Keterbatasan itu ternyata tidak memutuskan niatan Billy tetap sekolah, dan tetap bisa membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kue di pasar. Begitu juga dengan Rio Alberto yang berhasil merajut mimpinya untuk belajar di Southampton Inggris. Dengan prestasi itu mereka mendirikan komunitas Lingkar Studi Papua yang mereka tujukan untuk mendongrak sektor pendidikan di Papua.Â
Salut dan menginspirasi, kata yang pertama kali terpikirkan ketika membaca cerita berprestasi dari anak-anak Papua ini. Sebagai anak bangsa yang tinggal di daerah yang berkategori maju, menikmati akses pendidikan yang jauh lebih layak, saya sendiri pun belum tentu mampu menorehkan prestasi itu dan bahkan berpikir membangun masyarakat di mana saya tinggal.Â
Torehan prestasi dalam kondisi tidak layak itulah yang seakan mengingatkan kita, generasi muda yang dibesarkan dalam keluarga dan pendidikan yang lebih baik, sudahkah memberikan prestasi bagi bangsa sendiri.Â
Atau kita hanya sibuk berkutat di dunia maya berkomentar soal politik, berdebat sana sini, mengumpat dan mengejek satu sama lain hanya karena perbedaan pandangan, sibuk mengomentari kebijakan pemerintah negara lain, berargumen berlagak peduli terhadap masyarakat dunia yang tertindas namun ketika masalah kemiskinan dan kelaparan di negeri sendiri tanpa perhatian.Â
Jika kita masih terjebak dalam langkah destruktif ini, sudah selayaknya kita move on.
Mari kita belajar dari ketangguhan anak-anak bangsa yang gak kenal kata miskin dan terbatas ini untuk berlomba-lomba berprestasi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI