Mohon tunggu...
Debby Hutauruk
Debby Hutauruk Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara

Debby Yunita Anastasia Hutauruk, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konstruksi Fear of Missing Out (FoMO) di Kalangan Mahasiswa

30 Oktober 2022   01:10 Diperbarui: 8 Januari 2023   20:26 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jenjang kuliah merupakan salah satu masa dimana seseorang akan menghadapi banyak hal, bahkan untuk yang pertama kalinya. Transformasi dari seorang pelajar untuk menjadi mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Kita akan dituntut untuk menghadapi, menyesuaikan, dan menyelesaikan banyak hal yang mungkin belum pernah kita temui sebelumnya. Tidak jarang kita akan merasa cemas, khawatir, dan takut apabila tidak bisa mengikuti arus yang sedang berjalan, khususnya yang sedang terjadi di sekitar kita. Kekhawatiran dapat muncul karena kita merasa tertinggal dengan pencapaian orang lain. Perasaan tidak nyaman tersebut dirasakan ketika seseorang melewatkan berbagai waktu atau kejadian yang dilakukan oleh teman-temannya (JWT Intelegence, 2012). 

Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sebuah keadaan dimana seseorang akan merasa tidak nyaman, panik, dan takut jika ia melewatkan sesuatu yang sedang ramai dilakukan oleh orang lain. Kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan akan dirasakan oleh seseorang ketika membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki pengalaman lebih menarik dan ia merasa tidak dilibatkan atau merasa ditinggalkan. FoMo juga dapat didefinisikan sebagai rasa takut akan penyesalan yang dapat menimbulkan kekhawatiran kompulsif bahwa seseorang mungkin akan kehilangan kesempatan untuk berinteraksi sosial, mendapatkan pengalaman baru, maupun berbagai peristiwa menyenangkan lainnya (Wortham, 2011).

Pada dasarnya, Fear of Missing Out (FoMO) merupakan kecemasan sosial akan ketertinggalan sesuatu yang sedang terjadi. Lantas, bagaimana FoMO yang terjadi di kalangan mahasiswa?

Usia remaja di kalangan pelajar maupun mahasiswa seringkali merasa bahwa kejadian yang berlangsung setiap harinya merupakan sebuah fenomena yang berharga dan tidak boleh dilewatkan. Selama pada masa itu juga, interaksi sosial mulai meluas dan semakin kompleks, terutama pada lingkungan sosial. Pengekspresian perasaan dan usaha untuk mendapatkan kebebasan emosional seringkali dilakukan dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya. Eratnya hubungan yang dijalin dengan teman-temannya juga akan semakin meningkatkan Fear of Missing Out pada seseorang karena mereka ingin agar selalu terhubung dengan setiap kejadian yang sedang orang lain lakukan. Dalam dunia perkuliahan, kita akan mulai banyak mengikuti aktivitas yang juga dilakukan dengan teman-teman agar tidak tertinggal, serta selalu berada dalam waktu dan keadaan yang sama. 

FoMO dapat ditandai dengan banyak hal, salah satunya seperti adanya keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang sedang orang lain lakukan, baik secara langsung maupun melalui media seperti gadget, internet dan media sosial. Gemmil dan Peterson (2006) menjelaskan bahwa media sosial telah memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga mahasiswa agar tetap terhubung dengan keluarga dan teman agar mendapat dukungan sosial. 

Pengaruh dan dampak FoMO pada mahasiswa

Tanpa disadari, Fear of Missing Out telah menjadi salah satu fenomena yang perlu diminimalisir atau dihindari. Bagi sebagian orang, mungkin FoMO akan berguna sebagai motivasi untuk lebih berani dalam melakukan sesuatu. Ketakutan tersebut dapat mereka jadikan sebagai acuan agar mereka lebih berani untuk mencoba hal baru yang nantinya akan menambah pengalaman dan pengetahuan mereka. Namun sayangnya, tidak sedikit juga dari mereka yang justru sebenarnya telah membebani diri dengan adanya FoMO. Bagi mahasiswa sendiri, FoMO dapat menyebabkan terganggunya atensi dalam berbagai kegiatan termasuk proses belajar. 

Rasa takut tertinggal yang mereka miliki akan membuat mereka memaksa atau menekan diri agar dapat mengikuti pencapaian orang lain, padahal belum tentu mereka memiliki kemampuan dan kapasitas yang sama dengan orang lain. Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti organisasi, kepanitiaan, atau bahkan lomba akademik maupun non akademik pun seringkali menjadi alasan terbesar mengapa mereka merasa takut tertinggal. Banyak mahasiswa yang sengaja membuat kesibukan dengan mengikuti beragam kegiatan kemahasiswaan dengan alasan untuk mencari pengalaman dan relasi, padahal kenyataannya mereka hanya takut dan cemas jika melewatkan banyak hal yang teman-temannya rasakan. Semakin ramai suatu kegiatan, maka dapat semakin meningkat pula keinginan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan tersebut. Sayangnya, apabila mereka mengikuti kegiatan hanya karena FoMO, mereka tidak akan diuntungkan dari kegiatan tersebut karena tujuan awal mereka semata-mata hanya agar tidak tertinggal oleh teman-temannya. Kesibukan yang mereka hadapi tidak hanya akan membebani mereka secara fisik saja, melainkan juga secara mental.

Tidak hanya dalam dunia pendidikan saja, mahasiswa juga dapat merasakan FoMO pada aspek gaya hidup. Rasa ingin menyamakan diri dengan teman sebaya seringkali muncul agar ia merasa mampu dan pantas untuk berada di lingkungan tersebut. Gaya hidup merupakan salah satu hal yang dijadikan sebagai adaptasi seseorang terhadap suatu kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain (Putri, Purnama, Idi, 2019). Konteks gaya hidup disini bukanlah hanya perlengkapan hidup saja, melainkan juga kebiasaan, minat, serta opini terhadap hidup.

Kira-kira bagaimana karakteristik gaya hidup mahasiswa yang sedang merasakan FoMO?

Gezgin, dkk (2017) menjelaskan bahwa individu yang merasakan FoMO memiliki durasi 5-7 jam ke atas untuk mengakses media sosial. Mahasiswa dengan rutinitas mengakses media sosial biasanya ingin tahu tentang kegiatan apa yang dilakukan oleh teman-temannya di media sosia. Hal tersebut didorong dengan adanya ketakutan bahwa mereka akan kehilangan momen berharga yang temannya sebarkan (Przybylski, Murayama, DeHaan, dan Gladwell, 2013). Mahasiswa yang merasakan Fear of Missing Out merasa bahwa mereka butuh untuk mengetahui informasi, mendengar, dan melihat momen yang ia lewatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun