Jangan Bapak-Ibu mengeluh kalau kemudian anak-anak kita lebih tahu lagu-lagu dari Korea, dengan K-POP nya, jangan kemudian kita mengeluh mengapa bioskop-bioskop lebih banyak memutar film-film asing, jangan kemudian kita Misuh-misuh, marah-marah dengan Negara tetangga kita yang dianggap merebut kebudayaan kita, produk budaya kita, yang kemudian diakui oleh Negera tetangga kita.
Kalau bukan dari kita yang memulai, maka siapa lagi..!!!
Kebudayaan Sunda kalau tidak salah, ada etos ; Cager- Bager-Pinter-Bener. Ini semua etos yang ada dalam Pancasila ; Gotong Ronyong.
Dari Kelima Sila, diperas menjadi Tiga Sila, tidak suka dengan Tiga Sila, diperas menjadi Satu Sila atau Eka Sila. Bung Karno mengatakan bahwa inilah budaya Bangsa kita ; Gotong Royong.
Gotong Royong itu lebih dinamis dari faham kekeluargaan, Gotong Royong itu kalau dimintai tolong tidak dihitung dengan materi, Gotong Royong itu tidak saling menjelekkan teman atau sahabat kita, tidak saling menjelekkan Partai-Partai  teman kita.
Gotong Royong itu ya...hari ini terlihat. Gotong Royong bicara soal Kebudayaan. Ini adalah Politik Kebudayaan, yang tadi Bung Karno katakan bahwa di dalam Kebudayaan ada Politik dan ada Revolusi. Â
Contoh kecilnya adalah malam ini, kita bersama-sama hadir di sini melakukan suatu Gotong Royong  untuk suatu Kesenian dan Kebudayaan Sunda.
Tadi berkali-kali saya diperkenalkan oleh Pak Mochtar, kalau ada yang bertanya sebenarnya Puti Guntur Soekarno ini darahnya apa? Darah saya ini Bhineka Tunggal Ika.!!!
Seperempat ada Sundanya, Ibu saya berasal dari Ciamis, konon katanya keturunan Galuh Pakuan. Ayah saya sudah jelas, ada seperempat Bali, ada seperempat Jawa Timur, ada seperempat Bengkulu.
Jadi di dalam diri saya ini, kalau ditanya, dari mana mbak asalnya? Saya tidak tahu asal saya dari mana dan darah saya dari mana, karena saya merasa diri saya adalah Indonesia..!!!
Dibilang Sunda boleh, saya ini kan anggota DPRI RI, Dapil saya di Jabar X ; Ciamis, Kuningan, Banjar, Pangandaran. Tapi lahir besar, dari kecil sampai tinggal sekarang ini di Jakarta. Â Logat Sunda? Saya mengerti Bahasa Sunda, saya mengerti logat Sunda. Nanti di lain waktu saya bisa berbahasa Jawa, saya bisa dan fasih berlogat Jawa, tetapi tentunya karena saya besar di Jakarta, maka saya lebih fasih bergaya Jakarta. Â