Pada tanggal 11 maret 2020 virus corona dinyatakan sebagai pandemi. Virus tersebut lantas membunuh 6 juta penduduk Bumi. 543 juta terinfeksi. Pada tanggal 26 Juni 2022 dunia move on. Headline Covid digantikan oleh berita perang  di Ukraina. Diskusi tentang virus digantikan oleh wacana tentang inflasi.
Kita sudah disuntik sekali, dua kali, atau tiga kali bahkan empat kali di beberapa negara. Dan kita berasumsi bahwa cerita Covid sudah selesai tapi sebenarnya belum. Kutukan yang disebut covid masih ada.
Pernah dengar kematian yang tidak bisa dijelaskan di sekitar Anda? Mungkin seseorang berusia awal 30-an tiba-tiba meninggal karena serangan jantung atau orang yang benar-benar sehat tiba-tiba mengalami stroke?
Itu mungkin saja ulah dari Covid. Virus Corona mengubah tubuh kita dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dan ilmuan belum tahu informasi lengkap mengenai virus ini. Yang diketahui pasti bahwa virus ini merusak paru-paru dan bikin jantung melemah. Artinya kalau pernah kena Corona kemungkinan Anda juga menjadi lebih rentan terhadap masalah jantung.
Sekelompok peneliti baru-baru ini mempelajari veteran AS yang telah pulih dari Covid dan mereka menemukan kalau para veteran ini menunjukkan peningkatan tajam dalam 20 masalah kardiovaskular. Sebanyak 72% veteran yang pernah menjadi pasien Covid lebih mungkin untuk mengalami gagal jantung dibandingkan dengan mereka yang belum pernah jadi pasien. Dan 52% lebih mungkin untuk mengalami  stroke.
Dua penyakit "warisan" Corona ini hanya salah satu dari banyak cara di mana virus wuhan terus menyakiti tubuh kita. Ada satu lagi yang disebut long Covid. Satu dari lima orang dewasa yang pernah sembuh dari Covid punya gejala long Covid ini. Anak-anak yang pernah terjangkiti Covid juga punya gejala long Covid hingga dua bulan ke depannya.
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) mendefinisikan Long Covid atau Post Covid Syndrome. sebagai gejala yang berlangsung selama kurang lebih delapan hingga 12 minggu, setelah dinyatakan sembuh atau negatif corona.
Hingga saat ini, ada lebih dari 1.650 karya ilmiah mengenai long Covid yang telah dipublikasikan di National Library of Medicine sejak 2020. Akan tetapi, masih perlu ada lebih banyak studi lagi untuk menjawab beragam pertanyaan yang tersisa seputar long Covid. "Kita benar-benar baru saja mulai bekerja untuk membenahi ini. Ini rumit, ini membingungkan," jelas direktur penelitian penyakit menular dari Beaumont Health, Dr Matthew Sims, seperti dilansir AL, Sabtu (25/6/2022).
Tapi ada dua temuan penting dari dua penelitian. Penelitian pertama dilakukan di AS. Yang kedua di Denmark. Penelitian pertama mensurvei orang dewasa, yang kedua 44.000 anak-anak. Keduanya diterbitkan secara terpisah oleh kelompok peneliti yang berbeda. Bersama-sama mereka mencerminkan masalah global yang telah lama dibahas dan dampak covid bersifat universal dan netral usia. Misalnya, warisan Corona juga mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia.
Bayangkan saja ini, rasio "satu dari lima" berarti seperlima dari lima tiga puluh delapan juta orang yang terinfeksi hari ini menderita long Covid. Jadi seperlimanya berjumlah lebih dari satu 100 juta orang.100 juta orang hidup dengan komplikasi kesehatan terkait Covid.
Skala sebesar itu memunculkan pertanyaan, apakah ini merupakan pandemi baru?
Pertanyaan pentingnya, apakah anda seorang korban? Apakah Anda menderita komplikasi terkait long Covid? Risiko apa yang Anda hadapi?
Mari kita mulai dengan gejala.
