Bisa dibilang, 8 September 2022 menjadi salah satu hari paling berkabung bagi Inggris. Simbol persatuan dan kekuatan nasional mereka Elizabeth Alexandra Mary atau yang dikenal dengan Ratu Elizabeth II menghembuskan nafas terakhir. Selepas kepergian sang ratu, fokus beralih ke penerus takhta kerajaan, Raja Charles III.
Charles Philip Arthur George dilahirkan untuk menjadi raja 73 tahun yang lalu. Sekarang beliau harus melakukan semua pekerjaan yang sudah menjadi takdirnya.
Raja Charles tidak mungkin tidak menyadari tanggung jawabnya setelah semua yang dipersiapkannya selama beberapa dekade. Dalam beberapa tahun terakhir, Â perannya terus berkembang. Charles sering menggantikan ibunya di upacara kerajaan. Beliau melakukan perjalanan ke luar negeri dan memimpin penobatan para penerima gelar "Ksatria".
Penampilannya yang paling menonjol terlihat tahun ini. Raja Charles menyampaikan pidato ratu di parlemen Inggris pada bulan Mei. Pidato Ratu rutin dilakukan setiap kali tahun angaran baru dimulai. Di Indonesia, mirip dengan pidato tahunan presiden.
Saat menyampaikan pidato tersebut, raja Charles yang masih menjabat sebagai pangeran saat itu menetapkan agenda bagi pemerintah Inggris. Jadi di tahun-tahun terakhir sang Ratu, Charles mengambil lebih banyak tanggung jawab konstitusional.
Kini, raja Inggris yang baru dinobatkan pada hari Sabtu (10/9/2022) itu harus mengambil alih tugas yang selama ini diemban ibunya. Tentu saja ada perubahan besar. Charles akan menjadi kepala negara tidak hanya bagi Inggris, melainkan juga bagi 14 negara persemakmuran lainnya termasuk negara-negara seperti Australia dan Kanada. Raja Charles juga akan menjabat sebagai kepala persemakmuran yang terdiri dari 56 negara.
Selain itu, Charles juga menjadi kepala angkatan bersenjata Inggris, kehakiman, pegawai negeri, dan gubernur tertinggi gereja Inggris. Banyak dari tanggung jawab ini sebagian besar masih bersifat seremonial, tetapi bagi kedaulatan Inggris ada beberapa peran yang lebih penting untuk diemban. Charles akan menandatangani rancangan undang-undang atau peraturan negara serta menjadi orang kepercayaan perdana menteri.
Penguasa (raja/ratu) Inggris harus bekerja sama dengan perdana menteri mereka. Keduanya melakukan pertemuan rutin. Perdana menteri harus menginformasikan dan memberi pengarahan singkat kepada penguasa tentang kebijakan pemerintah. Sementara seorang penguasa secara konstitusional diharuskan untuk tetap netral. Jadi, masing-masing punya pengaruh terhadap kebijakan negara.
Dunia penasaran, akan menjadi raja seperti apa Raja Charles nantinya? Apakah akan bijaksana seperti ibunya Ratu Elizabeth yang secara ketat mempertahankan netralitas politik? atau akankah Raja Charles mengukir jalan yang berbeda bagi dirinya sendiri dan mengungkapkan pendapat pribadinya mengenai suatu masalah? sulit untuk ditebak sekarang.
Sewaktu masih jadi pangeran, Charles memang mencoba untuk mengukir namanya sendiri. Charles merupakan seorang kepala negara yang punya lebih dari 400 badan amal hingga hari ini. Selain itu beliau merupakan pendiri Prince's Trust. Badan amal tersebut telah membantu hampir satu juta pemuda yang menganggur dan mereka yang beresiko dikucilkan. Secara personal, raja Charles telah memperjuangkan masalah lingkungan. Tetapi dalam beberapa pekerjaan filantropinya, beliau mengalami masalah. Salah satu badan amal raja Charles dituduh menerima sumbangan dari keluarga Osama bin Laden.
Kemudian ada skandal sumbangan demi gelar kehormatan. Seorang pembantu dekat raja Charles diduga menawarkan gelar ksatria kepada seorang miliarder Saudi. Rupanya, sebagai imbalan miliader tersebut melakukan sumbangan ke badan amal raja Charles.
Ada juga kontroversi yang akan datang dari kasus pelecehan seksual oleh Jeffrey Epstein yang menyeret Pangeran Andrew sehingga membuatnya kehilangan gelar kerajaan. Pangeran Andrew merupakan adik raja Charles. Segera setelah penyelidikan terhadapnya, Duke of York berusia 61 tahun itu dipaksa untuk mundur dari tugas kerajaan.
Semua ini akan menjadi tantangan jangka pendek bagi raja Charles. Raja Charles akan punya sepatu besar Ratu Elizabeth yang mau tidak mau harus dipakainya. Ratu Elizabeth II merupakan sosok besar, sehingga mau tidak mau orang akan selalu membandingkan Charles dengan sang ratu. Elizabeth II merupakan penguasa takhta terlama dalam sejarah kerajaan Inggris. Sedangkan Charles tidak menikmati popularitas yang sama.
Ini akan menjadi tantangan terbesar Charles. Karena bahkan di tahun-tahun terakhir Elizabeth II, Inggris tetap menjadi monarki paling popular di tengah lautan demokrasi abad-21. Mampukah Pengeran Charles III mempertahankan warisan ibunya ini?
Baca juga: Mengurai Warisan Rumit Ratu Elizabeth II
Selain itu, akan ada perhatian pada peran "Queen Consort" atau Permaisuri Raja Camilla. Ratu Elizabeth memilih gelar itu untuknya. Gelar tersebut merupakan gelar yang diberikan Ratu Elizabeth pada bulan Februari tahun ini. Berikut saya kutip kata Elizabeth dari ABC News.
"Ketika pada waktunya anak saya Charles menjadi raja saya tahu Anda akan memberinya dan istrinya Camilla dukungan yang sama yang telah Anda berikan kepada saya dan itu adalah harapan tulus saya bahwa ketika saat itu tiba Camilla akan dikenal sebagai permaisuri raja (Queen Consort) saat dia melanjutkan pelayanan setianya sendiri."
Akankah Camilla tetap menyandang gelar yang sama ataukah dirinya akan diberi gelar ratu oleh suami? Dan bagaimana Raja Charles menavigasi semua masalah ini? Semua keputusan ini akan menentukan warisan dari Raja Charles III.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H