Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Debat Nepotisme: Nepotisme vs Prestasi, Menang Mana?

8 Juni 2024   17:09 Diperbarui: 8 Juni 2024   17:09 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas/Heryunanto)

Dan bagaimana kita bisa lupa Charlie Chaplain. Chaplin juga seorang bayi nepo. Orang tuanya adalah komikus Inggris terkenal di abad ke-19.

Jadi saya kira intinya adalah nepotisme telah lama dipraktikkan dan tersebar luas. Bermula dari jaman kerajaan. Selama berabad-abad masyarakat berkembang sehingga perlu adanya para pemimpin yang dipilih dan bukannya ditahbiskan karena garis keturunan. Dan para pejabat kerajaan seharusnya dipilih berdasarkan sistem Merit, yang kerjanya bagus yang seharusnya dipromosikan.

Perusahaan seharusnya bertanggung jawab kepada pemegang saham. Sistem baru seharusnya tidak memberikan ruang kepada nepotisme. Tapi sistem ini tetap bertahan. 

Contohnya, Presiden AS John F. Kennedy yang menunjuk saudaranya Robert F.  Kennedy sebagai Jaksa Agung Amerika. Saudara iparnya menjadi direktur pertama Peace Corp (Lembaga independen Pemerintah AS). Akibatnya nepotisme menjadi begitu tidak terkendali, sehingga pada tahun 1967 AS harus membuat undang-undang yang melarang pejabat Federal mempekerjakan kerabat dekat.  ironisnya UU ini disebut undang-undang Bobby Kennedy.

Lalu ada mantan presiden Indonesia, Soeharto. Beliau menggunakan kekuasaannya untuk memberi keuntungan kepada anak-anaknya. Bisnis mereka mendapat untung secara tidak adil dari Industri di Indonesia. Nepotisme menjadi sangat tidak terkendali sehingga masyarakat kita mengadopsi slogan perlawanan baru "Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Kemudian ada mantan presiden Srilanka, Gotabaya Rajapaksa. Pada satu titik, keluarga Rajapaksa mengendalikan semua portofolio penting di ibu kota Colombo. Sekitar 11 Kementerian secara keseluruhan berasal dari keluarga Rajapaksa.

Di dunia Arab, pemimpin dipilih karena garis keturunan. Banyak dari negara-negara ini masih berupa kerajaan atau kediktatoran. Di mana para penguasa mempertahankan kekuasaan dengan cara mengangkat keluarga ke dalam lingkaran kekuasaan.

Namun demikian, bukan berarti nepotisme tidak tumbuh subur di negara-negara demokrasi. Kita sudah lihat contoh Kenedy di AS. Di negara kita, tanya saja sama diri sendiri, apa nepotisme ada di sekitar kita?

Untuk lebih membenarkan pernyataan saya, saya akan mengambil contoh dari negara demokrasi terbesar di dunia,India. Di mana demokrasi dibalut dengan Politik Dinasti. Keluarga Gandhi Nehru menjadi contoh utama karena memonopoli salah satu partai politik terbesar di India yaitu Partai Kongres dan mereka bukan satu-satunya yang mempraktekan politik dinasti. 

India memiliki lebih dari 34 dinasti politik terkemuka di seluruh partai dan garis agama di seluruh negara bagian. Faktanya, di 20 negara bagian di India terdapat keluarga dengan setidaknya tiga anggota yang merupakan politisi aktif, tiga anggota dari satu keluarga.

Intinya, nepotisme merajalela tidak hanya di kerajaan. Di negara-negara demokrasi juga, paparan  nepotisme menusuk hingga ke hampir semua lini. Dari ruang sidang hingga ruang rapat. Dari ruang legislatif hingga lembaga peradilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun