Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ilmuwan Wuhan Menandai Neo-Cov, Saatnya BRIN Tunjukan Wajah Baru?

29 Januari 2022   09:59 Diperbarui: 31 Januari 2022   20:01 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmuwan di Wuhan menyebutnya Neo-Cov. Bagaimana yang ini berbeda dari virus Wuhan sebelumnya?

Virus Corona tidak mengacu pada satu virus melainkan mengacu pada sekelompok virus. Virus Corona adalah jenis virus seperti Sars-CoV1 atau Sars-CoV2 atau Mers-CoV (Middle East Respiratory Syndrome/ MERS)

Neo-CoV jugs merupakan salah satunya, dan hanya untuk memperjelas virus ini bukan temuan baru. Neo-CoV pertama kali ditemukan pada kelelawar di Afrika Selatan. Jadi kenapa kita baru membicarakannya sekarang? Karena para ilmuwan di Wuhan menemukan dua kekhawatiran besar.

Pertama, Neo-CoV mulai bisa menginfeksi manusia. Virus tersebut hanya butuh satu lagi mutasi dan bisa mulai menginfeksi manusia.
Kedua, tingkat kematian. Neo-CoV tampaknya campuran Sars-CoV dan MERS sangat menular seperti SARS-CoV dan sangat mematikan seperti MERS.

Laporan mengatakan satu dari tiga pasien bisa mati. Artinya tingkat kematiannya sekitar 33 persen. Bandingkan dengan 1,5 persen tingkat kematian yang disebabkan Virus Corona tahun 2020, itupun setelah semua vaksinasi dan booster.

Angka itu jauh tidak lebih mematikan daripada tingkat kematian 33 persen yang dipunyai Neo-Cov.

Saya tahu ini mungkin terdengar menakutkan.

Tapi, apakah kita sedang  menatap bencana yang sama? Maksud saya, virus dari kelelawar, ilmuwan dari Wuhan, dan bulan Januari.

Kita punya kenangan buruk yang terkait dengan ketiganya. Tetapi sekarang bukan waktunya untuk panik. Sekarang adalah waktu untuk menguji diri kita sendiri, untuk melihat apakah kita telah belajar sesuatu dari dua tahun terakhir.

Sebagai permulaan, lihat seberapa kredibel laporan ini. Laporan ini diterbitkan oleh para ilmuwan di Universitas Wuhan, apakah laporan tersebut sudah melalui proses penelaahan sejawat? Belum.

Karena itu, harus menjadi prioritas utama sekarang dengan menempatkan lebih banyak ahli untuk menganalisis temuan ini, kita butuh sebanyak mungkin otak untuk menganalisanya.

Mungkin inilah pertanyaan lain, apakah organisasi kesehatan dunia (WHO) sudah melihat laporan ini? Ya. WHO sudah menerima laporan tersebut.

Inilah yang dikatakan oleh seorang pejabat WHO yang saya kutip dari laman WHO "hewan, terutama hewan liar adalah sumber lebih dari 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul pada manusia."

Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian ini akan menimbulkan risiko bagi manusia? Butuh penelitian lebih lanjut. Sehingga siapa yang menginginkan lebih banyak penelitian akan punya lebih banyak data untuk memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Di sinilah dunia harus lebih proaktif. Terakhir kali kita membiarkan China memimpin, kita biarkan WHO yang merumuskan tanggapan kita, dan kita semua tahu bagaimana hasilnya.

Jadi kali ini, saya pikir, pemerintah harus mendorong peningkatan transparansi: bagaimana laporan ini dibuat, mengapa para ilmuwan dari Wuhan meneliti virus ini sejak awal, penelitian macam apa yang mereka lakukan? semua pertanyaan ini perlu dijawab.

Ini bukan tentang panik, ini tentang respons berbasis sains, sesuatu yang tidak dilakukan China terakhir kalinya yang hanya melibatkan tiga kelompok, China, Rusia, dan WHO, dalam studi awal kasus Wuhan Outbreak 2019.

Kita perlu memperluas lingkaran ini. Karena Neo-CoV  berpotensi mematikan seperti yang dilaporkan. Hanya perlu satu mutasi lagi dan bisa melompat ke manusia.  Jadi pemerintah  kita perlu transparansi dan kesiapsiagaan, dan prioritas.

Kita harus mempelajari Neo-Cov, memahami sifat dan risiko virus ini, pada saat yang sama kita harus menyiapkan buku pedoman yang efektif, apa yang harus dilakukan jika virus itu melompat ke spesies kita, akankah kita kembali ke lockdown dan karantina, atau apakah kita punya strategi yang lebih logis dan bertarget. Saya kira, inilah saatnya BRIN (Badan Inovasi dan Riset Nasional) melangkah maju, menunjukan wajah barunya pada dunia atau setidaknya menampik keraguan sebagian masyarakat Indonesia. 

Dunia masih membayar mahal untuk kebohongan China pada tahun 2019. Kita harus memastikan bahwa tidak ada pengulangan pada tahun 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun