Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Magister Psikologi, Pendidik, Ibu Rumah Tangga, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memahami Kondisi Psikologis Seorang Ibu Pasca Melahirkan

6 Oktober 2016   07:40 Diperbarui: 6 Oktober 2016   08:55 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pinterest.com

2. Depresi Post Partum (DPP): Depresi berat yang terjadi 2 minggu setelah melahirkan akibat tidak tertanganinya PPB dan kondisi ini bisa berlangsung selama lebih dari satu bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Ibu yang mengalami DPP menurut penelitian terjadi pada sekitar 10 sampai dengan 20 persen Ibu melahirkan.

3. Post Partum Psikosa (PPP): Depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Suatu periode ketika seorang wanita kehilangan sentuhan dengan kenyataan. 

Dalam kasus ini perempuan yang mengalaminya bisa jadi bunuh diri atau membunuh anaknya. Sebuah penelitian mengungkapkan kasus Post Partum Psikosa mencapai tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4% dari setiap kasus yang ada.

Sebelum seseorang sampai pada tahap PPP, biasanya sudah ada gejala-gejala sebelumnya. Hal ini bisa diketahui orang-orang terdekatnya seperti suami, orangtua, saudara atau tetangga dan sahabatnya. Karena gejala PPP ini adalah sebagai berikut:

  1. Halusinasi, berpikir ada orang lain di sekitarnya padahal tidak ada.
  2. Delusi,diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain,  ditipu, merasa dirinya sakit atau disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu, tanpa mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia.
  3. Pikiran yang tidak logis
  4. Insomnia
  5. Menolak untuk makan
  6. Perasaan cemas yang berlebihan
  7. Delirium atau mania, adalah kondisi di mana seseorang mengalami kebingungan parah dan terjadi secara tiba-tiba.
  8. Ingin bunuh diri.

Kembali ke kasus di Cengkareng Jakarta Barat, menurut Kapolda Metrojaya, pelaku mutilasi seperti mendapat bisikan untuk membunuh anaknya. Ini pula yang terjadi pada kasus Ibu yang saya ceritakan semua di atas. Seperti ada suara-suara yang mengatakan, “Kamu bukan Ibu yang baik. Kamu tidak becus jadi orangtua, Kamu tidak pantas punya anak sebaik dia, Kamu harus mengakhiri hidup anakmu atau nanti dia jadi anak yang berdosa karena kamu tidak bisa mendidiknya.”  

Suara-suara itu terus berdengung di telinga penderita PPP. Hingga akhirnya semuanya terlambat. Sebuah tindakan mengakhiri nyawa anak atau dirinya sendiripun tak terhindarkan. Pelaku mengatakan bahwa dia seperti memotong boneka kayu bukan bayinya sendir (Kompas, 5 Oktober 2016).  Ini penyakit, ini bukan kriminal. Pelaku jelas butuh pertolongan karena sudah menunjukkan gejala halusinasi dan delirium.

Sesungguhnya siapapun kita, sebagai sahabat, sebagai teman, sebagai saudara, sebagai orangtua, sebagai tetangga apalagi sebagai pasangan terdekat seharusnya memiliki kepedulian jika ada orang yang mempunyai gejala mengarah pada depresi. Sebelum terlambat ajaklah dia untuk berkonsultasi dengan psikiater. 

Depresi yang dibiarkan bisa membuat seseorang mengakhiri hidupnya atau hidup orang yang dicintainya. Jadi waspadalah dan pedulilah terutama kepada semua Ibu yang baru melahirkan.

Deassy M Destiani

Penulis Buku “Anakku Bukan Anakku” (Kumpulan kisah Ibu yang mengalami Depresi Pasca Melahirkan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun