Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Konflik Ukraina, Raksasa Teknologi dalam Pusaran Perang Informasi

13 Maret 2022   14:00 Diperbarui: 16 Maret 2022   08:11 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Misha Friedman/Getty via FT)

Google telah melarang media pemerintah Rusia memonetisasi konten di platformnya. Apple telah melangkah lebih jauh dengan menangguhkan semua penjualan produk di Rusia. Apple mengisolasi Rusia dari apple play, serta layanan lain yang juga telah diblokir. Dua raksasa digital Rusia, RT dan Sputnik juga telah diblokir dari Apple Store.

Kemudian ada Twitter yang memberi label semua postingan oleh media pemerintah Rusia. Twitter menambahkan semacam peringatan pada cerita pro-Rusia. 

Tangkapan layar sebuah tweet yang diberi label oleh Twitter. (@sweetsuzzzie/Twitter)
Tangkapan layar sebuah tweet yang diberi label oleh Twitter. (@sweetsuzzzie/Twitter)

Lalu Meta, perusahaan induk Facebook yang telah mengubah kebijakan layanannya. Sebuah laporan yang dirilis pada hari Jumat mengatakan Facebook dan Instagram akan mengizinkan postingan yang menyerukan kekerasan terhadap Rusia dan presiden Vladimir Putin. 

Bukankah tindakan itu merupakan sebuah tindakan kriminalisasi? Bukankah itu akan mempromosikan kebencian dan menghasut permusuhan terhadap semua rakyat Rusia? Hanya mengingatkan, tidak semua rakyat Rusia sekata dengan Putin dan desain imperialisnya. 

Semua raksasa teknologi ini melenceng dari tujuannya sendiri sebagai sarana berbagi informasi dengan memutuskan kapan boleh menyerukan kekerasan dan kapan tidak. Tindakan ini akan menjadi preseden yang salah untuk masa depan dunia informasi. 

Hal ini juga menimbulkan pertanyaan strategis untuk negara lain: bagaimana jika Amerika yang jadi agresor dalam konflik ini? bagaimana jika AS menginvasi negara lain seperti yang pernah dilakukannya di masa lalu? 

Tahukah Anda berapa banyak negara yang pernah diserang atau diintervensi oleh AS? Setidaknya ada 84 dari 193 negara yang diakui oleh PBB. Apakah para raksasa media ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan kepada Rusia sekarang?

Meski begitu, tidak satu pun dari apa yang baru saja saya tulis membenarkan tindakan Rusia. Jelas, invasi merupakan tindakan kriminal, saya tidak akan membantahnya. Yang ingin saya garisbawahi di sini adalah kemunafikan institusi Amerika. Lebih spesifiknya, pendekatan selektif raksasa teknologi. 

Dilansir dari DW, pada tahun 2021, sebuah kelompok aktivis hak asasi AS, merilis sebuah laporan yang mengatakan bahwa alih-alih tetap netral, raksasa teknologi meraup keuntungan besar dari perang Amerika melawan "terorisme", terutama Facebook, Google, Microsoft, dan Amazon. 

Dilansir dari Big Tech Sells War, perusahaan besar teknologi ini diberikan kontrak USD 44,5 miliar kontrak dari Pentagon dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS. Apa isi kontraknya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun