Perjalanan Rusia menuju Kiev sedang melambat. Misilnya menargetkan pertahanan Ukraina. Pesawatnya mengambil ruang udara Ukraina, secara bertahap superioritas udara Rusia bangkit lagi.Â
Begitu juga Ukraina, Volodymyr Zelensky punya rencana untuk melawannya, Zelensky mengajukan zona larangan terbang (no-fly zone).Â
Zelensky bersikeras tentang no-fly zone dan ingin agar NATO sesegera mungkin menetapkan zona larangan terbang di atas Ukraina.
Pertama-tama, apa yang dimaksud dengan  zona larangan terbang? Sederhananya, zona larangan terbang merupakan tanda larangan masuk di wilayah udara.Â
Pesawat dari pihak yang dilarang tidak akan diizinkan memasuki zona larangan terbang. Jika memasuki zona larangan terbang, pesawat tersebut akan mendapat peringatan dan dikawal ke luar dari zona larangan terbang. Dalam skenario terburuk, pesawat tersebut akan ditembak jatuh.Â
Zelensky ingin agar NATO untuk menerapkan zona larangan terbang ini di atas Ukraina. Pada dasarnya untuk menghentikan jet Rusia melintasi Ukraina. Tapi NATO sama sekali tidak tertarik. Kenapa? Karena penerapannya sangat beresiko untuk dilakukan dalam situasi menghadapi Rusia sekarang.Â
Mari kita asumsikan NATO tidak menutup wilayah udara Ukraina, apa yang terjadi jika jet Rusia melanggar wilayah udara ini? pilot NATO akan pergi menghadang jet Rusia.Â
Satu-satunya cara untuk benar-benar menerapkan zona larangan terbang adalah dengan mengirim pesawat NATO ke wilayah udara Ukraina dan menembak jatuh pesawat Rusia. Sudah pasti akan menyebabkan perang penuh di Eropa.Â
Untuk itu, Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa AS tidak akan berperang dengan Rusia, tetapi akan berusaha keras bersama sekutu dan mitra untuk memberikan Ukraina sarana agar dapat membela diri secara efektif. Jadi NATO pada dasarnya ingin mencegah eskalasi serangan Putin.Â
Tindakan ini mungkin tampak seperti pilihan rasional, tetapi Zelensky sedang putus asa saat ini. Presiden Ukraina membutuhkan semua dukungan militer yang bisa didapatkan dan itulah sebabnya dia mengecam keputusan NATO yang menolak penerapan no-fly zone.Â
Zelensky mengatakan bahwa NATO akan bertanggung jawab untuk setiap korban Ukraina di masa depan.
"Hari ini adalah pertemuan puncak NATO, minggu pertemuan puncak yang membingungkan. Sebuah pertemuan puncak yang menunjukkan bahwa tidak semua orang menganggap perjuangan kebebasan di Eropa sebagai tujuan nomor satu, dan apa yang kalian pikirkan selama pertemuan itu? orang yang mati mulai sekarang, juga akan mati (ke depannya) karena kalian, karena kelemahan kalian, karena ketidakbersatuan Anda." Kata Zelensky via panggilan video pada pertemuan puncak NATO, 4 Maret 2022, dikutip dari 7News.
Zelensky tidak sedang berbasa-basi dan ingat NATO adalah sekutu dan harapan terbaik Zelensky untuk mengusir tentara Rusia dari Ukraina.
Jadi apa yang bisa disimpulkan tentang posisi Ukraina sekarang? Satu, kemajuan Rusia mungkin lambat tapi pasti mencapai Kiev; dan dua, Ukraina terlalu berharap pada komitmen NATO.
Secara diplomatis, aliansi militer ini telah mengisolasi Rusia. Secara finansial, sanksi yang dijatuhkan untuk merobek ekonomi Rusia. Tapi bagaimana dengan dukungan militer? Di situlah Ukraina mengandalkan lebih banyak bantuan NATO.
Apakah itu berarti NATO harus memberlakukan zona larangan terbang? Sebagian besar ahli mengatakan "tidak".
Rusia versus Ukraina adalah perang konvensional, Rusia versus NATO akan punya gema perang nuklir. Lebih banyak negara akan terseret, dan lebih banyak tentara serta senjata yang akan terlibat.Â
Presiden Rusia juga telah memperingatkan para pemimpin barat tentang no-fly zone. Berikut pernyataan Putin yang dikutip dari The Sun:
"Sekarang kita mendengar bahwa zona larangan terbang harus diterapkan di atas wilayah Ukraina. Tidak mungkin untuk melakukannya di wilayah udara Ukraina. Itu (no-fly zone) hanya mungkin diterapkan pada wilayah beberapa negara tetangga, tetapi setiap langkah ke arah ini akan dilihat oleh kami sebagai partisipasi dalam konflik bersenjata, dari pihak mana pun yang wilayahnya akan menimbulkan ancaman bagi tentara kami, saat itu juga kami akan segera melihat mereka sebagai peserta konflik militer, tidak peduli anggota (aliansi) apapun mereka."
