Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Deansyah
Muhammad Rizky Deansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Siswa/Peminat Sejarah/Umum

Seorang Pelajar di dunia Tuhan. "ᬇᬤᬲᬂᬳ᭄ᬬᬂᬯᬶᬤᬶᬯᬲᬗᬫᬗ᭄ᬕᬾᬳᬗ᭄ᬢᬸᬃᬗᬫᬾᬃᬢᬦᬶᬦ᭄ᬇᬤᬲᬂᬧ᭄ᬭᬩᬸ᭟"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melihat Pendidikan dari Kutipan Ikan

15 Juli 2024   10:03 Diperbarui: 15 Juli 2024   10:11 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id

RELEVAN?

Kutipan itu-Kutipan Ikan-merupakan kalimat manis yang berfungsi sebagai obat pereda nyeri. Penulis mengakui bahwa kelebihan dan kelemahan akademik seorang manusia itu relatif, namun tidak dapat dipungkiri ada mereka yang tidak jenius sama sekali di bidang apa pun.  

Kita semua suka membayangkan bahwa kita adalah orang jenius, dan satu-satunya alasan kita gagal, baik di Sekolah maupun di Kehidupan adalah karena Guru dan/atau Bos kita yang tidak dapat melihat kejeniusan alami kita. Kita adalah ikan dan merekalah yang membuat kita memanjat pohon! Pemikiran seperti inilah yang memperlancar hormon dopamin di otak. Menipu kta  dengan obat pereda nyeri. Sebuah kalimat pembenaran dalam mencari kambing hitam demi kepentingan diri sendiri.

Sebagaimana yang Penulis jelaskan di atas, Kutipan Ikan tidak berpihak kepada Guru dan/atau Bos. Lihat dari sisi pendidikan. Kutipan itu menempatkan Penguji sebagai perwakilan dari semua Guru dan Pendidik. Kutipan ini mengasumsika bahwa semua Guru dan Pendidik adalah sama. Sama seperti Penguji yang meminta semua siswa untuk melakukan tugas yang hanya dapat dilakukan oleh siswa tertentu. Kutipan ini menempatkan Penguji-Tenaga Pendidik-sebagai biang kerok masalah. 

Pada zaman modern ini, asesmen bukanlah tolak ukur seorang siswa. Setiap harinya, Guru dan semua Tenaga Pendidik berupaya bahu membahu meningkatkan kemampuan siswa. Siswa yang kesusuahan membaca dan memahami, mereka akan bantu. Siswa yang menghadapi kesulitan dalam berhitung, mereka akan ajarkan. 

Para Guru dan Tenaga Pendidik bersama-sama membangun siswa yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Dunia pendidikan sebenarnya memiliki potensi, namun sistem tidak mudah untuk diubah. Biaya untuk merubah Sistem Pendidikan juga bukannya kecil. Ditambah lagi dengan segala permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaanya.  

Di sisi lain, Kutipan Ikan memperkuat sebuah gagasan yang sebenarnya cukup berbahaya bagi pendidikan. Yaitu, gagasan bahwa beberapa orang hanya pandai dalam beberapa hal, sementara beberapa yang lain tidak. Gagasan ini bertentangan dengan pendidikan, karena tujuan belajar secara keseluruhan adalah "Anda dapat mempelajari berbagai hal". 

Kutipan ini bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa seseorang tidak harus menjadi "Jenius Matematika" untuk memahami Kabataku. Atau seseorang tidak harus memiiki "Wawasan Bahasa Indonesia yang luas" untuk menganalisis cerita Si Kancil yang Bijak. Anda hanya perlu bekerja keras dan belajar cara melakukannya. 

Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id
Seorang anak belajar membaca. Parenting.co.id

Kutipan Ikan tidak bisa menjadi tolak ukur pendidikan. Kutipan ini menggunakan perbandingan yang sama sekali berbeda. Lihat saja, membandingkan suatu sistem pendidikan untuk berbagai jenis hewan dengan sistem pendidikan untuk manusia. Saat ini kita berbicara tentang pendidikan untuk manusia, bukan pendidikan antar spesies hewan yang sangat berbeda secara fundamental. Sistem pendidikan kita-manusia-sama sekali berbeda dengan ilustrasi kutipan tersebut. Penulis paham, tujuan ilustrasi hiperbola tersebut untuk menunjukkan bahwa suatu sistem uji yang disamaratakan cenderung tidak adil

beberapa orang memiliki preferensi dan bakat untuk dalam bidang tertentu, dan sebagian kecil orang memiliki gangguan kognitif yang nyata. Namun analogi Kutipan Ikan menyiratkan bahwa  sebagian besar orang, ada banyak upaya intelektual yang secara alamiah mustahil bagi mereka. Padahal yang perlu anda lakukan hanyalah berkerja dan/atau belajar lebih keras. Lantas, apakah kutipan ini salah? Tidak juga. Setiap masalah memiliki jawaban yang benar, namun sayang Penulis tidak berkewajiban menetukannya. Jadi, kenapa harus?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun