Jika betul begitu, India, China dan negara-negara yang mengimpor senjata militer buatan Rusia harus khawatir. India misalnya, lebih dari 50 persen aset militer India berasal dari Rusia atau Soviet jadi New Delhi akan mengawasi serangan ini dengan sangat dekat; seberapa efektifnya senjata Rusia, seberapa akuratnya rudal Rusia.Â
Karena bukan kali ini saja, barang militer buatan Rusia terlihat "jelek". India pernah mengalami kontroversi seputar Jet MIG-21 buatan Rusia. Selama bertahun-tahun India membeli 872 Jet MIG-21, 400 jet tersebut hilang dalam kecelakaan, banyak yang menyebutnya peti mati. Jadi perang ini merupakan peringatan, tidak hanya untuk India tetapi untuk semua negara yang menggunakan perangkat keras militer Rusia.
Bagi negara-negara yang masih bergantung pada perlengkapan militer Rusia, maka sekarang perlu melakukan diversifikasi dan mencari alternatif lain ketimbang berharap barang "bagus" dari Rusia. India sedang berusaha menuju ke situ sekarang.
Jadi, begitulah 5 alasan teknis mengapa Putin belum bisa mengalahkan Ukraina dengan keunggulan kekuatan militer. Putin terjebak perencanaan yang buruk, perlawanan sengit dari tentara dan masyarakat Ukraina, serta kurangnya  dukungan domestik.
Selain itu, Rusia tidak hanya gagal di medan perang, tetapi juga gagal dalam perang naratif. Lihatlah platform media sosial mana pun hari ini; Facebook, Twitter, Instagram, kita akan melihat cerita perlawanan tak kenal lelah dari Ukraina mendominasi linimasa, tak ketinggalan meme dan lelucon yang mempermalukan Rusia dan Putin.Â
Jelas mesin propaganda Putin telah gagal dan salah satu alasannya adalah dukungan barat. Sebagian besar platform media sosial dimiliki oleh Amerika yang secara sistematis menghapus propaganda Rusia. Di  saat yang sama, "Ukraina" berkembang menjadi sebuah reli tagar. Sebagian besar berkat presiden Volodymyr Zelensky, yang juga merupakan seorang bintang televisi sebelum menjabat presiden.
Zelensky ikut mengangkat senjata di jalanan Kiev, makan malam dengan tentara dan para resistan. Zelensky telah menjadi merek pemasaran untuk perlawanan Ukraina dan tentu saja  orang mencintainya. Di sisi lain Putin telah menjadi musuh publik nomor satu. Ekonomi Rusia berdarah. Mata uang Rubel runtuh lebih dari 40 persen.Â
Bank sentral telah menaikkan suku bunga menjadi 20 persen. Cadangan devisa Rusia telah dibekukan oleh AS. Bursa saham Moskow juga, seolah tidak ingin repot-repot untuk buka kemarin. Oligarki Rusia juga telah mengalami total kerugian sebesar USD 1,26 miliar karena sanksi yang dikenakan Eropa dan AS. Biaya perang setiap hari yang dihabiskan Putin di medan perang adalah kerugian besar bagi rakyat Rusia. Masyarakat Rusia tidak menyukainya.
Apakah itu berarti barat telah menang? mungkin tampak seperti itu tetapi jangan lupa: Putin yang agresif berbahaya, Putin yang terpojok bahkan lebih berbahaya, pada hari Minggu dia mengancam akan menggunakan senjata nuklir. Saya tidak bilang bahwa Putin akan meluncurkan serangan nuklir, namun bahwa Putin bersedia untuk memanfaatkan ancaman nuklir. Makanya Ukraina seharusnya khawatir, seluruh dunia harus khawatir. Kita masih belum melihat kekuatan sebenarnya dari tentara Rusia. Jika Putin  merasa kalah, segala sesuatunya mungkin berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H