Hi people pleaser! Ya, saya atau mungkin dari kalian yang hobinya terlalu fokus menyenangkan orang lain dan lupa untuk mencintai diri sendiri.Â
Sulit memberikan penolakan dengan dalih 'perasaan tidak enakan'. Selalu berusaha dan rela melakukan apa saja demi menyenangkan orang di sekitarnya.Â
Contoh konkretnya adalah merasa harus selalu tersedia untuk teman atau anggota keluarga yang membutuhkan bantuan, menyetujui untuk pergi ke acara sosial yang tidak kita nikmati.
Sejak kecil, mungkin orang tua sering mengajarkan kita untuk menolong orang lain. Tidak bisa dipungkiri juga, saat menolong orang lain, ada sedikit rasa bahagia dalam diri yang kira terima sebagai 'imbalan'-nya.Â
Memang sih, menolong orang adalah hal yang baik. Namun, jika terlalu berlebihan hingga akhirnya menyusahkan diri kita sendiri, itu bukanlah hal yang baik.
Padahal, mencintai diri sendiri adalah hal utama yang harus kita lakukan, lho. Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa mencintai diri sendiri adalah perbuatan egois dan menunjukkan sikap tidak acuh kepada orang lain.Â
Bukannya egois, justru dengan mengedepankan rasa cinta terhadap diri sendiri, kita akan lebih siap membantu orang lain nantinya.Â
Psikolog klinis Felicia Maukar sekaligus co-founder Skin Dewi mengungkapkan, mencintai diri sendiri adalah kemampuan menghargai diri. Sikap itu sama sekali berbeda dari egois. Meski sama-sama memenuhi kebutuhan diri, tujuannya berbeda.
Mencintai diri sendiri bukan berarti kita ingin menang sendiri, melainkan menghargai dan menyayangi diri kita sehingga kita bisa merasa cukup terlepas dari segala kekurangan yang kita miliki. Selain itu, sikap ini akan membuat kita memiliki hubungan sehat dengan orang lain.