Tetapi karena saya tahu ini adalah bicara masalah kebudayaan maka saya bersedia untuk hadir, saya bersedia hadir karena saya tahu ini bicara masalah Trisakti.
Bung Karno pernah mengatakan, bahwa di dalam politik, bahkan di dalam Revolusi-pun itu adalah bagian dari kebudayaan. Maka tidak salah ketika Bung Karno mengatakan, bahwa hakekat kemerdekaan kita adalah Berdaulat di bidang politik, Berdikari dalam bidang ekonomi dan Berkepribadian dalam kebudayaan.
Bung karno juga mengatakan untuk menatap masa depan kita tidak boleh buta. Untuk menatap masa depan kita tidak boleh buta.
Maka jadikanlah masa lampau kita sebagai Kaca Benggala untuk menata masa depan. Karena itulah kita perlu berkepribadian dalam kebudayaan, saudara-saudara Bapak-Ibu sekalian. Â
Tadi Pak Mochtar bilang, bahwa gedung ini, rumah ini, dinamakan Chandrabaga. Kalau Bapak-Ibu yang hadir disini tahu apa itu Candrabhaga, pada zaman dahulu kala Chandrabhaga adalah merupakan awal cikal bakal dari nama Kota Bekasi. Â
Pada zaman Kerajaan Tarumanegara Raja yang terkenal Raja Purnawarman menggali Kali yang membelah Bekasi, ini adalah kali Chandrabhaga, maka dengan selanjutnya kata  Baga menjadi Bagasi dan selanjutnya timbulkan kata Bekasi untuk Kota Bekasi ini.
Ini yang dinamakan sejarah.!
Peradaban suatu Bangsa akan tetap ada, suatu Bangsa akan dilihat, apabila Bangsa itu memiliki identitasnya, memiliki karakternya, maka itu kita dikatakan kita harus Berkepribadian dalam Berkebudayaan. Tapi ini sudah dilupakan.
Coba yang hadir di sini, para pelaku seni, saya ingin bertanya, benarkah kebudayaan kita sudah ditinggalkan? benarkah kebudayaan nasional kita sudah dilupakan?
Bapak-Ibu sekalian, para politisi, inilah yang terjadi bahwa kita di dalam Bernegara, di dalam bermasyarakat, hanya sibuk, hanya sibuk dan sibuk dengan urusan Berpolitik dan urusan ekonomi.
Tetapi apa yang dikatakan Bung Karno mengenai kebudayaan itu semakin lama semakin ditinggalkan, dianggapnya Kebudayaan adalah sesuatu yang kuno belaka, sesuatu yang tidak bisa menata bangsa ini ke depan.