Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Orangutan Menanti Pertolonganmu

21 Desember 2011   17:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun untuk pertanyaan ini, rupanya ada alasan terselubung di baliknya. Yolinda sang reporter menjelaskan hasil investigasinya di lapangan. Dengan menebang hutan, pengusaha mendapat untung berlipat dibandingkan menanami lahan terlantar dengan kelapa sawit. Apa saja keuntungannya?

- Pengusaha bisa memperoleh kayu-kayu pohon di hutan Kalimantan yang berkualitas. Kayu-kayu ini nantinya bisa diolah atau dijual untuk mendapatkan uang. Lumayan, hasil dari pemberdayaan kayu hutan tersebut bisa menjadi modal biaya operasional perusahaan tersebut.

- Hanya dalam waktu 3 tahun, kelapa sawit sudah bisa dipanen dan mendatangkan keuntungan berlipat-lipat. Nasib Orangutan? Nanti dulu, yang penting uang mengalir deras!

- Dengan membakar hutan (atau membuatnya seolah tidak sengaja terbakar), pengusaha bisa menghemat biaya pembayaran tenaga kerja/kuli penebangan pohon. Lebih hemat dan efisien. Lahan pun bisa segera ditanami kelapa sawit.

Paparan fakta ini membuat para narasumber yang hadir berjuang untuk menyelamatkan Orangutan. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan semua orang, siapapun yang peduli pada nasib kera besar yang imut itu, untuk menyelamatkan mereka dari kepunahan. Cara-cara ini dirangkum oleh Rini dari BOS:

- Tidak memakai atau setidaknya mengurangi pemakaian produk-produk berbahan dasar minyak kelapa sawit. Berkurangnya pemakaian akan menyebabkan keuntungan bisnis kelapa sawit menurun. Meningkatnya penebangan hutan dan penanaman kelapa sawit pada dasarnya dimulai dari meningkatnya permintaan konsumen akan produk ini.

- Menjadi konsumen yang bijak dan ramah lingkungan. Gaya hidup kita menentukan kelangsungan hidup Orangutan secara tidak langsung. Karena itu, mulai saat ini berpikir dan teliti sebelum berbelanja. Kurangi pemakaian kantong plastik dan usahakan untuk bergaya hidup hijau (green living).

- Ikut aksi volunteering bersama LSM. BSO menawarkan program ini, tapi syaratnya tidak mudah. Sebab setiap kandidat yang melamar, setidaknya harus memiliki waktu luang selama 3 bulan untuk ikut program volunteering ini, sehat secara lahir batin dan mampu melewati sejumlah tahap seleksi lainnya.

- Memberikan donasi. Ada banyak LSM yang memiliki program penyelamatan dan pelestarian Orangutan. Kita bisa memilih LSM mana yang mau dijadikan media untuk menolong satwa khas Indonesia ini.

- Mengadopsi Orangutan. Bukan berarti seperti mengadopsi anak, alias dibawa pulang ya. Adopsi artinya kita jadi orangtua asuh untuk si Orangutan yang dirawat dalam konservasi. Mereka butuh makan, pemeliharaan dan perawatan kesehatan. Semuanya itu butuh biaya, sebagai orangtua asuh, kitalah yang menanggung biaya tersebut. Biaya adopsi bervariasi, mulai dari 300ribuan (untuk periode 3 bulan), 600ribuan (6 bulan) dan 1 jutaan (1 tahun). Selama masa adopsi, LSM tersebut akan memberikan kita laporan berkala tentang si Orangutan dan juga sertifikat sebagai tanda bahwa kita telah ikut ambil bagian untuk mengadopsinya. Kalau kata Rini dari BOS, "Lebih murah biaya adopsi Orangutan daripada biaya gaul ngopi di Starbucks".

- Tidak berniat memelihara, mengeksploitasi, menyiksa apalagi sampai membunuh Orangutan. Ingat! Membunuh Orangutan adalah kejahatan yang bisa diperkarakan karena mereka dilindungi Undang-undang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun