Berikut saya kutip sebuah pernyataan MBS dari sebuah wawancara dengan The Atlantic Maret tahun ini
"kami tidak melihat Israel sebagai musuh. Kami melihat mereka sebagai sekutu potensial dengan banyak kepentingan yang dapat kita kejar bersama tetapi kita harus menyelesaikan beberapa masalah sebelum melakukannya."
"Menyelesaikan beberapa masalah" katanya, tapi hanya satu sebenarnya. Dan masalah itu adalah Palestina. Bisa dibilang kesepakatan normalisasi ini menelantarkan Palestina. Bagaimana tidak, Turki berbicara dengan Israel, UEA menjabat tangan Israel, Arab Saudi juga sedang berbicara dengan Israel. Semua sekutu Palestina meninggalkan mereka. Pada dasarnya memberikan Israel izin bebas menentukan apa yang akan dilakukan dengan Palestina.
Itulah sebabnya politik domestik di Israel menjadi semakin penting. Bendera-bendera demonstrasi sayap kanan  di Jerusalem yang menunjukkan dukungan terhadap solusi dua-negara (two-state solution) juga telah memudar. Bahkan perdana menteri saat ini Naftali Bennett menentangnya.
Tetapi posisi politik Bennet tidak solid saat ini. Parlemen Israel memberinya pukulan besar. Anggota parlemen memberikan suara pada proposal rutin untuk menegakkan hukum Israel dalam pendudukan Tepi Barat (Yudea dan samaria) yang merupakan bagian dari wilayah negara Palestina.
Proposal ini disahkan setiap lima tahun tapi kali ini ditolak. Oposisi memperoleh 58 suara dan koalisi penguasa mendapatkan 52. Sekarang jangan salah artikan dengan aktivis Palestina, karena ini murni politik. Oposisi bukan sedang menjadi aktivis Palestina tapi mereka ingin mengirim pesan ke Naftali Bennett untuk mengekspos kelemahan politiknya dan pesan itu berhasil. Jadi meski selanjutnya proposal ini akan disahkan tapi voting ini berhasil  mengungkap kerentanan Bennett.
Jika Bennett kehilangan mayoritas mungkin akan ada pemilihan atau koalisi lain. Jadi bennett membutuhkan kemenangan pada kebijakan luar negeri. Dan saya kira tak ada yang lebih baik daripada memenangkan konsesi dari pemimpin dunia Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H