Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pelajaran dari Kisah Comeback Nadal di Australian Open 2022

5 Februari 2022   21:58 Diperbarui: 5 Februari 2022   22:09 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah ciri khas juara sejati, karena bakat saja tidak akan pernah cukup untuk mencetak cerita tentang juara sejati.

Di Australian Open semua orang berbakat (bahkan ball boys). Yang membedakannya adalah apa yang kita lakukan dengan bakat itu; kerja keras, dedikasi, pilihan, dan temperamen merupakan penentu seorang juara sejati.

Jika bisa menguasai kualitas tersebut, siapapun  bisa menjadi seorang juara!

Contohnya adalah pertandingan hari Minggu yang sedang kita bicarakan ini. Lawan nadal adalah Daniel Medvedev.  Pria Rusia itu bermain dengan brilian sepanjang pertandingan.

Tetapi setelah dua set pertama, momentum bergeser. Nadal mulai mencakar kembali ke performa juaranya. Pada saat itu medvedev kehilangan kendali, dan mulai berkelahi dengan wasit serta mulai mengejek ke arah penonton.

Dan selama semua ini Nadal mulai menyusun kembali fokus dan tekadnya. Itulah yang dilakukan juara sejati, mereka fokus dan bertekad.

Kita hanya melihat kecemerlangan mereka di lapangan. Apa yang tidak kita lihat adalah beribu jam di ruang latihan. Memperbaiki teknik, menyempurnakan kekuatan, dan mengasah pikiran.

Seperti teka-teki puzzle. Lusinan potongan gambar bersama-sama membentuk satu gambar lengkap, dan seperti itulah lusinan kualitas yang secara bersama-sama menciptakan seorang juara.

Karena sedang ngomongin Australian Open, Novak Djokovic terlintas di benak saya. Petenis Serbia itu sangat berbakat dan bekerja ekstra keras seperti Nadal. Yang tidak sama adalah Djokovic membuat pilihan yang tidak profesional saat menolak untuk divaksinasi Covid-19.

Jadi pada hari minggu itu Nadal mengangkat trofi bukan Djokovic. Kita semua bisa belajar sesuatu dari cerita (sikap) ini.

Coba renungkan, Anda telah memenangkan 20 gelar grand slam dan telah menjadi salah satu pemain tenis terhebat sepanjang masa, tetapi juga berusia 35 tahun dan berjuang dengan cedera. Kenapa tidak pensiun saja, kenapa harus repot-repot bangun di pagi hari dan berlatih selama berjam-jam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun