Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Deansyah
Muhammad Rizky Deansyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Siswa/Peminat Sejarah/Umum

Seorang Pelajar di dunia Tuhan. "ᬇᬤᬲᬂᬳ᭄ᬬᬂᬯᬶᬤᬶᬯᬲᬗᬫᬗ᭄ᬕᬾᬳᬗ᭄ᬢᬸᬃᬗᬫᬾᬃᬢᬦᬶᬦ᭄ᬇᬤᬲᬂᬧ᭄ᬭᬩᬸ᭟"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dokumentasi Sejarah Jambi dalam Catatan Kolonial Belanda

1 April 2024   08:40 Diperbarui: 5 April 2024   15:42 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama rekan melakukan tinjauan pada arsip Hoge Regering di Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Pribadi.

Penulis bersama rekan melakukan tinjauan pada arsip Hoge Regering di Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Pribadi.
Penulis bersama rekan melakukan tinjauan pada arsip Hoge Regering di Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Pribadi.

Keberadaan dokumen-dokumen tersebut adalah Harta Karun yang tak ternilai bagi kajian Sejarah Nusantara umumnya dan Jambi Khususnya. Dokumen-dokumen tersebut adalah sumber data primer dalam mengkaji Sejarah Jambi. Mengingat minimnya kajian Sejarah Jambi  pada Zaman Modern Awal. Sejarah Jambi pada masa akhir Kesultanan Jambi dan pada awal berdirinya Kerajaan Jambi masih lebih favorit dikaji oleh sebagian peneliti. Daftar inventaris arsip yang terdapat pada Sejarah-Nusantara ANRI menunjukkan arsip Hoge Regering yang mendokumentasikan dokumen-dokumen mengenai hubungan Jambi dan Kolonial Belanda dalam rentang waktu 1636-1811. Rentang waktu tersebut masih minim dikaji oleh peneliti dan akademisi. 

Dalam perjalanannya, Sejarah Jambi tidaklah mulus bahkan banyak lika-likunya. Kita lihat dari awal Zaman Modern, Kesultanan Jambi dihadapkan dengan Krisis Tungkal sejak 1630-an yang memuncak pada Perang Jambi-Johor (1661-1681), diikuti dengan Masalah Tembesi dan Pembelotan Petualang Bugis Daeng Mangika; Insiden Kumpeh (1690) yang berujung Perang Saudara Jambi (1690-1709), Perang Rawas yang berujung pada Perjanjian Rawas yang mengorbankan kemerdekaan penuh Jambi; dan Perang Jambi (1858-1904) sebagai upaya akhir Jambi dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Dari deretan peristiwa-peristiwa besar tersebut, Jambi tetap berdaulat sebagai negara merdeka hingga tahun 1904. Hemat Penulis, ini adalah sebuah pencapaian besar. Padahal, jika kita tinjau lebih lanjut, merupakan fakta yang mengagumkan Jambi, sebuah kesultanan kecil di Sumatera dapat bertahan dari bahkan berupaya melawan kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat.  

REFERENSI

Andaya B. W. 1989. The Cloth Trade in Jambi and Palembang Society during the Seventeenth and Eighteenth Centuries. Indonesia 048: 27-46. Cornell University Southeast Asia Program.

Balk G. L., van Dijk F., Kortlang D. J. 2007. The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (Jakarta). Brill, Leiden.

Lindayanti., Noor J. T., Hariadi U. 2013. Jambi Dalam Sejarah 1500-1942. Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi, Jambi.

Locher-Scholten E. 2003. Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism 1830-1907. Southeast Asia Program Publications, Ithaca, New York.

Meng, H. U. 2006. Napak tilas Provinsi Jambi. Pemerintah Provinsi Jambi dalam memperingati Tahun Emas Jambi 1957-2007, Jambi.

Ooi K. G. 2004. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia from Angkor Wat to East Timor. ABC-CLIO, Santa Barbara.

Ricklefs M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun