Mohon tunggu...
Debora Kristiani Rahardjo
Debora Kristiani Rahardjo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini 5 Cara Mengawali Pembelajaran dengan Menyenangkan

7 Desember 2022   20:15 Diperbarui: 7 Desember 2022   20:39 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo bapak ibu guru hebat...!

Bagaimana sih respon anak didik bapak ibu ketika melihat bapak ibu masuk ke dalam kelas?

"Yah, kok sudah masuk kelas sih pak."

"Yeay, hari ini kita belajar apa bu?"

Atau mungkin...

"Ah kok belajar IPA terus sih bu. Saya pusing."

Ya, ada banyak kemungkinan respon yang ditunjukkan peserta didik ketika melihat sang guru masuk ke dalam kelas. Biasanya kalau di jam pagi anak-anak masih bersemangat belajar. Namun lain halnya jika kita mendapat jam mengajar di siang hari, tentunya akan sangat berbeda respon anak-anak kita. Ada yang mulai meletakkan kepalanya di meja, menguap, atau mengutarakan rasa lelah karena sudah seharian belajar. 

Sebagai seorang guru tentu saja kita harus memiliki trik-trik khusus yang bisa membuat peserta didik tetap antusias mengikuti pembelajaran meskipun di jam kritis. Mengawali pembelajaran dengan cara yang menyenangkan menjadi poin penting yang harus diperhatikan guru. Yuk simak beberapa tips berikut ini!

1. Lakukan apersepsi terlebih dahulu

Apersepsi? Makanan apa tuh? Hehehehe... Sebagai guru kita harus paham apa itu apersepsi. Menurut KBBI apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide baru. Intinya apersepsi ini adalah tahap dimana guru mengajak peserta didik mengingat kembali materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. 

Mengapa hal ini penting? Sekarang coba deh bayangkan bapak ibu di posisi peserta didik. Kemudian guru bapak ibu masuk ke dalam kelas dan langsung mengatakan "Hari ini kita akan belajar tentang zat kimia dalam makanan. Silahkan keluarkan buku kalian dan catat penjelasan ibu. Zat kimia terdiri dari pewarna buatan, sakarin, MSG, dan sebagainya." Bagaimana bapak ibu? Sangat tidak menarik bukan? 

Apersepsi ini sebenarnya ditujukan untuk mengetahui pemahaman awal peserta didik akan materi yang hendak dibahas. Umumnya guru akan menanyakan "Apa materi yang sudah kalian pelajari pada pertemuan sebelumnya?" Atau "Hayoo... siapa nih yang masih ingat apa topik yang sudah kita diskusikan di minggu lalu?". 

Setelah guru mengecek pemahaman awal peserta didik, guru baru bisa memulai pembelajaran. Dengan melakukan apersepsi, guru akan paham harus memulai materi pembelajaran dari mana. Sebenarnya apersepsi ini bisa divariasikan juga dengan games atau ice breaking.

2. Awali pembelajaran dengan ice breaking

"Yaelah bu, boro-boro bu kita mau lakukan ice breaking. Lha wong cuma pelajaran biasa saja waktunya kurang." 

Eitssss.... 

Memang bapak ibu sudah pernah coba? Memangnya ice breaking mau berapa menit? Apa sampai setengah jam? Kan tidak ya bapak ibu. 

Pilihlah ice breaking yang singkat saja seperti misalnya bapak ibu meminta anak menepuk tangan 1 kali ketika bapak ibu mengatakan pagi, menepuk tangan 2 kali ketika bapak ibu menyebut siang, dan tidak menepuk tangan ketika menyebut malam. 

Sebutkan kata-kata itu secara acak. Ulangi beberapa kali. Contoh lain misalnya bisa diintegrasikan dengan mengecek kehadiran peserta didik. Bapak ibu bisa menyebutkan nama seorang anak lalu si anak diminta melakukan gerakan tertentu.  

Percayalah bapak ibu maksimal hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk melakukan Ice breaking ini. Lebih baik meluangkan sedikit waktu untuk merefreshkan pikiran peserta didik demi menyelamatkan 80 menit pembelajaran bapak ibu. 

3. Motivasi peserta didik dengan games

Siapa sih yang tidak suka main? Sesederhana apapun game yang bapak ibu lakukan, saya yakin seyakin-yakinnya kalau anak-anak pasti senang. Game ini bisa juga dikaitkan dengan materi pelajaran bapak ibu lho... Misalnya untuk review materi sebelumnya. 

Saya kasih contoh deh... Games singkat yang pernah saya lakukan adalah game "Teka-teki: Siapakah Aku?" pada materi zat aditif. Di game ini saya sajikan sebuah pernyataan seperti "Aku adalah zat yang ditambahkan dalam kue. Aku bisa membuat orang yang melihat kue tertarik untuk mencicipinya. Siapakah aku?" (Jawabannya : pewarna makanan). 

Game lain yang pernah saya lakukan misalnya pada materi sistem koordinasi, saya minta anak-anak melakukan tebak kata melalui gerakan. Game ini diumpamakan sebagai penghantaran impuls di saraf. Game singkat semacam ini rupanya dapat menarik perhatian dan membuat peserta didik lebih bersemangat untuk memulai pelajaran.

4. Bawalah benda yang dapat menarik perhatian peserta didik

Pernah suatu ketika saya masuk kelas dengan membawa sepotong brownies, jeruk, dan makaroni. Spontan anak-anak bertanya "Ms. Deb bawa apa itu miss? Saya mau miss". 

Nah, paham maksud saya bapak ibu? Sebelum kita mengeluarkan sepatah katapun, dengan membawa barang tertentu maka anak-anak akan menaruh perhatiannya pada kita. Setelah itu saya meminta anak-anak memilih makanan yang dia sukai dan memberikan alasan mengapa memilih makanan itu. Kala itu saya memang mengajar materi nutrisi pada makanan. 

Contoh lainnya, saya pernah membawa balon ke dalam kelas kemudian meletuskannya. Ya tentu saja anak-anak terkejut dan jadi tidak mengantuk. Saat itu saya mengajar materi gerak refleks. Setelah saya letuskan balon itu saya mulai melakukan tanya jawab. 

Ya, masih banyak lagi benda-benda yang bisa bapak ibu bawa ke dalam kelas. Tentunya sesuaikan dengan kebutuhan bapak ibu ya. Carilah perhatian dari anak-anak terlebih dahulu sebelum anda mengajak mereka belajar.

5. Tunjukkan ekspresi ceria meskipun sedang tidak baik-baik saja

Guru juga manusia yang punya rasa dan punya hati. Tak selamanya guru selalu memiliki mood yang baik. Tapi ingaf bapak ibu, kita harus menjadi guru yang profesional. Seburuk apapun kondisi kita atau perasaan kita hari itu, pasanglah raut ceria di wajah bapak ibu. 

Bayangkan seandainya anda punya seorang guru yang ketika masuk kelas sudah cemberut, bagaimana perasaan bapak ibu? Udah males duluan kan? Satu lagi, jangan pernah masuk kelas kemudian langsung marah-marah. Saya jamin, anak-anak langsung bad mood dan tidak semangat belajar. Sadarkah bapak ibu? Secara tidak langsung perasaan guru, raut wajah guru, tingkah guru akan berpengaruh kepada psikologi anak didiknya.

Itulah 5 tips singkat mengawali pembelajaran dengan menyenangkan. First impression anak-anak terhadap gurunya itu sangat penting karena secara tidak langsung akan mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya. 

Yuk, bapak ibu kita keluarkan kreativitas kita dalam membuka pembelajaran kita agar anak-anak menjadi bersemangat mengikuti pelajaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun