Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Review] Big Hero 6: Belajar Hidup Damai tanpa Dendam

18 Desember 2014   06:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04 2505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baymax malah terkesan seperti mahluk futuristik yang diciptakan untuk menjadi sahabat manusia dan dilengkapi dengan alat canggih yang bisa membantu mengatasi masalah. Karakter ini sedikit mengingatkan saya akan Doraemon, robot kucing dari Jepang yang popular di seluruh dunia. Di sisi lain, ekspresi Baymax yang datar serupa dengan Hello Kitty dan, di luar dugaan, keseriusannya dalam menangani bahaya tak kalah bersaing dengan tokoh Groot di film Guardians of the Galaxy.

Meski dengan ekspresi wajah datar, Baymax ternyata bisa membuat saya menangis saat dia membuat suatu keputusan penting demi Hiro. Jujur, saya tidak pernah menangis sebelumnya hanya karena menonton film animasi. Eh, pernah ding waktu nonton Doraemon – Nobita’s Dinosaur (2006) dulu. Tapi kan ya itu film animasi Jepang dan saya punya ikatan emosional dengan Doraemon sejak kecil. Wajarlah kalau menangis *ceritanya membela diri*. Sementara Big Hero 6 baru kali ini saya tonton, pun saya tidak pernah membaca buku komiknya sebelumnya dan juga tidak mencari tahu terlebih dulu latar belakang ceritanya sebelum menonton.

Big Hero 6 bukan sekedar film animasi dengan pesan moral biasa untuk anak-anak. Menurut saya, semua orang harus nonton film ini karena meskipun setting waktu dan tempatnya futuristik, konflik yang disajikan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari dan berlaku di segala jaman.

Intinya adalah bagaimana setiap orang bisa berbuat baik kepada semua orang tanpa kecuali dan hidup damai tanpa menyimpan dendam. Lewat tokoh Hiro yang masih puber dan emosinya meledak-ledak, kita diperlihatkan bahwa pelampiasan amarah hanya akan membawa kepuasan sesaat. Sementara efeknya setelah itu menjadi lingkaran balas dendam satu terhadap yang lain. Begitu seterusnya hingga tak berujung kalau tidak segera dihentikan dan belajar memaafkan.

Dengan pengemasan konflik melalui animasi seperti ini, siapapun yang menontonnya akan merasa terhibur dan tersentil dengan pesan yang tersirat di dalamnya. Sebenarnya kalau dipikir lagi, konflik yang ada di dalam film ini sangat jamak ditemukan dalam hidup keseharian orang dewasa. Hanya saja dikemas dengan ringan, polos, dan menghibur.

Kalau kalian belum nonton Big Hero 6, saya sarankan untuk segera ke bioskop terdekat dan menyaksikannya segera. Yang sudah menonton, bukan dosa juga kok buat menonton lagi untuk kedua atau ketiga kalinya, hehehe~

[caption id="attachment_383478" align="aligncenter" width="600" caption="(foto: twitter @BigHero6Fan)"]

14188323401313838903
14188323401313838903
[/caption]

Quotes: It is okay to cry. Crying is a natural response to pain. (Baymax)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun