Mohon tunggu...
Deasy Maria
Deasy Maria Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kosong\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kami Datang Bawa Barang

22 September 2011   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_131467" align="alignleft" width="300" caption="Sumber gambar: megatia.blogspot.com"][/caption]

Kemana kaki melangkah, tetap saja kampung halaman yang selalu terkenang. Begitu pula dengan Deasy Si Jutek dan Lala Pujangga Rangkat. Dalam rangka bulan madu mereka yang sangat-sangat panjang (jangan ngiri), mereka akhirnya memutuskan untuk pulang juga. Rindu pada Rangkat memang sudah sejak lama mereka rasakan. Hanya saja, namanya juga pengantin baru, maunya masih berdua-duaan saja.

"Haduh, "D" ... ini tasnya sudah nggak muat, barangnya masih banyak yang belum dipacking, gimana nih?" Lala kebingungan melihat barang-barang yang menumpuk.

"Tapi itu harus dibawa semua La, harus! Nggak bisa enggak. Gimana nanti ngomong sama Mommy, Uleng, Jingga dan semuanya kalo ini semua nggak dibawa?" Deasy tetap memaksa.

"Lah, memang itu barang-barang siapa sih?" Lala jadi heran, kapan belanjanya ya si Jutek ini?

"Pokoknya itu barang-barang yang penting, titipan warga Rangkat. Harus terbawa, gimana caranya deh. Titik!" Deasy juteknya kumat. Lala hanya angkat bahu, lalu sibuk mencari sesuatu.

Akhirnya, dengan penuh perjuangan sampai titik keringat yang penghabisan, Lala dan Deasy berhasil mengemas barang-barang mereka. Dus-dus besar terikat menjadi satu. Urusan packing sudah selesai, tinggal memikirkan bagaimana cara membawa pulang dus-dus itu.

Dan saat yang dinanti tiba, dengan mengendarai dokar super ajaibnya Bang Nades Medan, mereka tiba di ujung gerbang Desa. Semilir angin sejuk membawa harum rumput segar, sisi jalan berhias bunga-bunga rumput liar, serta suara gemericik air sungai Rangkat menambah rasa rindu yang membuncah semakin menguat di dada.

"Bang, ngebut Bang." Lala sudah tidak sabar. Bang Nades pun memacu kudanya, dan jangan heran. kudanya memang mantan juara pacuan kuda nasional. Langsung wuss wuss dokar super itu melaju.

Deasy ketakutan. Sambil memejamkan mata, dia berlindung di punggung Lala. Lala tersenyum-senyum sendiri. Tiba-tiba dokar tersebut mendadak ngerem. Deasy yang sembunyi  di punggung Lala terkejut hingga mendorong Lala, dan Lala yang tidak siap akhirnya jatuh terjerembab. Kuda Bang Nades tersenyum-senyum.. eh meringkik.

Sudah sampai, di depan rumah Pak Kades, tempat pertama yang harus dihampiri oleh Lala dan Deasy sebelum pulang ke rumah mereka di tepi danau. Berbinar-binar mata Deasy, sampai lupa kalau Lala masih terduduk di tanah. Dia langsung melompat turun dari dokar. Dan tepat mengenai tubuh Lala, celaka sekian belas buat Lala. Bang Nades tersenyum-senyum.

Deasy lari.. slow motion... masuk ke pekarangan rumah Pak Kades.

"Mooooom, Uleeeeng, Jinggaaaa, Mas Yayoooook, aku pulaaaaaaang!"

Dari dalam kamar, Mommy terkejut setengah mati, berbarengan dengan Jingga dan Uleng, berhamburan keluar. Dan merekapun saling berpelukan ala Teletubbies (pas, 4 orang).

"Haduuuuuh, Mommy kira kalian nggak akan pulang ke Rangkat, habis bulan madunya lama sekali."

"Pulang lah Mom, khan rumah kami di sini Mom. Sebentar Mom... sebelum pulang, kamu mau titip sesuatu untuk semuanya." Deasy berlari menuju dokar, bersama Lala mengangkut dus-dus yang besar-besar itu. Lala dan Deasy memang mantan preman dan kuli angkut juga (bo'ong ding hahaha).

"Apa ini Deas, La?" Mommy keheranan melihat dus-dus yang menggunung.

"Ini oleh-oleh Mom. Desa kita khan mau ulang tahun. Kamu bawakan oleh-oleh untuk semua warga Rangkat yang akan merayakan pesta ulang tahun Rangkat Mom. Nih.. ini daftarnya...." Deasy menyerahkan secarik kertas pada Mom. Tertulis didalamnya:

1. Sanggul kuning untuk Mommy

2. Sepatu bertali merah untuk Jingga

3. Kerudung biru laut untuk Uleng.

4. Rendang Jengkol untuk Mas Yayok

5. Batere kamera untuk Bebe

6. Kunir asem untuk Depi

7. Kacamata hitam untuk Pak RT

8. Kebaya perak untuk Bu RT

dst ... sampai no. 290

"Whuaaaaaa... trus, ini nanti Mom yang bagikan? Kenapa jadi seperti pembagian sembako begini????" Mom mulai mengomel.

"Ya Mommy dong, kita khan mau hanimun lagi, Mom!" Deasy dan Lala nyengir lebar.

-oOo- Dan untukmu Desa Rangkatku dari rasa Kita engkau menjadi sebentuk kerinduan dari keindahan Kami engkau menjelma jadi kebersamaan dari kebersamaan itu aku damai bersamamu kutitipkan Asaku Keluhku candaku sapaku karena disitu juga ada Aku

(Pujangga Rangkat)

-oOo-

___________________________________________________

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun