Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pemilu UE: Meloni Muncul Jadi King Maker Sementara Macron dan Schulz Kalah Telak

11 Juni 2024   06:38 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:10 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang-orang mengantre untuk mengunjungi Parlemen Eropa saat perayaan Europe Day di Brussels pada 4 Mei 2024 (Sumber: AP Photo/Virginia Mayo, File via Kompas.id)

Meski menang banyak, sayap kanan belum akan memerintah UE lima tahun ke depan karena perolehan suara terbanyak partai masih dimenangkan oleh EPP (Partai Rakyat Eropa) yang merupakan parpol dari blok sentris.

Kelompok terbesar di Parlemen UE adalah EPP, dipimpin oleh petahana Ursula von der Leyen. EPP merupakan partai yang pro-Eropa, jadi sepertinya beliau akan tetap mempertahankan kursi presiden Uni Eropa untuk lima tahun mendatang.

Kalau direkap, kini kelompok sayap kanan telah memperoleh keuntungan besar yang telah diraih oleh von der Leyen. Kelompok kiri juga tetap bertahan. Jadi siapa yang kalah? siapa yang menjadi pecundang terbesar di pemilu UE kali ini?

Emmanuel Macron dan Olaf Schulz. Pemimpin Perancis dan Jerman. Kedua partai mereka memperoleh hasil yang sangat buruk.

Partai Renaisans Macron dikalahkan di Prancis. Macron pun membubarkan parlemen Perancis dan menyerukan untuk dilakukan pemilihan awal (snap election) presiden.

Macron melakukan pertaruhan politik yang besar dengan membubarkan parlemen. Macron berencana untuk melakukan Snap election atau pemilu cepat sehingga tidak ada pemungutan suara. Yang kita tahu partai Macron bisa saja kalah.

Euro skeptics mungkin mendapat mayoritas di Parlemen Perancis. Otomatis Macron akan terpaksa memilih perdana menteri dari sayap kanan. Yang artinya Macron mengalami deadlock. Macron akan tetap mengendalikan kebijakan luar negeri Perancis dan akan tetap menjadi presiden tetapi tidak akan mengendalikan kebijakan dalam negeri di Perancis. Artinya kekuasaannya akan melemah.

Sama halnya dengan Kanselir Jerman Olaf Schulz. Partai Sosial Demokrat Jerman punya Schulz hanya memperoleh 14% suara. Partai Demokrat Kristen (kanan-tengah) mendapat 30% dan partai sayap kanan AfD mendapat 16%. Mereka mengalahkan partai Olaf Schulz.

Sumber: Politico
Sumber: Politico

Tentu saja banyak yang bertanya-tanya kenapa bisa begitu. Schulz sendiri yang memimpin kampanye di Jerman namun partainya kalah. Jadi apakah koalisinya akan tetap berkuasa?

Di Belgia, Perdana Menteri Alexander De Croo telah mengundurkan diri. Partainya kalah dalam pemilu Eropa, kelompok sayap kanan dan ekstrim kanan memperoleh keuntungan yang signifikan sehingga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun