Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu UE: Meloni Muncul Jadi King Maker Sementara Macron dan Schulz Kalah Telak

11 Juni 2024   06:38 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:10 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang mengantre untuk mengunjungi Parlemen Eropa saat perayaan Europe Day di Brussels pada 4 Mei 2024 (Sumber: AP Photo/Virginia Mayo, File via Kompas.id)

Minggu ini Eropa mengadakan pemilu. Satu hal yang pasti setelah pemilihan Parlemen Eropa pada hari Minggu: Tidak semua orang akan merayakannya.

Sementara kelompok sayap kanan memperoleh kekuatan, kelompok hijau dan liberal mengalami malam kelabu. Presiden Prancis Emmanuel Macron menerima pukulan telak sampai-sampai beliau segera membubarkan parlemen nasional dan mengadakan pemilu baru.

Seperti negara-negara, Uni Eropa juga punya parlemen. Parlemen Uni Eropa punya 720 anggota yang semuanya dipilih untuk menjabat selama 5 tahun. Siapa yang menang kali ini bukan pertanyaan yang akan dibahas artikel ini, melainkan lebih ke tentang siapa yang memperoleh keuntungan dari hasil pemilu UE kali ini. Jawabannya adalah kelompok sayap kanan Eropa.

Secara umum ada dua ideologi di Parlemen Eropa, yang satu mendukung dan yang lainnya anti-Uni Eropa atau yang biasa disebut Euro Skeptics. Sayap kanan termasuk dalam kelompok kedua, yaitu Euro Skeptis.

Kelompok yang skeptis terhadap Uni Eropa ini adalah partai-partai nasionalis di seluruh benua Eropa. Tuntutan kebijakan mereka bersifat umum seperti kurangnya kontrol dari Uni Eropa, kurangnya dukungan terhadap Ukraina, kurangnya investasi dalam perubahan iklim dan kurangnya tindakan keras terhadap migrasi selama ini. Secara luas, inilah rencana kampanye mereka.

Kampanye mereka berhasil. Coba kita lihat proyeksi hasil pemilu Parlemen Uni Eropa. 

Sumber: Reuters
Sumber: Reuters

ECR (European Conservative and Reformist) memenangkan 73 kursi. ECR merupakan blok sayap kanan yang dipimpin oleh Giorgia Meloni, Perdana Menteri Italia. Mereka telah memenangkan 69 kursi pada pemilu yang lalu. Kali ini mereka mendapat 73 kursi. Jadi Meloni adalah bintangnya pemilu kali ini. Mungkin beliau tidak memenangkan suara mayoritas tapi jelas telah menjadi King Maker.

Blok konservatif lainnya adalah Identity and Democracy (identitas dan demokrasi) yang dipimpin politikus Perancis, Marine Le Pen. Blok identitas dan demokrasi mendapat 49 kursi di pemilu yang lalu. Kali ini mereka mendapat 58 kursi.

Jadi Kaum Skeptis terhadap Euro kini menjadi kelompok kuat di Parlemen. Di sisi lain, partai-partai yang pro-Eropa seperti partai hijau (green party) telah kehilangan 20 kursi. Blok pembaruan pimpinan Emanuel Macron juga menderita kehilangan 20 kursi. Sementara kaum kiri dan sosialis hampir tidak berubah dari hasil pemilu yang lalu.

Meski menang banyak, sayap kanan belum akan memerintah UE lima tahun ke depan karena perolehan suara terbanyak partai masih dimenangkan oleh EPP (Partai Rakyat Eropa) yang merupakan parpol dari blok sentris.

Kelompok terbesar di Parlemen UE adalah EPP, dipimpin oleh petahana Ursula von der Leyen. EPP merupakan partai yang pro-Eropa, jadi sepertinya beliau akan tetap mempertahankan kursi presiden Uni Eropa untuk lima tahun mendatang.

Kalau direkap, kini kelompok sayap kanan telah memperoleh keuntungan besar yang telah diraih oleh von der Leyen. Kelompok kiri juga tetap bertahan. Jadi siapa yang kalah? siapa yang menjadi pecundang terbesar di pemilu UE kali ini?

Emmanuel Macron dan Olaf Schulz. Pemimpin Perancis dan Jerman. Kedua partai mereka memperoleh hasil yang sangat buruk.

Partai Renaisans Macron dikalahkan di Prancis. Macron pun membubarkan parlemen Perancis dan menyerukan untuk dilakukan pemilihan awal (snap election) presiden.

Macron melakukan pertaruhan politik yang besar dengan membubarkan parlemen. Macron berencana untuk melakukan Snap election atau pemilu cepat sehingga tidak ada pemungutan suara. Yang kita tahu partai Macron bisa saja kalah.

Euro skeptics mungkin mendapat mayoritas di Parlemen Perancis. Otomatis Macron akan terpaksa memilih perdana menteri dari sayap kanan. Yang artinya Macron mengalami deadlock. Macron akan tetap mengendalikan kebijakan luar negeri Perancis dan akan tetap menjadi presiden tetapi tidak akan mengendalikan kebijakan dalam negeri di Perancis. Artinya kekuasaannya akan melemah.

Sama halnya dengan Kanselir Jerman Olaf Schulz. Partai Sosial Demokrat Jerman punya Schulz hanya memperoleh 14% suara. Partai Demokrat Kristen (kanan-tengah) mendapat 30% dan partai sayap kanan AfD mendapat 16%. Mereka mengalahkan partai Olaf Schulz.

Sumber: Politico
Sumber: Politico

Tentu saja banyak yang bertanya-tanya kenapa bisa begitu. Schulz sendiri yang memimpin kampanye di Jerman namun partainya kalah. Jadi apakah koalisinya akan tetap berkuasa?

Di Belgia, Perdana Menteri Alexander De Croo telah mengundurkan diri. Partainya kalah dalam pemilu Eropa, kelompok sayap kanan dan ekstrim kanan memperoleh keuntungan yang signifikan sehingga.

Semua ini sangat penting bagi Eropa. Prancis dan Jerman merupakan pemimpin alami Uni Eropa, namun kedua pemimpin mereka kalah. Jadi Macron dan Schulz sedang goyah.

Pada saat yang sama Georgia Malone membuat kemajuan besar. Beliau memantapkan diri sebagai tokoh terkemuka di Brussels.

Untuk presiden Uni Eropa, kemungkinan besar von der Leyen akan mempertahankan posisinya. Namun pertanyaannya adalah akan dengan siapa beliau bekerja? akankah beliau berupaya untuk bekerja sama dengan kelompok Skeptis Euro atau tetap berpegang pada sekutu Liberal?

Von der Leyen sudah menjawabnya tanggal 9 kemarin di Brussel. Pro Eropa adalah jalan yang harus ditempuh. Dokter dan politikus asal Jerman itu mengatakan bahwa "Kita mungkin berbeda dalam hal masing-masing, namun kita semua mempunyai kepentingan dalam stabilitas dan kita semua menginginkan Eropa yang kuat dan efektif. sehingga, sepanjang kampanye saya, saya telah bekerja keras untuk membangun Eropa yang luas dan efektif dari mayoritas kekuatan pro-Eropa."

Meski begitu beliau menambahkan bahwa kelompok sayap kanan kini punya banyak kekuatan politik dan mengharapkan mereka memainkan peran kunci dalam pembuatan kebijakan di Eropa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun