Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perang Ukraina Mengungkap Keretakan di Eropa

20 Maret 2022   20:05 Diperbarui: 22 Maret 2022   07:42 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karenanya, pemimpin-pemimpin seperti Emmanuel Macron dan Olaf Scholz terus menjalin hubungan dengan Rusia. Pada tingkat tertentu, mereka masih berusaha agar tidak membuat Putin marah besar. 

Tidak hanya tentang perang yang sedang berlangsung di Ukraina, tapi juga tentang gambaran yang lebih besar tentang bagaimana Eropa menangani pengganggu seperti Rusia dan China. Eropa barat lebih suka main aman. Mereka tidak di bawah ancaman langsung sehingga tidak ingin membawa masalah ke rumah masing-masing.

Eropa timur lebih memilih sikap yang lebih keras. Saat Lithuania menyatakan sikap melawan China, semua negara Baltik membela Lithuania, sebaliknya Eropa barat ingin menghindari konflik dengan Beijing.

Perpecahan ini membuat Uni Eropa tidak relevan. Agar tidak angin-anginan, setiap keputusan di Uni Eropa membutuhkan solidaritas penuh dari seluruh 27 anggota, yang sayangnya tidak terjadi sekarang. Tidak pada sanksi, keanggotaan Ukraina, juga pada gas Rusia. 

Invasi Putin adalah momen penting dalam eksperimen besar Eropa. Idenya adalah untuk mengikat benua Eropa ke dalam satu pasar dan mata uang tunggal. Untuk jangka panjang, (siapa tahu) mungkin satu pertahanan dan kebijakan luar negeri. Namun dengan adanya perpecahan ini, semua itu tidak mungkin terjadi.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa perang ini menjadi titik balik bagi Uni Eropa? Mengapa Brussel mengundang negara yang sedang dilanda perang, apalagi negara yang berada di depan pintu Rusia?

Lagipula, setelah bergabung dengan Uni Eropa berarti negara tersebut harus punya banyak komitmen seperti membuka perbatasan dan aturan umum seperti anti korupsi, dan lain sebagainya. Ukraina belum siap untuk semua itu. Alih-alih mengatakan yang sebenarnya di awal, Eropa malah menawarkan harapan (palsu).

Mereka mengatakan Ukraina adalah bagian dari keluarga Eropa, karena Ukraina membela nilai-nilai Eropa. Berikut saya kutip apa yang dikatakan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di KTT Versailles minggu lalu:

"Orang Ukraina menunjukkan keberanian yang luar biasa, dan orang-orang yang berdiri dengan sangat berani untuk nilai-nilai Eropa jelas merupakan bagian dari keluarga bangsa Eropa."

Jadi, saat ini Eropa punya dua keinginan: Tidak ingin dilihat sebagai sebuah keluarga yang meninggalkan anggota keluarganya, tapi pada saat yang sama tidak ingin memeluk erat Ukraina yang sedang dilanda musibah. Sudah tentu, masing-masing punya punya alasan tersendiri dalam mengambil tindakannya. 

Artikel terkait: Reaksi Pemimpin-Pemimpin Dunia Menanggapi Perang Rusia vs Ukraina

Dari apa yang tampak, saya kira untuk saat ini Kiev memang punya banyak teman di Eropa, tetapi tidak keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun