Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Deansyah
Muhammad Rizky Deansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Siswa/Peminat Sejarah/Umum

Seorang Pelajar di dunia Tuhan. "ᬇᬤᬲᬂᬳ᭄ᬬᬂᬯᬶᬤᬶᬯᬲᬗᬫᬗ᭄ᬕᬾᬳᬗ᭄ᬢᬸᬃᬗᬫᬾᬃᬢᬦᬶᬦ᭄ᬇᬤᬲᬂᬧ᭄ᬭᬩᬸ᭟"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melihat Pendidikan dari Kutipan Ikan

15 Juli 2024   10:03 Diperbarui: 15 Juli 2024   10:11 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id

KUTIPAN IKAN

Pernahkah anda membaca kutipan ini.

"Semua orang adalah jenius. Tetapi jika Anda menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, ia akan menjalani seluruh hidupnya dengan percaya bahwa ia bodoh."

Jika pernah, dan anda menganggap bahwa ini adalah kutipan dari jenius terkenal, Albert Einstein, maka selamat, anda SALAH. Kutipan ini tidak berasal dari Einstein. Sejauh yang diketahui, Einstein tidak pernah mengatakannya. Terimakasih kepada Garson O'Toole  atau yang luarbiasa Gregory F. Sullivan, mantan ilmuwan komputer Universitas Johns Hopkins dengan Quotes Investigator-nya, kita berhasil menemukan fakta ini. Asal muasal kutipan ini masih simpang siur. Namun, O'Toole mencatat serangkaian alegori serupa tentang hewan di sekolah yang berasal dari tahun 1800-an di berbagai jurnal dan surat kabar.

Lagipula, Penulis skeptis bahwa Einstein sendiri akan setuju dengan kutipan ini. Dalam bukunya, Ideas and Opinions (1957: 65), Einstein menuliskan, 

"Hanya ada sedikit orang tercerahkan dengan pikiran jernih dan gaya serta selera yang baik dalam satu abad. Apa yang telah dilestarikan dari karya mereka termasuk di antara harta paling berharga umat manusia." 

Perhatikan lagi, Kutipan Eistein dari Buku Einstein ini menguatkan keraguan akan kebenaran Kutipan Ikan tersebut. Apa anda masih kurang percaya? Mungkin Kutipan Einstein yang lain akan membantu. Sebuah kutipan dari Pidato Einstein pada 1936.

"Saya ingin menentang gagasan bahwa sekolah harus mengajarkan secara langsung pengetahuan khusus dan prestasi yang harus digunakan secara langsung dalam kehidupan. Tuntutan hidup terlalu banyak untuk memungkinkan pelatihan khusus seperti itu di sekolah [...] Pengembangan kemampuan umum untuk berpikir dan menilai secara mandiri harus selalu diutamakan."

Darinya kita makin diyakinkan akan kepalsuan Kutipan Ikan. Bukan kepalsuan apakah kutipan itu benar atau tidak, namun kepalsuan bahwa kutipan itu berasal dari seorang Albert Einstein. Dari status, kita sudah menyangkalnya. Tidak ada bukti kuat bahwa kutipan ini berasal dari Albert Einstein. Lantas, apakah kenyataan bahwa Kutipan Ikan tidak berasal dari Einstein maka kutipan itu salah?

Albert Einstein. Oleh F. Schmutzer./Merdeka.com
Albert Einstein. Oleh F. Schmutzer./Merdeka.com

RELEVAN?

Kutipan itu-Kutipan Ikan-merupakan kalimat manis yang berfungsi sebagai obat pereda nyeri. Penulis mengakui bahwa kelebihan dan kelemahan akademik seorang manusia itu relatif, namun tidak dapat dipungkiri ada mereka yang tidak jenius sama sekali di bidang apa pun.  

Kita semua suka membayangkan bahwa kita adalah orang jenius, dan satu-satunya alasan kita gagal, baik di Sekolah maupun di Kehidupan adalah karena Guru dan/atau Bos kita yang tidak dapat melihat kejeniusan alami kita. Kita adalah ikan dan merekalah yang membuat kita memanjat pohon! Pemikiran seperti inilah yang memperlancar hormon dopamin di otak. Menipu kta  dengan obat pereda nyeri. Sebuah kalimat pembenaran dalam mencari kambing hitam demi kepentingan diri sendiri.

