Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apa Untungnya Macron Jadi Peacebroker Konflik Rusia-Ukraina?

14 Februari 2022   21:33 Diperbarui: 21 Februari 2022   16:45 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) saat konferensi pers bersama Presiden Perancis Emmanuel Macron (kiri) usai berbincang di Moskwa, Senin (7/2/2022).(AP PHOTO/THIBAULT CAMUS via kompas.com)

Minggu lalu, orang yang memimpin negosiasi Eropa adalah presiden Perancis Emmanuel Macron. 

Banyak yang bertanya, apa untungnya bagi Macron menjadi peacebroker bagi konflik Rusia-Ukraina?

Artikel terkait: Konflik Rusia-Ukraina: Putin Kutip Humor Pemerkosaan, Macron Jadi Broker, Scholz Masih Abu-abu

Apakah hanya karena dia merupakan pemimpin paling senior di Eropa? atau masih ada cerita lainnya? Politik domestik, misalnya? 

Pemilihan presiden di prancis hanya dua bulan lagi. Menghindarkan terjadinya perang dapat membantu Macron menyegel juara di pemilihan nanti, juga memantapkan dirinya tidak hanya sebagai presiden prancis, tetapi juga pemimpin de facto dan menjadi pembawa bendera otonomi strategis Eropa. 

Macron bertemu presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Kemudian presiden Ukraina Volodymyr Zilenskiy di Kiev. Perjalanan Macron tersebut dinilai sebagai misi berisiko tinggi. Mengapa dia berusaha keras melakukan semua pembicaraan itu? 

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan ancaman sanksi. Tapi, sepertinya ancaman keras tidak berhasil pada Putin, tidak juga pada keengganan seperti yang ditunjukkan oleh Jerman pada awal krisis.

Artikel terkait: Bantuan 5.000 Helm Dianggap Lelucon, Berikut 3 Alasan Jerman Setengah Hati Bantu Ukraina

Emmanuelle Macron pun maju. Krisis Rusia-Ukraina merupakan kesempatan Macron untuk menampilkan keterampilan kepemimpinan dan memposisikan dirinya sebagai seorang negarawan. 

Melihat kalender, pemilihan presiden akan berlangsung di Perancis pada bulan april, yang artinya dua bulan ke depan dari sekarang. 

Krisis ini akan menjadi kesempatan Macron untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin top Eropa. Krisis ini menjadi peluang membangun citra dan sepertinya berhasil. Media Perancis seperti The Local mulai membandingkan Macron dengan mantan presiden mereka Nicolas Sarkozy. 

Sarkozy merupakan perantara perdamaian dalam konflik antara Rusia dan Georgia pada tahun 2008. 14 tahun kemudian Macron memainkan peran yang sama. Sepertinya langkah itu berhasil menaikan citranya di dalam negeri, apa yang belum berhasil adalah menghentikan perang Rusia-Ukraina. 

Invasi Rusia ke Ukraina akan menaikan harga gas. Macron akan kesulitan memenangkan pilihan pemilihnya jika mereka terlanjur marah karena kehilangan daya beli gas. 

Tetapi  jika menghentikan perang Macron akan menjadi pahlawan baik di dalam maupun di luar negeri. Macron akan mendapat keunggulan dalam pemilihan yang akan datang jika berhasil menghentikan perang dan siapa tahu hadiah nobel perdamaian juga. 

Tapi apa bisa Macron menghentikan perang? Sepertinya. Yang pasti, Macron berhasil menjabat tangan Putin untuk menyetujui komprominya dengan Perancis. 

Presiden Perancis tersebut dipandang sebagai lawan bicara yang berkualitas. Pada pertemuan di Moskow Senin lalu (7/2/2022), Putin mengatakan kepada Macron bahwa dia menginginkan percakapan substansial yang langsung ke inti masalah. Dengan kata lain, Putin percaya bahwa Macron merupakan seseorang yang bisa diajak kompromi.

Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Perancis Emmanuel Macron di Moskow pada Senin, 7 Februari 2022. (Sumber: CNN Indonesia)
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Perancis Emmanuel Macron di Moskow pada Senin, 7 Februari 2022. (Sumber: CNN Indonesia)

Apakah ini lantas menjadikan Macron pemimpin de facto dan negosiator Eropa sekarang? Belum jelas. Yang jelas Eropa tidak lagi punya Angela Merkel di ruang negosiasi. 

Mantan kanselir Jerman itu merupakan negosiator dan mitra terdekat Putin di Eropa, juga merupakan pengaruh di balik sanksi Eropa pada Rusia. 

Diplomasi lembut tapi tegas (carrot and stick) Merkel berulang kali membantu Eropa mengatasi krisis. Merkel sudah pensiun, dan sekarang Macron mencoba mengambil peran Merkel sebagai negosiator. 

Macron mencoba menyeimbangkan tatanan keamanan Eropa baru, menggarisbawahi otonomi strategis Eropa, dan menekankan bahwa Eropa tidak dapat menonton dari sela-sela saat AS dan Rusia bertempur habis-habisan di wilayah yang menjadi rumah mereka, yakni benua Eropa. 

Misi Macron tersebut bertujuan menampilkan wajah Uni Eropa sebagai pemimpin pembicaraan tentang krisis Ukraina alih-alih wajah dari benua lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun