[caption id="attachment_208122" align="aligncenter" width="640" caption="Siswi-Siswi SMK KBU-Garut saat Onair Bersama IDKITA Kompasiana (sumber: Suaraedukasi)"][/caption]
"Abis gurunya nyentrik, kami ambil fotonya secara diam-diam di kelas," sekelumit jawaban dari siswi SMK KBU-Garut ketika menjawab pertanyaan dari Mas Valentino dalam talkshow internet sehat dan aman pada Selasa, 6 November 2012, melaui Radio Suara Edukasi, Pustekkom, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jawaban para siswi tersebut terkait dengan topik yang diangkat kali ini yaitu tentang Cyberbaiting. Sebuah istilah baru yang pernah diulas oleh Mas Valen sendiri melalui artikelnya di sini. Cyberbaiting dapat digambarkan sebagai tindakan siswa yang bertujuan "mempermalukan" guru mereka melalui media sosial.
Seperti yang disebutkan dalam artikel tersebut, menurut penilitian Norton, 17/11/2011, para siswa melakukan tindakan Cyberbaiting  dengan cara merekam perilaku gurunya (yang dinilai kurang sesuai/pantas) kemudian di upload/unggah ke youtube untuk dipertontonkan.
Menurut Mas Valen, jika media yang digunakan untuk tindakan Cyberbaiting diperluas, maka tidak hanya melalui video tetapi juga dapat berupa gambar, rekaman suara, status dan artikel yang mereka upload ke berbagai media sosial dengan tujuan yang sama yaitu "mengolok-olok" guru maupun sekolah mereka.
Bagi beberapa siswi SMK KBU-Garut, yang pada hari itu kebetulan sedang mengadakan tour di Pustekkom, tindakan yang mereka lakukan untuk mengambil gambar/foto guru mereka di kelas sama sekali bukan untuk tujuan yang negatif. Menurut mereka, foto tersebut hanya untuk disimpan sebagai kenang-kenangan mereka kelak.
Memang tidak menjadi masalah ketika foto-foto tersebut digunakan dengan benar, apalagi pose guru mereka tidak memperlihatakan sesuatu yang kurang baik. Akan tetapi pengambilan foto secara diam-diam (tanpa ijin) ini yang harus dilihat sebagai gejala yang dapat saja disalahgunakan oleh siswa. Apalagi kebanyakan sekolah saat ini melarang siswa membawa dan menggunakan gadgetnya, maka tindakan membawa gadget ke kelas tentu merupakan pelanggaran dari peraturan sekolah.
Satu hal yang menarik, yang dipaparkan oleh Mas Valen adalah ketika ia menemukan beberapa screenshot yang memperlihatkan hasil percakapan beberapa siswa dengan gurunya di gadget salah seorang remaja. Gambar menunjukan percakapan tersebut dilakukan melalui BBM dan SMS. Kemudian gambar-gambar hasil screenshot tersebut dijadikan sebagai bahan diskusi (atau sekedar ngerumpi) diantara siswa untuk menilai guru-guru mereka.
Berdasarkan hal tersebut, maka "rekaman" perilaku guru bukan saja berupa video tetapi dapat juga dalam bentuk lain. Kemudian situasi atau moment yang dijadikan sebagai objek perekaman tidak hanya di kelas, tetapi juga percakapan BBM, SMS maupun konten-konten yang ditampilkan guru mereka melalui media sosial.
Apa yang melatar belakangi tindakan siswa ini? Menurut Mas Valen sebenarnya karena  perkembangan teknologi  itu sendiri yang memudahkan siapa saja merekam semua moment yang dirasakan, dilihat maupun yang didengar oleh mereka melalui telepon pintar yang mereka miliki, kapan saja dan dimana saja. Jadi disengaja maupun tidak, dengan tujuan iseng atau niat serius, gadget memang menggoda penggunanya untuk memanfaatkannya.
"Siapa yang mau ngelarang pemiliknya, suka-suka mereka. Memang fitur-fitur pada gadget sangat menggoda apalagi sudah terhubung dengan internet. Jadi tergantung niatnya saja, untuk apa mengambil/merekam moment tersebut dan bagaimana memanfaatkannya," menurutnya
Selain pengaruh pergaulan remaja yang memang memiliki kontribusi penting dalam masalah Cyberbaiting, namun satu hal yang tak kalah penting adalah terkait saluran untuk menyatakan pendapat dan keberatan siswa atas perilaku guru atau persoalan-persoalan lain yang dihadapi siswa di sekolah. Kalau sekolah maupun guru tidak membangun iklim demokrasi dengan menyediakan fasilitas, sarana dan tata cara mengemukakan pendapat oleh para siswa, maka tindakan Cyberbaiting dapat saja terjadi.
Lalu bagaimana menyikapi persoalan Cyberbaiting? Tentu saja tidak semua tindakan siswa yang merekam gurunya dapat digolongkan sebagai  Cyberbaiting. Karena unsur terpenting dari Cyberbaiting adalah materi-materi tersebut diupload/diunggah ke internet/media sosial dengan tujuan melecehkan guru atau sekolah. Sehingga kalau hanya mengunggah sebagai reportase pribadi dan sesuai etika/etiket sebenarnya sah-sah saja.
Bagi guru dan sekolah yang mendapat perlakukan Cyberbaiting tentu akan menindak siswa yang melakukannya sesuai dengan peraturan sekolah yang ada. Seperti yang dikatakan oleh salah satu guru pada talkshow tersebut, bahwa sekolahnya akan memanggil orang tua/wali siswa tersebut untuk menyelesaikan persoalan yang timbul karena Cyberbaiting sebelum mengambil tindakan tegas selanjutnya.
Menanggapi hal tersebut, Mas Valen mengingatkan bahwa tindakan untuk mengeluarkan siswa dari sekolah karena Cyberbaiting adalah tindakan yang kurang tepat. Seperti yang pernah terjadi pada beberapa siswa di Bogor beberapa waktu lalu. Baginya, persoalan kenakalan remaja harus dapat dutangani secara benar dengan mengedepankan rehabilitasi pada anak, karena beberapa undang-undang yang terkait dengan persoalan anak juga mengisyartkan hal demikian.
Kemudian bagi guru maupun sekolah tidak perlu menyikapi persoalan Cyberbaiting sebagai suatu ancaman atas kredibilitasnya sejauh mereka tidak melakukan tindakan atau perilaku yang kurang pantas bagi siswa termasuk selalu menjaga situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang kondusif terutama dalam proses belajar-mengajar. Â Terkait hal ini, salah satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah mengenai perilaku guru di media sosial, dimana mereka juga memiliki hubungan pertemanan dengan murid-muridnya.
Sedangkan bagi para siswa, perlu diingatkan bahwa tindakan Cyberbaiting adalah tindakan yang kurang terpuji. Apabila mendapat perlakukan yang tidak pantas dari guru atau merasa lingkungan sekolah perlu diperbaiki, ungkapkan itu melalui saluran yang ada di sekolah. Paling tidak guru BP atau Osis dapat menjadi jembatan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi di sekolah. Â Cyberbaiting tidak akan menyelesaikan persoalan yang ada, namun justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Untuk medengarkan kembali talkshow ini maupun talkshow lainnya dapat diakses melalui http://youtube.com/user/idkitakompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H