Mohon tunggu...
Debora Putriani Br Nainggolan
Debora Putriani Br Nainggolan Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Negeri Medan

Menulis bagaikan menciptakan imaji dalam dunia sendiri yang diciptakan sesuai dengan keinginan dirimu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Pendek tentang Kerinduan Seorang Anak Kepada Ibunya, Membuat Hati Tersentuh

7 Juni 2024   23:15 Diperbarui: 7 Juni 2024   23:19 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Rindu Mama

karya Debora Putriani Br Nainggolan

Rossa duduk di tepi jendela kamar, menatap langit malam yang bertabur bintang. Rembulan memancarkan sinarnya yang pucat, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam di hati gadis kecil itu. Di sudut matanya, air mata mengalir perlahan, membasahi pipinya yang merah.

"Mama, aku rindu mama," bisiknya pelan, seolah berharap angin malam akan membawa kata-katanya ke surga, tempat Mamanya kini berada.

Sejak kepergian Mama, hidup Rossa berubah drastis. Tidak ada lagi tawa riang di rumah itu, tidak ada lagi cerita sebelum tidur, dan tidak ada lagi pelukan hangat yang selalu membuatnya merasa aman. Setiap sudut rumah kini terasa kosong, seperti hatinya yang tak lagi bisa merasakan kebahagiaan yang sama.

Rossa merindukan masa-masa ketika Mama masih ada. Ia merindukan saat-saat mereka duduk bersama di sofa, berbagi cerita tentang sekolah, teman-teman, dan segala hal kecil yang kini terasa begitu besar dan penting. Ia merindukan senyum Mama yang selalu membuatnya merasa segalanya akan baik-baik saja.

"Mama, aku ingin pulang. Mengulang waktu," Rossa menangis lebih keras, merasakan kerinduan yang begitu menyakitkan hingga seakan menggerogoti hatinya. Ia ingin kembali ke masa lalu, ke waktu di mana semuanya masih dalam kendali, di mana ia masih menjadi anak kecil yang bahagia bersama Mama.

***

Pikiran Rossa kembali ke masa lalu, saat semuanya masih baik-baik saja. Ia ingat saat-saat bahagia bersama Mama. Pagi hari yang cerah, Mama selalu membangunkannya dengan lembut, mengecup keningnya dan membisikkan kata-kata manis yang membuat Rossa merasa semangat menjalani hari.

"Mama, aku bermimpi indah tadi malam," Rossa kecil berkata sambil tersenyum lebar.

"Mimpi apa sayang?" tanya Mama dengan penuh kasih.

"Aku bermimpi kita pergi ke taman bermain, dan kita naik semua wahana yang ada. Lalu, kita makan es krim besar dengan banyak topping!"

Mama tertawa mendengar cerita Rossa. "Wah, itu mimpi yang sangat menyenangkan! Bagaimana kalau kita benar-benar pergi ke taman bermain akhir pekan ini?"

Rossa melompat girang, memeluk Mama dengan erat. "Aku sangat senang, Ma! Terima kasih ma! Mama adalah mama terbaik sedunia!"

Hari-hari berlalu dengan kebahagiaan seperti itu. Setiap akhir pekan, mereka akan menghabiskan waktu bersama, pergi ke taman, bermain di pantai, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar kota. Mama selalu tahu cara membuat setiap momen menjadi spesial. Bahkan saat mereka hanya berada di rumah, Mama akan mengajak Rossa membuat kue, menonton film bersama, atau membaca buku cerita favorit Rossa.

Satu kenangan yang paling diingat Rossa adalah saat mereka membuat kue cokelat bersama. Hari itu, hujan turun deras, dan Mama memutuskan untuk menghabiskan waktu di dapur. Mereka tertawa dan bercanda, tepung bertebaran ke mana-mana, dan cokelat meleleh di tangan mereka.

"Rossa, kamu harus mencicipi adonan ini. Mama yakin ini akan menjadi kue cokelat terbaik yang pernah kita buat," kata Mama sambil menyodorkan sendok berisi adonan.

Rossa mencicipinya dan matanya berbinar. "Enak sekali, Ma! Aku tidak sabar untuk memakannya!"

Saat kue akhirnya matang, aroma manis memenuhi seluruh rumah. Mereka duduk bersama di meja makan, menikmati kue hangat sambil menyeruput teh hangat. Rossa merasa itu adalah momen yang sempurna, momen di mana ia merasa begitu dekat dengan Mama, begitu dicintai dan dilindungi.

***

Pikiran Rossa kembali ke masa kini, saat keheningan malam menyelimutinya. Ia duduk di tempat tidurnya, merasakan kesedihan yang mendalam. Tidak ada lagi momen-momen bahagia seperti dulu. Tidak ada lagi yang menemaninya membuat kue, tidak ada lagi yang mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian, tidak ada lagi pelukan hangat yang selalu membuatnya merasa aman.

Rossa tahu bahwa hidupnya telah berubah selamanya sejak Mama pergi. Namun, ia juga tahu bahwa kenangan-kenangan indah bersama Mama akan selalu ada di hatinya. Kenangan itu adalah harta yang paling berharga, yang akan selalu memberikan kekuatan dan kebahagiaan meski hanya dalam ingatan.

"Mama, kenapa harus pergi? Aku butuh Mama di sini," bisiknya, suaranya serak oleh tangis.

Sejak kepergian Mama, Rossa sering merasa sendirian. Teman-temannya di sekolah tidak mengerti apa yang ia rasakan. Mereka masih bisa tertawa dan bermain, sementara Rossa merasa dunia ini telah berubah menjadi tempat yang begitu dingin dan asing. Tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Mama. Tidak ada yang bisa memberikan kenyamanan yang sama.

Malam itu, Rossa memutuskan untuk menulis surat untuk Mama, sesuatu yang biasa mereka lakukan ketika Mama masih hidup. Dengan tangan gemetar, ia mengambil kertas dan pena, lalu mulai menulis.

"Dear Mama,

Malam ini aku sangat merindukanmu. Tidak ada lagi yang menemaniku bahkan saat aku menangis malam ini. Aku ingin kembali seperti dulu, Ma. Ingin mengulang waktu ke saat semuanya masih dalam kendali, saat aku masih menjadi anak kecil yang bahagia bersamamu.

Aku merasa sangat kesepian tanpa Mama. Tidak ada yang bisa mengerti perasaanku. Setiap malam aku berdoa agar bisa bertemu Mama lagi, walaupun hanya dalam mimpi. Aku rindu pelukan Mama, senyuman Mama, dan suara lembut Mama yang selalu bisa menenangkan hatiku.

Mama, aku berjanji akan menjadi anak yang kuat, tapi kadang rasanya sangat sulit. Aku akan selalu mengingat nasihat Mama dan mencoba menjalani hidup dengan penuh keberanian. Tapi tolong, tetaplah ada di hatiku, memberi aku kekuatan untuk melanjutkan hidup tanpamu.

Putrimu,

Rossa"

Setelah menulis surat itu, Rossa merasa sedikit lebih lega. Ia melipat suratnya dengan rapi dan menyimpannya di bawah bantal, seolah berharap Mamanya akan membacanya dalam mimpinya malam ini.

Rossa tahu, meskipun Mama tidak lagi bersamanya secara fisik, Mama akan selalu ada di hatinya, menjadi kekuatan yang tak terlihat, mendampinginya dalam setiap langkah hidupnya. Dengan mata yang berat oleh kantuk dan hati yang sedikit lebih tenang, Rossa akhirnya tertidur, berharap bertemu dengan Mama dalam mimpinya, di tempat di mana mereka bisa bersama lagi, walau hanya sejenak.

Di dalam tidur yang damai, di bawah sinar rembulan yang masih setia menerangi malam, Rossa menemukan kedamaian, mengetahui bahwa cinta Mama akan selalu ada bersamanya, selamanya.

Pagi harinya, Rossa terbangun dengan mata yang sedikit bengkak karena menangis semalaman, tetapi hatinya merasa sedikit lebih ringan. Ia membuka jendela kamarnya dan membiarkan sinar matahari pagi masuk, menyentuh wajahnya dengan lembut.

"Hari ini aku akan kuat, Mama," bisiknya, memandang langit biru yang cerah. "Aku akan menjalani hari ini dengan penuh keberanian, seperti yang Mama ajarkan."

Meski kesedihan masih ada, Rossa tahu bahwa kenangan-kenangan indah bersama Mama akan selalu menjadi sumber kekuatannya. Dengan langkah ringan, ia memulai harinya, membawa cinta Mama dalam setiap langkah yang diambilnya. Kenangan itu adalah cahaya yang akan selalu menerangi jalannya, memberi kekuatan untuk melangkah maju, meski Mama tak lagi di sisinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun