Pada 1950-an, sebagian besar koloni memperoleh kemerdekaannya. Atau paling tidak telah memulai gerakan independen yang kuat.
Inggris harus meninggalkan dan memberikan kemerdekaan kepada negara-negara ini.
Salah satu negara tersebut adalah India. Bahkan setelah merdeka, di sebagian besar koloni, bahasa Inggris tetap menjadi bahasa resmi atau bahasa nasional.
Mengapa? Ada alasan berbeda di berbagai negara.Â
India misalnya. Ketika Konstitusi India sedang disusun, Majelis Konstituante India membahas hal ini secara rinci. Apakah bahasa Inggris harus digunakan sebagai bahasa resmi di India, atau hanya bahasa Hindi yang digunakan? Haruskah bahasa Hindi dijadikan bahasa nasional?
Banyak orang menyukai Hindustan menjadi bahasa nasional negara itu. Bahasa yang merupakan campuran dari bahasa Hindi dan Urdu, bahasa asli India dengan penutur terbanyak dibandingkan dengan yang lainnya.Â
Tetapi banyak orang percaya bahwa bahasa Inggris harus tetap menjadi bahasa resmi.
Salah satunya adalah Dr. B.R. Ambedkar yang percaya bahwa cara terbaik untuk mewakili komunitas elit adalah bahasa Inggris.Â
Bahkan, dia percaya bahwa dari semua komunitas di India, bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa yang mampu meniadakan jarak antar sesama warga negara. Tidak ada keuntungan tambahan untuk komunitas mana pun.
Dia menggunakan contoh bahwa para Brahmana akan diuntungkan kalau bahasa Hindi yang disankritkan menjadi bahasa nasional.
Selain dia, banyak pemimpin dari India Selatan juga mengkhawatirkannya. Mereka percaya bahwa bahasa Hindi adalah bahasa India Utara dan jika itu menjadi bahasa nasional, maka India Selatan akan merasa kurang terwakili. Di samping itu, ada ketakutan dominasi politik satu kaum terhadap lainnya.Â
Itu sebabnya diputuskan bahwa akan ada dua bahasa resmi di India. Hindi dan Inggris.