Itu adalah pesan yang jelas dari Putin. Jika memberlakukan zona larangan terbang, Anda bergabung dalam perang.
NATO sendiri sudah menegaskan tidak ingin melakukan kontak senjata dalam perang ini. Jadi opsi apa yang dimiliki NATO untuk menopang pertahanan udara Ukraina?Â
Mereka bisa melakukannya dengan menyediakan lebih banyak jet tempur dan rudal. NATO tampaknya sedang bergerak ke arah itu. Bulan lalu Uni Eropa berjanji untuk mengirim jet tempur ke Ukraina. Pilot Ukraina juga sudah dikirim untuk menerbangkan jet tempur tapi tiba-tiba kesepakatan terhenti. Jet tempur tetap membumi, sehingga butuh seruan lain dari Zelensky untuk melumasi roda. Kali ini temperamennya berbeda, katanya jika tidak dapat memaksakan zona larangan terbang setidaknya NATO mengirim jet tempur.Â
"Dunia cukup kuat untuk menutup langit kita terhadap jet tempur, rudal dan helikopter Rusia. Tapi jika seseorang masih ragu maka Ukraina membutuhkan pesawat. Itu mudah sebenarnya ketika Anda punya keinginan untuk membuat langit Eropa dan Ukraina aman." Kata Zelensky dalam pertemuan puncak NATO (4/3).Â
Kandidat utama yang akan menyediakan pesawat tempur kepada Ukraina adalah Polandia. Polandia punya jet tempur buatan soviet, pilot Ukraina pernah menerbangkannya sebelumnya sehingga tidak ada pelatihan tambahan yang diperlukan. Namun ada satu masalah, jika Polandia menawarkan jet ini, angkatan udaranya akan melemah karena berkurangnya jumlah armada. Dan jika Rusia berbaris melalui Ukraina, pertahan Polandia akan menjadi rentan.
Jadi, bagaimana solusinya? Amerika bisa mengisi celah kekurangan di angkatan udara Polandia. Pada dasarnya menggantikan MIG-Fighter yang diberikan ke Ukraina.
Media amerika melaporkan kesepakatan tiga arah: Polandia memberikan pesawat tempur MIG-Fighter ke Ukraina dan AS memberikan jet F-16 ke Polandia.
"Kami bekerja dengan Polandia dalam masalah ini dan berkonsultasi dengan sekutu NATO kami lainnya," kata juru bicara Gedung Putih kepada POLITICO.
"Kami juga sedang mengerjakan kemampuan yang dapat kami berikan untuk mengisi kembali Polandia jika memutuskan untuk mentransfer pesawat ke Ukraina." Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengkonfirmasi Minggu pagi bahwa AS bekerja dengan Polandia dalam rencana untuk memasok Ukraina dengan pesawat tempur. "Kami bekerja dengan Polandia saat kami berdiskusi untuk melihat apakah kami dapat mengisi kembali apa pun yang mereka berikan kepada Ukraina," kata Blinken.
Tampaknya NATO berencana membanjiri Ukraina dengan rudal bantuan militer yang mematikan melalui jet tempur dan sistem pertahanan udara.Â
Dalam waktu kurang dari seminggu AS telah mengirimkan 17.000 senjata anti-tank ke Ukraina. Mereka punya rute tetap pengangkutan udara ke Polandia dan Rumania serta transportasi melalui jalan darat ke Ukraina.Â
Strategi ini merupakan strategi jangka panjang. Pertama, akan menunda kemenangan Rusia meningkatkan biaya perang; dan kedua meletakkan dasar untuk setiap pemberontakan. bahkan jika Ukraina kalah, senjata barat akan memicu pemberontakan.
Pertanyaannya adalah apakah rencana NATO tersebut bisa menjadi bumerang? Akankah Rusia melihatnya sebagai niat NATO untuk terjun ke dalam perang ini? Tentu saja. Seperti peringatan tentang penerapan zona larangan terbang, Putin memberikan memberikan peringatan yang mirip terkait sanksi AS dan Sekutu:
"Ini (sanksi) mirip dengan menyatakan perang tapi syukurlah belum sampai di sana. Saya pikir apa yang disebut "mitra" masih punya pemahaman tentang konsekuensi dan ancaman bagi semua orang."
Situasi sekarang terjalin sangat ketat bagi NATO dan Rusia. Perdamaian dunia sedang berada di ujung tanduk. Salah sedikit, pecahlah perang besar. Jika Putin membalas, NATO akan mengaktifkan pasal 5 dari piagamnya: semua 30 anggota NATO akan menyatakan perang terhadap Rusia.Â
Putin terkenal lincah, jadi tidak gegabah dalam melangkah. Makanya saya pikir eks KGB itu tidak akan mengambil risiko.Â
Sama halnya bantuan militer terhadap Ukraina akan sangat berisiko bagi NATO. NATO tidak akan gegabah untuk ikut campur melebihi batas. Sebab jika mereka melakukannya, Rusia akan meningkatkan eskalasi perang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H