Misalnya, Tiger woods yang  merupakan salah satu yang atlit terbaik dalam sejarah golf. Namun kehidupan pribadinya terbalik. Tiger Woods berselingkuh dengan lebih dari selusin wanita saat berstatus menikah. Kehidupan berfoya-foya nyaris membuatnya bangkrut.
Lance Armstrong, pemenang enam kali tour de france, pada tahun 2013 dia mengaku menggunakan doping sepanjang karirnya. Hanya dalam hitungan hari from hero to zero menjadi headline di seantero dunia.
Kisah Ronaldinho tak jauh berbeda, mega bintang sepakbola asal brazil itu diberitakan terlilit utang dan hampir bangkrut. Lagi-lagi, karena gaya hidupnya yang foya-foya dan sembrono. Dilansir dari Bola, pada 2018, kondisi finansial Ronaldinho benar-benar berada pada titik terendah. Jaksa menggerebek rumah Ronaldinho untuk menyita aset-asetnya, termasuk koleksi mobil dan lukisan mahal.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari kisah para superstar olahraga ini? Ketenaran bukanlah mudah. Bukan hanya tentang menjadi atlet terbaik, tapi lebih kepada tentang menjadi pribadi yang lebih baik.
Sayangnya atlet pujaan kita ini tidak bisa  melakukannya. Mereka jatuh pada perangkap ketenaran. dan saya menyadari betapa sulitnya bagi mereka.
Saya bayangkan betapa kesepiannya menempati puncak piramida. Ada tekanan untuk tampil sempurna, tekanan untuk "pamer". Tiba-tiba dunia mengharapkan mereka untuk hidup dengan cara tertentu. Mungkin menunggangi mobil sport atau bepergian dengan jet pribadi. Sehingga mereka mengabaikan keuangan dan menghabiskan uang lebih banyak daripada yang bisa dihasilkan.
Khususnya bagi atlet, perangkap ketenaran ini sangat berbahaya. Sebab karir mereka di lapangan sangat pendek dibandingkan dengan karir lainnya.
Mereka tidak bisa bermain sampai usia 60-an.Â
Kebanyakan atlet profesional mengakhiri karirnya pada awal 30-a. Artinya, mereka hanya punya durasi pendek untuk menghasilkan cukup uang demi mengamankan masa depannya.
Atlet seperti Boris Becker telah gagal melakukannya. Ada juga yang jatuh pada jenis obat seperti doping. Semuanya merupakan perangkap yang berbeda dalam keputusasaan mereka untuk mempertahankan reputasi dan meninggalkan jatidiri atau prinsip-prinsip hidupnya saat masih merayap dari bawah.Â
Mereka telah mengecewakan diri sendiri dan membiarkan mentalitas juaranya ambruk, dan yang paling penting para penggemar anak-anak muda yang mengagumi.
Kejatuhan para superstar dari puncak kejayaan telah memicu perdebatan. Atlet muda diwanti-wanti untuk lebih berhati-hati tentang keuangan mereka, dan diharapkan untuk bisa berinvestasi demi masa pensiun.