Kalau Blackberry Anda menggunakan Android OS, maka Anda baik-baik saja, perangkat Anda akan terus bekerja, khususnya internet.
Cukup emosional memang cerita tentang berakhirnya era penguasa, tapi kali ini saya ingin memahami studi kasus kejatuhan kerajaan Blackberry yang tampaknya tak terkalahkan di tahun 2000-an itu.Â
Pada 2009-10 BlackBerry menguasai 20% pangsa pasar, dan menjual 50 juta ponsel setiap tahun.
Blackberry bukan sekedar perangkat saat itu, namun juga simbol status. Pekerja professional wajib memilikinya, kemudian datang iPhone.Â
Pada awalnya tidak ada yang berubah BlackBerry terus mendominasi pasar smartphone, tetapi mereka membuat satu kesalahan utama yaitu gagal untuk berinovasi.Â
Apple dan Android memperkenalkan layar sentuh, BlackBerry menolak sampai akhirnya terlambat sehingga pelanggan secara bertahap menjauh dari mereka.
Layar sentuh lebih trendi, lebih mudah digunakan, mereka tampak mencolok tidak ada yang menginginkan keyboard kikuk Qwerty.Â
Mengapa blackberry menolak untuk beradaptasi? Mengapa mereka tetap bertahan dengan Qwerty? Tak ada yang tahu selain dewan perusahaan, yang jelas keputusan itu terbukti fatal.
Pada tahun 2011, total penjualan blackberry sekitar 20 miliar dolar AS, pada 2016 menjadi dua miliar, tahun lalu 893 juta, dilansir dari statista.com.
Perjalanan Apple adalah kebalikannya. Pada hari senin penjualan Apple melampaui tiga triliun dolar AS dan menjadi perusahaan pertama di dunia yang melakukannya.
Tiga triliun adalah angka yang bagus untuk memulai tahun baru. Saya tidak mengatakan bahwa Apple adalah perusahaan yang sempurna, tapi mereka menangkap denyut nadi pasar. Apple menangkap apa yang gagal dilakukan BlackBerry.