Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pewarta Warga Wajib Punya Buku Ini

9 November 2012   10:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1352686154239234268

[caption id="attachment_222737" align="aligncenter" width="614" caption="Buku Citizen Journalism karya Pepih Nugraha (dok. dearmarintan)"][/caption]

Resensi Buku

Judul: Citizen Journalism: Pandangan, Pemahaman, dan Pengalaman Penulis: Pepih Nugraha Penerbit: Penerbit Buku Kompas Terbitan: Oktober 2012 Jumlah halaman: 192 halaman Kategori: Seri Jurnalistik Kompas Harga: Rp 38.000

Kompasianers sudah pasti akrab dengan istilah citizen journalism atau dalam Bahasa Indonesia disebut jurnalisme warga. Kompasiana merupakan wadah yang menjadi medium bagi para Kompasianers untuk menuangkan pemikiran, opini, maupun melaporkan berita atas peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bagi banyak orang kegiatan tersebut dikategorikan sebagai praktik jurnalisme warga.

Namun, apakah sebatas itu saja maknanya? Sudah tepatkah gelar ‘jurnalis’ disematkan pada warga? Apa bedanya laporan warga dengan wartawan? Adakah kode etik dan aturan yang mengikat warga dalam melaporkan suatu peristiwa?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa ditemukan jawabannya dalam buku karya Pepih Nugraha yang berjudul Citizen Journalism: Pandangan, Pemahaman, dan Pengalaman. Buku bersampul cerah berwarna kuning agak oranye ini merupakan buku yang ringan (hanya 192 halaman, itu pun sudah termasuk halaman indeks dan biografi singkat penulis) namun berbobot.

Mengapa berbobot? Ini bukan semata karena Pepih Nugraha membidani kelahiran Kompasiana, blog sosial yang disebut sebagai pelopor jurnalisme warga online yang menjadi wadah kita menulis saat ini, namun karena isinya yang membuka mata bagi semua orang, termasuk saya, yang merasa menjadi jurnalis warga. Meskipun tidak tebal, isi buku ini padat pengetahuan dan juga sarat dengan informasi yang memperkaya wawasan kita sebagai Kompasianers.

Pepih Nugraha dengan gaya bertutur yang ringan dan mudah dimengerti memaparkan apa itu citizen journalism, sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, namun pada kenyataannya masih banyak yang belum mempraktikkannya dengan baik. Mengapa dia lebih menyukai istilah citizen reporter dibanding citizen journalist juga dijelaskan di buku ini.

Buku ini juga membuka mata saya mengenai ‘7 dosa besar pers’ yang kerap kali kita temui di banyak artikel pewarta warga, baik di blog pribadi maupun blog sosial seperti Kompasiana ini. Hah, ada 7 dosa besar pers? Apa saja itu, harus dibaca sendiri untuk mengetahui dan memahaminya lebih lanjut.

Menjadi pewarta warga juga tidak semudah yang dibayangkan banyak orang. Sebab, meskipun tidak terikat kode etik wartawan dan tidak dipekerjakan secara professional oleh perusahaan media, pewarta warga juga wajib mengetahui apa yang harus dipublikasi dan layak dibaca oleh khalayak ramai.

Lalu bagaimana mengetahui mana yang layak ditulis dan mana yang tidak? Hal atau peristiwa apa yang bernilai berita atau menarik dibaca? Gaya bahasa seperti apa yang harus dipakai dalam menulis? Pepih mengulasnya lebih lanjut dan memberikan contoh-contoh yang mudah dimengerti dan diingat.

Membaca buku ini sangat mengasyikkan. Sebab, ini untuk pertama kalinya saya membaca buku tentang citizen journalism dalam Bahasa Indonesia, dengan gaya bahasa yang juga mudah dimengerti. Dengan embel-embel “pandangan, pemahaman, dan pengalaman”, Pepih mengemas semua pengetahuannya tentang jurnalisme warga secara personal dengan gaya tulisan seperti sedang bercerita kepada seorang kawan. Tidak berat. Mudah dimengerti, namun sarat pengetahuan.

Tak hanya mengupas soal teknik menjadi pewarta warga saja, Pepih juga menjabarkan tentang pentingnya peran pewarta warga dalam beberapa peristiwa di dunia. Saya yakin, Kompasianers yang membaca buku ini pasti merasa bangga menjadi bagian dari blog sosial Kompasiana. Mengapa demikian? Silakan baca bukunya dulu untuk mengetahui apa yang saya maksud.

Meskipun ada beberapa kesalahan pengetikan dan sejumlah paragraf panjang yang harusnya dipecah menjadi beberapa bagian agar lebih nyaman dibaca, secara keseluruhan saya sangat menyukai buku ini. Buku pertama di Indonesia tentang jurnalisme warga ini menurut saya sangat layak dibaca dan dikoleksi terutama oleh para Kompasianers dan semua orang yang merasa mempraktikkan jurnalisme warga. Label “Seri Jurnalistik Kompas” membuat saya menantikan karya Pepih berikutnya atau jurnalis Kompas lainnya untuk memperkaya pengetahuan saya tentang jurnalistik, media sosial, dan kekuatan opini warga di ranah dunia maya.

Sebagai Kompasianer, saya berharap akan ada acara diskusi buku ini untuk membuka ruang bagi para pembaca dalam menyampaikan pendapat atau bertukar cerita mengenai jurnalisme warga yang sudah dipraktikkan, setidaknya dalam lingkup Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun