Sejarah akan menilai Joe Biden. Para penikmat hubungan internasional akan senang menghabiskan sore hari membahas kegagalan diplomasi Biden yang mengantarkan Ukraina ke jalur perang, dan bagaimana kegagalan berikutnya memberi keuntungan kepada Rusia.
Apakah Anda ingat apa yang dikatakan Biden setelah resmi mengambil alih White House dari tangan Donald Trump?
Joe Biden menguraikan visinya untuk agenda kebijakan luar negeri Amerika dalam pidatonya di departemen luar negeri. Biden menegaskan kembali, perlunya AS untuk memperkuat aliansi global setelah empat tahun Donald Trump meremehkan hubungan tersebut.
"Kami akan memperbaiki aliansi kami dan terlibat dengan dunia sekali lagi, bukan untuk memenuhi tantangan kemarin tetapi hari ini dan besok," kata Biden. "Kita tidak bisa melakukannya sendiri."
Tapi saya akan fokus ke kalimat pembuka Biden di pidato tersebut, "America is back, diplomacy is  back." Kembali ke mana tepatnya?
Prioritas Biden adalah menstabilkan harga minyak dengan membuat negara-negara Asia Barat memompa lebih banyak minyak.
Hanya ada satu masalah: Biden tidak bisa berbicara kepada sekutunya di Asia Barat. Maksud saya secara harfiah! Menurut laporan media AS, para pemimpin Arab Saudi dan UAE (Uni Emirat Arab) tidak menjawab panggilan telepon Biden.
Kapan persisnya kejadian penolakan dari kedua negara tersebut?
Belum ada laporan tentang tanggal pastinya. Tetapi laporan tersebut mengatakan dalam beberapa minggu terakhir White House mencoba untuk mengatur dua panggilan: satu, dengan putra mahkota Saudi Mohammed bin Salman; yang kedua dengan sheikh UAE Mohammed bin Zayed Al-nayan. Keduanya, penguasa Saudi dan Sheikh UAE, menolak untuk menerima telepon
Tetapi yang lebih memalukan Biden adalah kedua pemimpin tersebut berbicara dengan Vladimir Putin. Apa yang coba dikatakan dua pemimpin tersebut kepada Biden via penghinaan tersebut? Saya kira, DEFISIT KEPERCAYAAN.