Sebagaimana yang Penulis jelaskan di atas, Kutipan Ikan tidak berpihak kepada Guru dan/atau Bos. Lihat dari sisi pendidikan. Kutipan itu menempatkan Penguji sebagai perwakilan dari semua Guru dan Pendidik. Kutipan ini mengasumsika bahwa semua Guru dan Pendidik adalah sama. Sama seperti Penguji yang meminta semua siswa untuk melakukan tugas yang hanya dapat dilakukan oleh siswa tertentu. Kutipan ini menempatkan Penguji-Tenaga Pendidik-sebagai biang kerok masalah. 

Pada zaman modern ini, asesmen bukanlah tolak ukur seorang siswa. Setiap harinya, Guru dan semua Tenaga Pendidik berupaya bahu membahu meningkatkan kemampuan siswa. Siswa yang kesusuahan membaca dan memahami, mereka akan bantu. Siswa yang menghadapi kesulitan dalam berhitung, mereka akan ajarkan. 

Para Guru dan Tenaga Pendidik bersama-sama membangun siswa yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Dunia pendidikan sebenarnya memiliki potensi, namun sistem tidak mudah untuk diubah. Biaya untuk merubah Sistem Pendidikan juga bukannya kecil. Ditambah lagi dengan segala permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaanya.  

Di sisi lain, Kutipan Ikan memperkuat sebuah gagasan yang sebenarnya cukup berbahaya bagi pendidikan. Yaitu, gagasan bahwa beberapa orang hanya pandai dalam beberapa hal, sementara beberapa yang lain tidak. Gagasan ini bertentangan dengan pendidikan, karena tujuan belajar secara keseluruhan adalah "Anda dapat mempelajari berbagai hal". 

Kutipan ini bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa seseorang tidak harus menjadi "Jenius Matematika" untuk memahami Kabataku. Atau seseorang tidak harus memiiki "Wawasan Bahasa Indonesia yang luas" untuk menganalisis cerita Si Kancil yang Bijak. Anda hanya perlu bekerja keras dan belajar cara melakukannya. 

Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id
Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id

Kutipan Ikan tidak bisa menjadi tolak ukur pendidikan. Kutipan ini menggunakan perbandingan yang sama sekali berbeda. Lihat saja, membandingkan suatu sistem pendidikan untuk berbagai jenis hewan dengan sistem pendidikan untuk manusia. Saat ini kita berbicara tentang pendidikan untuk manusia, bukan pendidikan antar spesies hewan yang sangat berbeda secara fundamental. Sistem pendidikan kita-manusia-sama sekali berbeda dengan ilustrasi kutipan tersebut. Penulis paham, tujuan ilustrasi hiperbola tersebut untuk menunjukkan bahwa suatu sistem uji yang disamaratakan cenderung tidak adil

beberapa orang memiliki preferensi dan bakat untuk dalam bidang tertentu, dan sebagian kecil orang memiliki gangguan kognitif yang nyata. Namun analogi Kutipan Ikan menyiratkan bahwa  sebagian besar orang, ada banyak upaya intelektual yang secara alamiah mustahil bagi mereka. Padahal yang perlu anda lakukan hanyalah berkerja dan/atau belajar lebih keras. Lantas, apakah kutipan ini salah? Tidak juga. Setiap masalah memiliki jawaban yang benar, namun sayang Penulis tidak berkewajiban menetukannya. Jadi, kenapa harus?

TANTANGAN PENDIDIKAN

Mari kita lepaskan pikiran dari permasalahan praktis yang sedang panas. Sebenarnya masalah tersebut selalu membara sejak lama, namun kini suhunya meningkat sehingga radiasi bara tersebut meluas. Perubahan suhu ini tentu dirasakan oleh mereka yang ada disekitarnya.

Mendikbudristek RI  dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI, 6 Juni 2024. Kompas TV. 
Mendikbudristek RI  dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI, 6 Juni 2024. Kompas TV. 

Dalam dunia pendidikan, sistem pendidikan mencoba untuk mengajarkan semua hal kepada semua orang, namun hal itu tidak mungkin. Menciptakan metode pendidikan khusus yang sesuai dengan setiap siswa akan menjadi mimpi buruk bagi dunia pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan tidaklah sempurna. Sistem ini mencoba memasukkan semua orang ke dalam kotak yang sama, itulah sebabnya ada mereka yang kesulitan, di lain pihak ada juga yang tumbuh dan berkembang. Sulit untuk menemukan keseimbangan bagi sistem pendidikan. Bagaimana kita menciptakan sistem pendidikan yang memenuhi kebutuhan setiap siswa yang unik, namun memungkinkan semua orang untuk mempelajari segala hal yang penting?

Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa guru dan orang tua harus fokus pada potensi unik setiap siswa dan tidak membandingkan mereka dengan siswa lain. Dengan demikian, siswa akan lebih percaya diri dan lebih mampu mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.Namun, bagimana kita dapat mencapai suatu sistem pendidikan yang seperti itu? Mengingat segala keterbatasan yang dimiliki dunia pendidikan Indonesia dari sarana, prasarana, dan sumber daya manusianya. Hal-hal tersebut merupakan penghambat dalam mengejawantakan impian pendidikan tersebut.

Ini adalah sebuah tantangan. Tantangan yang tidak memiliki jawaban yang sederhana. Namun mungkin, dengan waktu dan inovasi, kita akan menemukan cara untuk menciptakan sistem pendidikan yang menyeimbangkan kedua dunia dan bermanfaat bagi setiap siswa. Perlu diingat kembali bahwa Pendidikan adalah Hak Asasi Manusia. Pendidikan adalah hal yang melekat dan harus diberikan kepada setiap pribadi manusia, maka pendidikan  

Masalah ini sama menggangunya dengan masalah Sekolah Unggulan. Sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan melalui prestasinya tersebut. Pada prakteknya, banyak sekolah unggulan hanya menerima siswa yang memiliki nilai dan prestasi yang telah dikompetisikan sebelumnya, sehingga membuat mereka terpercaya bahwa siswa yang diterima akan menjadi siswa unggul. Ya, kemungkinan besar pasti akan menghasilkan tamatan yang unggul. Toh, dari awal bibitnya saja sudah bibit-bibit unggul. 

Terlepas daripada itu, kita kembali ke pembahasan awal. Segala aspek Dunia Pendidikan saat ini berkewajiban dalam menemukan solusi dari tantangan mencari metode pendidikan yang tepat. 

Dari pihak eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta seluruh bagian dalam Dunia Pendidikan Indonesia harus salig babu membahu menuju pendidikan Indonesia yang cerah. Pendidikan bukan sekadar kewajiban satu pihak saja, ini merupakan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dari pada itu, peningkatan dan evalusi mesti digalakkan.

Sistem pendidikan bertujuan untuk mengajarkan semua aspek kepada semua individu.  Sistem pendidikan juga harus berfokus pada potensi unik setiap individu dan tidak bersaing dengan yang lain. Pendekatan ini dapat membantu menciptakan sistem yang menyeimbangkan kebutuhan semua siswa dan bermanfaat bagi mereka. 

Namun hal ini tidak selalu memungkinkan. Pendidikan adalah hak asasi manusia dan harus diberikan kepada semua individu. Namun, sangat penting untuk mengatasi masalah pendidikan satu ini. Pemerintah Indonesia harus bekerja sama untuk menemukan metode pendidikan yang sesuai, memastikan bahwa pendidikan memenuhi segala kebutuhan peserta didiknya dan menumbuhkembangkan kemampuan unik masing-masing siswa. 

REFERENSI

Pettigrew, Todd. (2022). Why we should forget Einstein's tree-climbing fish. how the genius truly viewed education. Diakses pada 1 Juli 2024. education.macleans.ca/feature/why-we-should-forget-einsteins-tree-climbing-fish/.

Lomeli, Nayeli. (2021). Fact check: No, Albert Einstein did not say famous quote about fish climbing trees. Diakses pada 3 Juli 2024. usatoday.com/story/news/factcheck/2021/04/27/fact-check-einstein-never-said-quote-fish-climbing-trees/7384370002/.

Brewer, Robb. (2016). Einstein Is Wrong About Fish. RobbBrewer: Life, Leadership, Executive Coaching. Diakses pada 4 Juli 2024. robertbrewer.org/wordpress/einstein-is-wrong/.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun