontingensi untuk menghadapi kemungkinan terburuk, seperti gagal bayar utang dalam kerjasama proyek BRI. Penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) dan pengambilalihan infrastruktur kritis oleh pihak asing adalah ancaman nyata yang dapat terjadi jika Indonesia tidak mampu mengelola utang dan kerjasama ini dengan baik. Mengurangi ketergantungan pada Tiongkok dan memperkuat kedaulatan ekonomi adalah langkah penting untuk menjaga stabilitas dan kemajuan nasional.

Saran
Saran untuk Pemerintah Indonesia
-Diversifikasi Sumber Pembiayaan:
Pemerintah Indonesia sebaiknya mencari sumber pembiayaan alternatif untuk proyek infrastruktur, seperti kerja sama dengan negara-negara lain atau lembaga keuangan internasional yang tidak memiliki motif geopolitik yang sama dengan Tiongkok.
-Penguatan Kebijakan Fiskal:
Membangun kebijakan fiskal yang lebih kuat untuk meningkatkan pendapatan domestik, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, termasuk utang dari proyek BRI.
-Perjanjian yang Menguntungkan:
Dalam setiap perjanjian kerja sama, Indonesia harus menegosiasikan ketentuan yang lebih menguntungkan, termasuk pengaturan terkait pemakaian sumber daya alam dan tenaga kerja lokal.
-Meningkatkan Kapasitas Pengawasan:
Meningkatkan kapasitas pengawasan terhadap proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai oleh BRI untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan penghindaran potensi debt trap.
-Membangun Infrastruktur Berkelanjutan:
Memastikan bahwa proyek infrastruktur yang dikerjakan melalui BRI mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan dan tidak mengorbankan lingkungan atau kesejahteraan masyarakat lokal.
-Edukasi dan Penyuluhan:
Melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai risiko dan manfaat dari kerja sama BRI untuk meningkatkan kesadaran akan potensi ancaman neokolonialisme dan penguasaan sumber daya alam.
-Peningkatan Diplomasi Ekonomi:
Memperkuat diplomasi ekonomi dengan negara-negara lain untuk menciptakan jaringan dukungan dalam menghadapi potensi ancaman dari ketergantungan pada Tiongkok.
-Rencana Kontingensi:
Menyusun rencana kontingensi yang jelas untuk menghadapi kemungkinan terburuk, seperti gagal bayar utang, termasuk opsi renegosiasi utang atau restrukturisasi.

Saran untuk Penelitian Selanjutnya
-Studi Komparatif:
Melakukan studi komparatif antara Indonesia dan negara lain yang terlibat dalam BRI untuk memahami dampak jangka panjang dari proyek tersebut.
-Analisis Mendalam tentang Sumber Daya Alam:
Penelitian lebih lanjut mengenai dampak spesifik penguasaan sumber daya alam oleh Tiongkok dalam konteks BRI dan bagaimana hal ini mempengaruhi ekonomi lokal dan nasional.
-Kaji Ulang Kebijakan Energi:
Meneliti kebijakan energi Indonesia dalam konteks BRI untuk mengevaluasi bagaimana ketergantungan pada teknologi dan investasi Tiongkok dapat memengaruhi sektor energi nasional.
-Dampak Sosial dan Lingkungan:
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak sosial dan lingkungan dari proyek-proyek BRI untuk mengevaluasi apakah pembangunan tersebut berkelanjutan dan dapat diterima oleh masyarakat lokal.

REFERENSI
Jurnal & Artikel Ilmiah
Alunaza, H. (2021). Perspektif Baru Politik Luar Negeri China dalam Konstelasi Politik Global: Resensi Buku. Indonesian Perspective, 6(1). https://doi.org/10.14710/ip.v6i1.37516
Andika, M. T. (2016) An Analysis of Indonesia Foreign Policy Under Jokowi’s Pro-People Diplomacy. Indonesian Perspective 1(2), pp. 93-105.
Buffaloe, David L. (2006) Defining Asymmetric Warfare, The Institute Land Warfare Papers (AUSA).
Damuri, Y. R., Perkasa, V., Atje, R., & Hirawan, F. (2019). The Belt and Road Initiative in Indonesia: Importance, Concerns and Issues on the Implementation. In PERCEPTIONS AND READINESS OF INDONESIA TOWARDS THE BELT AND ROAD INITIATIVE: UNDERSTANDING LOCAL PERSPECTIVES, CAPACITY, AND GOVERNANCE (pp. 9–21). Centre for Strategic and International Studies. http://www.jstor.org/stable/resrep25409.5
Hudson, V.M. (2013). Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory. Lanham: Rowman & Littlefiled.
Khaerani Bannati, et.al, (2019). Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Belt and Road Initiative (BRI) Republik Rakyat Tiongkok. Prosiding Senas POLHI ke-2 Tahun 2019.
SM Palamani. (2022). Ancaman Asimaetris dalam Kerjasama Belt and Road Initiative di Indonesia. Jurnal Peperangan Asimetris. Volume 8, Nomor 1 2022.
Sriyanto, Nanto. (2018). Global Maritime Fulcrum Indonesia-China Growing Relations and Indonesia Middlepowermentsh ip in East Asia Region. Jurnal Kajian Wilayah Vol. 9 No. 1 2018.
Starte, Jaean paul. (1964). Colonialism and Neocolonialism.
Yudilla, A. (2019). Kerjasama Indonesia Cina Dalam Belt and Road Initiative Analisa Peluang Dan Ancaman Untuk Indonesia. Journal of Diplomacy and International Studies, 2(01), 52-65.

Media Online
https://www.antaranews.com/berita/844931/luhut-indonesia-siapkan-empat-koridor-proyek-belt-and-road-initiative
https://fokus.tempo.co/read/1189679/indonesia-ikut-one-belt-one-road-cina-untung-atau-rugi
https://komahi.uai.ac.id/kelanjutan-hubungan-amerika-serikat-dan-china-di-tangan-biden/
https://www.pinterpolitik.com/in-depth/siasat-tiongkok-dekati-provinsi/
https://tirto.id/q/one-belt-one-road-LG?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun