Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Uniknya Museum Budaya Arab

11 Desember 2014   19:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:31 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_381952" align="aligncenter" width="587" caption="(dok. pribadi / dearmarintan.com)"]

1418274827145705641
1418274827145705641
[/caption]

[caption id="attachment_381953" align="aligncenter" width="587" caption="Gantungan baju di dalam ruang tamu menunjukkan efisiensi pemakaian ruangan (dok. pribadi / dearmarintan.com)"]

1418274871147244751
1418274871147244751
[/caption]

Kata Abdul, orang Abha rumahnya tidak sebesar rumah orang Jeddah modern, jadi mereka harus memanfaatkan setiap ruang dan bahkan dinding yang kosong untuk menaruh perabot. Kebanyakan orang Abha hidup dari berternak dan berdagang, sehingga jangan heran bila melihat karpet kulit kambing atau barang dagangan berserakan di ruang tamu atau di dapurnya.

Selain replika rumah unik tersebut, di lantai tiga pengunjung juga bisa melihat beragam koleksi pakaian pria dan wanita Arab untuk berbagai acara. Mulai dari abaya, burkha, thawb, hingga baju pengantin beragam suku dan pakaian kebesaran para bangsawan yang berupa jubah sutra dengan detail cantik pada kainnya.

[caption id="attachment_381955" align="aligncenter" width="587" caption="(dok. pribadi / dearmarintan.com)"]

14182750461761267598
14182750461761267598
[/caption]

[caption id="attachment_381954" align="aligncenter" width="587" caption="(dok. pribadi / dearmarintan.com)"]

14182749732004550244
14182749732004550244
[/caption]

Berhubung kebanyakan baju wanita Arab berwarna gelap atau hitam, gue merasa sedikit seram juga melihat-lihat manekin tanpa kepala yang memeragakan pakaian tersebut. Tak terbayang rasanya kalau berkunjung ke museum ini sendirian dan tanpa ditemani oleh pemandu. Pasti rasanya seperti uji nyali di tempat berhantu.

Lantai empat menjadi galeri terakhir di gedung utama museum ini. Tak banyak yang bisa dilihat, hanya kumpulan barang, lukisan, foto, dan informasi seputar perkembangan dunia Arab di masa modern. Kami pun melalui lantai ini dengan cepat karena kurang menarik bila dibandingkan dengan tiga lantai sebelumnya yang sarat dengan sejarah dan keunikan tersendiri.

Kunjungan ke museum tersebut kami mulai sejak jam 17.15 KSA hingga 21.00 KSA. Total waktu yang kami habiskan untuk mengunjungi seluruh bagian museum tersebut adalah tiga jam lima belas menit. Bagi yang gemar sejarah atau sekedar hobi berfoto narsis, waktu berkunjung yang disarankan adalah 3-4 jam supaya puas menjelajah seluruh bagian museum.

Al Tayebat International City Museum
Opening Time: Saturday – Thursday (*closed on Friday)
8 am – 12 pm / opens again after Ashar prayer time / 5 pm – 9 pm
Address: Rehana Al Jazeerah Street
Al Faisaliah 2, PO BOX 14032
Jeddah 21424
Entrance Fee
Individual: SAR 300 atau sekitar Rp 986.275
Group of 10: SAR 500 (SAR 50 / per person atau sekitar Rp 164.379)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun