Karena itu, harus menjadi prioritas utama sekarang dengan menempatkan lebih banyak ahli untuk menganalisis temuan ini, kita butuh sebanyak mungkin otak untuk menganalisanya.
Mungkin inilah pertanyaan lain, apakah organisasi kesehatan dunia (WHO) sudah melihat laporan ini? Ya. WHO sudah menerima laporan tersebut.
Inilah yang dikatakan oleh seorang pejabat WHO yang saya kutip dari laman WHO "hewan, terutama hewan liar adalah sumber lebih dari 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul pada manusia."
Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian ini akan menimbulkan risiko bagi manusia? Butuh penelitian lebih lanjut. Sehingga siapa yang menginginkan lebih banyak penelitian akan punya lebih banyak data untuk memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Di sinilah dunia harus lebih proaktif. Terakhir kali kita membiarkan China memimpin, kita biarkan WHO yang merumuskan tanggapan kita, dan kita semua tahu bagaimana hasilnya.
Jadi kali ini, saya pikir, pemerintah harus mendorong peningkatan transparansi: bagaimana laporan ini dibuat, mengapa para ilmuwan dari Wuhan meneliti virus ini sejak awal, penelitian macam apa yang mereka lakukan? semua pertanyaan ini perlu dijawab.
Ini bukan tentang panik, ini tentang respons berbasis sains, sesuatu yang tidak dilakukan China terakhir kalinya yang hanya melibatkan tiga kelompok, China, Rusia, dan WHO, dalam studi awal kasus Wuhan Outbreak 2019.
Kita perlu memperluas lingkaran ini. Karena Neo-CoV  berpotensi mematikan seperti yang dilaporkan. Hanya perlu satu mutasi lagi dan bisa melompat ke manusia.  Jadi pemerintah  kita perlu transparansi dan kesiapsiagaan, dan prioritas.
Kita harus mempelajari Neo-Cov, memahami sifat dan risiko virus ini, pada saat yang sama kita harus menyiapkan buku pedoman yang efektif, apa yang harus dilakukan jika virus itu melompat ke spesies kita, akankah kita kembali ke lockdown dan karantina, atau apakah kita punya strategi yang lebih logis dan bertarget. Saya kira, inilah saatnya BRIN (Badan Inovasi dan Riset Nasional) melangkah maju, menunjukan wajah barunya pada dunia atau setidaknya menampik keraguan sebagian masyarakat Indonesia.Â
Dunia masih membayar mahal untuk kebohongan China pada tahun 2019. Kita harus memastikan bahwa tidak ada pengulangan pada tahun 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H