Itulah ciri khas juara sejati, karena bakat saja tidak akan pernah cukup untuk mencetak cerita tentang juara sejati.
Di Australian Open semua orang berbakat (bahkan ball boys). Yang membedakannya adalah apa yang kita lakukan dengan bakat itu; kerja keras, dedikasi, pilihan, dan temperamen merupakan penentu seorang juara sejati.
Jika bisa menguasai kualitas tersebut, siapapun  bisa menjadi seorang juara!
Contohnya adalah pertandingan hari Minggu yang sedang kita bicarakan ini. Lawan nadal adalah Daniel Medvedev. Â Pria Rusia itu bermain dengan brilian sepanjang pertandingan.
Tetapi setelah dua set pertama, momentum bergeser. Nadal mulai mencakar kembali ke performa juaranya. Pada saat itu medvedev kehilangan kendali, dan mulai berkelahi dengan wasit serta mulai mengejek ke arah penonton.
Dan selama semua ini Nadal mulai menyusun kembali fokus dan tekadnya. Itulah yang dilakukan juara sejati, mereka fokus dan bertekad.
Kita hanya melihat kecemerlangan mereka di lapangan. Apa yang tidak kita lihat adalah beribu jam di ruang latihan. Memperbaiki teknik, menyempurnakan kekuatan, dan mengasah pikiran.
Seperti teka-teki puzzle. Lusinan potongan gambar bersama-sama membentuk satu gambar lengkap, dan seperti itulah lusinan kualitas yang secara bersama-sama menciptakan seorang juara.
Karena sedang ngomongin Australian Open, Novak Djokovic terlintas di benak saya. Petenis Serbia itu sangat berbakat dan bekerja ekstra keras seperti Nadal. Yang tidak sama adalah Djokovic membuat pilihan yang tidak profesional saat menolak untuk divaksinasi Covid-19.
Jadi pada hari minggu itu Nadal mengangkat trofi bukan Djokovic. Kita semua bisa belajar sesuatu dari cerita (sikap) ini.
Coba renungkan, Anda telah memenangkan 20 gelar grand slam dan telah menjadi salah satu pemain tenis terhebat sepanjang masa, tetapi juga berusia 35 tahun dan berjuang dengan cedera. Kenapa tidak pensiun saja, kenapa harus repot-repot bangun di pagi hari dan berlatih selama berjam-jam?