Invasi Rusia ke Ukraina akan menaikan harga gas. Macron akan kesulitan memenangkan pilihan pemilihnya jika mereka terlanjur marah karena kehilangan daya beli gas.Â
Tetapi  jika menghentikan perang Macron akan menjadi pahlawan baik di dalam maupun di luar negeri. Macron akan mendapat keunggulan dalam pemilihan yang akan datang jika berhasil menghentikan perang dan siapa tahu hadiah nobel perdamaian juga.Â
Tapi apa bisa Macron menghentikan perang? Sepertinya. Yang pasti, Macron berhasil menjabat tangan Putin untuk menyetujui komprominya dengan Perancis.Â
Presiden Perancis tersebut dipandang sebagai lawan bicara yang berkualitas. Pada pertemuan di Moskow Senin lalu (7/2/2022), Putin mengatakan kepada Macron bahwa dia menginginkan percakapan substansial yang langsung ke inti masalah. Dengan kata lain, Putin percaya bahwa Macron merupakan seseorang yang bisa diajak kompromi.
Apakah ini lantas menjadikan Macron pemimpin de facto dan negosiator Eropa sekarang? Belum jelas. Yang jelas Eropa tidak lagi punya Angela Merkel di ruang negosiasi.Â
Mantan kanselir Jerman itu merupakan negosiator dan mitra terdekat Putin di Eropa, juga merupakan pengaruh di balik sanksi Eropa pada Rusia.Â
Diplomasi lembut tapi tegas (carrot and stick) Merkel berulang kali membantu Eropa mengatasi krisis. Merkel sudah pensiun, dan sekarang Macron mencoba mengambil peran Merkel sebagai negosiator.Â
Macron mencoba menyeimbangkan tatanan keamanan Eropa baru, menggarisbawahi otonomi strategis Eropa, dan menekankan bahwa Eropa tidak dapat menonton dari sela-sela saat AS dan Rusia bertempur habis-habisan di wilayah yang menjadi rumah mereka, yakni benua Eropa.Â
Misi Macron tersebut bertujuan menampilkan wajah Uni Eropa sebagai pemimpin pembicaraan tentang krisis Ukraina alih-alih wajah dari benua lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H