Jika dorongan seksual itu dia salurkan sendiri misalnya dengan masturbasi mungkin hanya akan merugikan dirinya saja. Namun bagaimana jika anak ini malah mengajak orang lain? Sebab anak 7 tahun awalnya hanya ingin coba-coba saja mempraktekkan apa yang mereka llihat di film. Ternyata saat mempraktekkan ada kenikmatan yang mereka rasakan.Â
Lalu akhirnya menjadi ketagihan. Awalnya korban hanya satu, besoknya dua, tiga, empat dan seterusnya. Awalnya hanya berani dengan anak laki-laki. Suatu saat bisa jadi mengajak anak perempuan. Sebab sifat dari kecanduan itu tingkatannya selalu nagih dengan yang dosis yang lebih besar dan lebih menantang.
Begitu pula yang terjadi dengan anak 7 tahun ini. Dia mencari teman laki-lakinya untuk bisa mempraktekkan apa yang dia lihat. Untunglah pihak sekolah tanggap dengan kejadian ini dan segera mengantar anak ini pulang ke rumahnya. Apakah masalah ini selesai? Tidak. Ternyata orang tuanya tidak percaya jika anaknya melakukan itu. Mereka yakin itu hanya permainan anak-anak saja, bukan bermaksud pada aktifitas seksual. Bahkan orang tuanya ini balik bertanya siapa saja korban anaknya dan berusaha mencari kesalahan korban bukan mengevaluasi perilaku anaknya.
Lalu sampai sini harus bagaimana? Padahal anak yang kecanduan pornografi jadi seperti terikat lahir batin dengan pornografi. Jika tidak melihat pornografi beberapa hari, ia akan merasa kangen. Hormon di dalam tubuhnya membuat seseorang jadi terikat pada pornografi. Bahkan anak ini seperti memiliki perpustakaan pornografi di otaknya. Jika sudah begini maka akan ada terus dorongan untuk menambah koleksi perpustakaanya itu. Lama kelamaan bisa terjadi penyimpangan seksual.
Pada tahun 2013 ada kasus remaja yang memperkosa ratusan ayam di Tasikmalaya. Setelah ditelusuri remaja ini juga punya kebiasaan menonton film porno. Setelah hasrat seksualnya tidak tertahankan lagi dia mencari ayam di sekitar rumahnya dan menjadikan ayam sebagai sasaran perilaku seksualnya. Hal ini sudah dia lakukan sejak umur 9 tahun. Kurang lebih ada 300 ayam dan beberapa kambing yang dia perkosa. Remaja ini kemudian ditahan karena pada umur 17 tahun dia memperkosa seorang anak SD.
Sebuah penelitian mengungkapkan bawah hampir seratus persen orang yang melakukan kekerasan seksual diawali dari mengases pornografi. Semakin sering otak terpapar pornografi maka semakin sulit ia melepaskan pikiran tersebut.Â
Parahnya bukan hanya ia yang jadi korbannya tapi orang lain menjadi korban kejahatan seksualnya. Apalagi jika ini terjadi pada mereka yang belum nikah. Korbannya bisa jadi orang terdekatnya, menjajal dunia prostitusi atau bahkan melakukan kekerasan seksual kepada orang di sekitarnya yang dianggap lebih lemah. Maka pecandu pronografi lebih merusak daripada pecandu narkoba sebab ia merusak dirinya dan merusak masa depan orang lain.
Untuk mereka yang sudah menikah kecanduan pornografi ini juga sangat berbahaya. Semakin sering seseorang melihat pornografi, semakin rendah kepuasan yang mereka dapatkan terhadap aktifitas seksual yang biasa saja. Apalagi jika hanya suami atau istri saja yang jadi pecandu maka tentunya terjadi ketimpangan ketika melakukan hubungan seksual karena perbedaan 'ilmu'.
Bisa jadi salah satunya akan merasa tidak puas dan terdorong untuk melakukan dengan bukan pasangannya untuk mencari kepuasan yang lebih besar. Saya menemukan kasus ada yang meminta istrinya mencari "teman" untuk melakukan aktifitas seksual bersama. Perilaku ini dikenal dengan istilah "Threesome." Bahkan sekarang ini ada pula yang melakukan seks party dengan banyak pasangan di satu ruangan. Mereka bebas bergantian mau melakukannya dengan siapa hanya untuk memenuhi kepuasan imajinasi seksual akibat kecanduan film porno.
Kembali lagi pada kasus anak 7 tahun, saya sebetulnya penasaran apakah ada "sesuatu" yang sudah dilakukan antara kakak dan adiknya ini. Sebab anak 7 tahun itu mengakui jika dia mendapatkan akses film porno dari kakak kandungnya. Saya juga penasaran apakah anak ini pernah melihat atau memperhatikan orang tuanya saat melakukan aktifitas seksual. Sebab saya melihat faktor terpenting dari kasus ini adalah relasi dan pengasuhan dalam keluarga si anak.
Sebetulnya adiksi pornografi bisa sembuh sama halnya dengan kecanduan narkoba. Sayangnya terkadang keluarga tidak mengetahui jika salah satu anggotanya terkena adiksi sehingga terlambat menolongnya. Bahkan yang sering terjadi jika sudah ada korban barulah keluarga merasa bersalah dan malu. Mungkin Anda bisa belajar dari kasus Reynhard Sinaga yang mempunyai kelainan seksual dan tidak mendapat pertolongan hingga korbannya sampai ratusan. Andai saja Raynhard Sinaga dulu ditangani oleh seorang ahli mungkin dia tidak akan menjadi predator seks yang menghebohkan dunia.