- kelelahan
- detak, jantung cepat
- sesak napas
- kesulitan kognitif seperti kesulitan dalam mengingat  atau mempelajari hal-hal baru atau konsentrasi
- Lemah otot
- Dan sakit kronis
Semua gejala di atas merupakan gejala umum. Anda mungkin merasakan beberapa gejala yang sama sekali berbeda seperti mual atau sakit perut. Beberapa ahli medis juga mengatakan bahwa dalam beberapa kasus long Covid disertai dengan gastritis.
Intinya adalah long Covid punya gejala yang berbeda pada orang yang berbeda pula, juga berbeda pada usia yang berbeda. Misalnya pada anak usia nol sampai tiga, gejala yang paling umum adalah perubahan suasana hati, ruam, dan sakit perut. Pada anak usia  12 hingga 14, gejala yang paling umum adalah kelelahan, perubahan suasana hati, kesulitan mengingat atau berkonsentrasi.
Perlu diingat bahwa gejala-gejala terkait long Covid tidak seharusnya berlangsung lebih dari tiga minggu. Jadi apa yang harus dilakukan jika Anda merasakan gejalanya bahkan tiga minggu positif terinfeksi? Syukurnya, 90% dari kasus long Covid tergolong ringan dan dapat ditangani di rumah.
Yang tergolong ringan itu seperti sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Dokter mengatakan mereka yang menderita gejala ini harus makan makanan kaya protein dan minum banyak cairan. Dalam banyak kasus gejalanya akan hilang. Jika tidak, segera berobat ke dokter.
Jadi 90%  ringan, bagaimana dengan sisa 10% lainnya? Mereka mengalami batuk kronis, sesak napas, palpitasi, dan masalah jantung yang terkait long Covid. Gejala seperti ini perlu perhatian dan harus segera periksa ke dokter. Kemungkinan Anda akan diminta untuk melakukan x-ray atau CT scan, dan mendapat perawatan khusus.
Perlu diingat bahwa jangan keburu melakukan x-ray atau CT scan sebelum menemui dokter. Saya yakin Anda tahu jika setiap sinar yang melewati tubuh punya implikasi medis. Radiasi dosis tinggi dapat merusak sel manusia seperti menyebabkan kulit terbakar, rambut rontok dan bikin kita jadi lebih rentan terhadap kanker. Jadi terpapar radiasi berulang kali lebih berbahaya daripada baik untuk kesehatan.
Bahkan jika yakin anda menderita long Covid, cobalah untuk tidak melakukan tindakan sendiri dan biarkan dokter yang menangani. Karena Sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter secara teratur bahkan berbulan-bulan setelah sembuh dari Covid.
Kelompok tertentu bahkan lebih berisiko. Para peneliti dari Johnson & Johnson Office of the Chief Medical Officer Health of Women Team, yang melakukan analisis data dari sekitar 1,3 juta pasien, mengamati wanita dengan long Covid menunjukkan berbagai gejala termasuk masalah telinga, hidung, dan tenggorokan. ; gangguan mood, neurologis, kulit, gastrointestinal dan gangguan reumatologi; serta kelelahan.Sedangkan, pasien pria lebih mungkin mengalami gangguan endokrin seperti diabetes dan gangguan ginjal.
Peluang perempuan mengembangkan sindrom long Covid adalah 22 persen lebih tinggi daripada laki-laki, para peneliti mencatat dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Medical Research and Opinion.
Mereka juga menemukan bahwa orang-orang berusia 20-an dan  30-an lebih berisiko mengalami long Covid dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua.
Jadi jangan anggap enteng. Kita tahu gejalanya dan juga apa yang harus dilakukan jika merasakan salah satu gejala. Long Covid tak pandang bulu. Yang sudah divaksinasi atau yang tidak, perokok atau non-perokok, diabetes atau tidak, atau penyintas kanker, long Covid tidak peduli apa riwayat kesehatan kita. Long Covid dapat memengaruhi siapa saja.Ini adalah warisan virus Wuhan dan kita tidak bisa mengabaikannya.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H