Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sejarah Singkat Afghanistan Menjadi "Kuburan Para Penguasa"

24 Agustus 2021   16:46 Diperbarui: 3 September 2021   01:07 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Facebook.com/allvoices)

Amerika telah menghabiskan sekitar USD 2,26 triliun atau setara Rp 32.505 triliun untuk perang di Afghanistan. Selama 20 tahun, Angkatan Darat AS ditempatkan di Afghanistan.

Sekarang, sejak Angkatan Darat AS meninggalkan Afghanistan, Taliban mendapatkan pijakan yang kuat di negara itu, dan berhasil menduduki pemerintahan hari ini.

Ini merupakan fenomena besar yang dampaknya terasa bahkan sampai di Indonesia. Dari segi kemanan, negara kita pernah dan masih waspada untuk menghadapi kaum ekstrimis. Kebangkitan Taliban yang ekstrimis dikhawatirkan menjadi pemicu bangkitnya gerakan ekstrimis di Indonesia.

Lalu China yang sebelumnya mengutuk Taliban atas penyerangan pekerja konstruksi dan jalan China yang sedang ikut membangun infrastruktur di sana, namun negeri Tirai Bambu baru saja mengundang delegasi tinggi Taliban untuk membuat perjanjian kerjasama pada 27 Juli tahun ini. 

Negara yang secara ideologis tak memiliki kesamaan itu, mengemukakan alasan keamanan yang membungkus kerjasamanya dengan Taliban. China tak ingin Afganistan membuka wilayahnya untuk dijadikan pangkalan oleh Kelompok Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang mengobarkan separatisme di kalangan warga etnis uighur di Xinjiang, China barat.

Tak hanya itu, negara-negara besar seperti Perancis, Rusia, Inggris pun mulai merapatkan diri ke pemerintahan baru Afghanistan meskipun pada awalnya mengutuk ideologi yang diusung Taliban. Apa yang begitu menarik dari Afghanistan sehingga menjadi magnet bagi negara-negara besar dan adidaya ini?

Untuk memahami geopolitik yang kompleks ini, maka kita perlu mempelajari sejarahnya.

Tahukah teman-teman bahwa Afghanistan dikenal sebagai "Graveyard of Empires" atau "Kuburan Para Penguasa"? 

Itu karena banyak negara adidaya yang masuk ke Afghanistan tetapi kembali setelah mempermalukan diri sendiri, karena gagal mempertahankan kekuasaan di sana.

Orang Inggris datang pada abad ke-19.
Mereka harus menanggung kekalahan yang sangat memalukan.

Pada abad ke-20, Uni Soviet datang ke Afghanistan. Dan kembali setelah 9 tahun dengan membawa pulang rasa malu.

Dan di abad ke-21, AS datang ke Afghanistan. Dan sekarang kembali dengan kerugian yang tak sedikit. Bukan karena Afghanistan belum pernah ditaklukkan sebelumnya.

Penguasa Makedonia Alexander telah melakukannya. Orang-orang Arab melakukannya. Penguasa Mongol Genghis Khan, penguasa Mughal Shah Jahan dan Aurangzeb telah melakukannya. Dan raja India Sikh Raja Ranjit Singh juga telah melakukannya.

Tetapi diyakini bahwa para pejuang Afghanistan membuat sangat sulit bagi penguasa asing mana pun untuk menguasai negerinya.

Mari kita mulai dari tahun 1800-an. Periode itu lebih relevan dengan situasi saat ini.

Ada kerajaan besar Rusia di Utara pada saat itu. Dan kerajaan Inggris di Selatan. India kemudian diduduki oleh Inggris. Dan di tengahnya ada zona penyangga (buffer zone) yaitu Afganistan. Pada masa itu Rusia dan Inggris saling waspada. Mereka takut negara lain menduduki Afghanistan dan menciptakan masalah bagi mereka.

Ada kartun politik yang sangat terkenal tentang itu. Dimana Rusia digambarkan sebagai Beruang dan Inggris sebagai Singa. Dan Afghanistan berada di tengah.

Kartun politik yang menggambarkan Emir Sher Khan dan
Kartun politik yang menggambarkan Emir Sher Khan dan "teman-temannya" Beruang Rusia dan Singa Inggris. 1878. (cartoonstock.com)
Awalnya, negara-negara Barat tidak tahu banyak tentang Afghanistan. Ketika seorang penjelajah Skotlandia Alexander Burnes pergi ke sana dan kembali dengan selamat, ia menjadi mirip dengan seorang pahlawan di negara-negara barat. Buku yang ditulisnya tentang Afghanistan, "Travels Into Bokhara" menjadi buku terlaris.

Pada tahun 1838, kerajaan Inggris mulai merasa cukup termotivasi dan percaya diri untuk menduduki wilayah Afghanistan. Mereka sangat percaya diri dengan kemenangan mereka. Mereka yakin akan menguasai Afghanistan.

Lalu ada seorang raja di Afghanistan. Namanya Emir Dost Mohammad dari dinasti Barakzai. Inggris memulai perang dan menggulingkan Emir Dost Mohammad dari tahta. Lalu menempatkan boneka mereka Shah Shujah di atas takhta. Tidak ada tentara di Afghanistan saat itu. Sebaliknya, ada ribuan desa kecil yang terisolasi. Dan seorang kepala desa di setiap desa.

Sketsa Emir Dost Mohammad (fineartamerica.com)
Sketsa Emir Dost Mohammad (fineartamerica.com)
Para kepala desa memimpin beberapa anak laki-laki dari desa mereka untuk berperang atas nama Emir dengan imbalan sejumlah uang. Namun pengaruh uang menciut di bawah pemerintahan Emir Shah Shujah yang kejam.

Jadi kepala suku dari desa-desa kecil bersatu di bawah kepemimpinan
Kepala Akbar Khan. Dan semua penduduk desa ini memulai perang melawan Inggris. Perang ini berlangsung selama tiga tahun.

Sketsa Emir Shah Sujah (peopleill.com)
Sketsa Emir Shah Sujah (peopleill.com)
Orang Inggris punya senjata api yang cukup canggih. Namun terlepas dari itu, Inggris dikalahkan. Shah Shujah dibunuh. Dost Mohammad ditempatkan di atas takhta lagi. Perang ini dikenal sebagai Perang Anglo-Afghanistan Pertama.
Lalu diikuti oleh Perang Anglo-Afghanistan Kedua pada tahun 1878. Inggris menyerang Afghanistan lagi. Kali ini, Inggris memenangkan perang. Dan menduduki wilayah Afganistan.

Tapi mereka tidak berniat untuk menetap di seluruh wilayah Afghanistan. Mereka mendukung seorang Emir baru bernama Abdur Rahman. Dia kemudian dikenal sebagai Iron Emir.

Foto Abdur Rahman Khan
Foto Abdur Rahman Khan "Iron Emir" (hevisualized.com)
Inggris membiarkan aturan internal tetap di Afghanistan. Mereka hanya ingin memiliki pengaruh di zona penyangga dengan Kekaisaran Rusia. Untuk menjalin hubungan persahabatan. Dan tetap ada stabilitas di Afghanistan.
Pada tahun 1893, Garis Perbatasan Internasional ditarik antara Afghanistan dan India Britania. Perbatasan itu terkenal dengan nama "Garis Durand".
Gambar peta Garis Durand yang ditandai dengan garis bewarna merah (Weaveravel )
Gambar peta Garis Durand yang ditandai dengan garis bewarna merah (Weaveravel )
Pada tahun 1907, ada kesepakatan antara kerajaan Inggris dan Rusia di mana Rusia mengakui bahwa Afghanistan berada di bawah lingkup kerajaan Inggris.
Dan Rusia berjanji untuk menjauh dari Afghanistan. Sekitar waktu ini, pada tahun 1918, Revolusi Komunis terjadi di Rusia. Dan Lenin berkuasa.

Ini kemudian berpengaruh di Afghanistan. Setelah hanya setahun, Perang Inggris-Afghanistan ketiga terjadi pada tahun 1919. Perang itu kemudian dikenal sebagai Perang Kemerdekaan di Afghanistan. Karena Afghanistan melawan Inggris untuk mendapatkan kemerdekaan penuh.

Sampai saat itu, Afghanistan memiliki status sebagai "Negara yang Dilindungi Inggris". Dimana Inggris menguasai Luar Negeri Afganistan. Afghanistan memperoleh kemerdekaan penuh dari Inggris setelah perang ini. Dan Inggris mengakui kemerdekaan penuh Afghanistan.

Penguasa Afghanistan, Emir Amanullah Khan,  memenangkan perang tersebut melawan Inggris. Beberapa orang percaya bahwa Inggris sengaja kalah dalam perang ini karena alasan strategis agar Garis Durand menjadi perbatasan yang jelas antara Afghanistan dan British India.

Hingga saat ini, Garis Durand ini merupakan perbatasan sebenarnya antara Afghanistan dan Pakistan.

Tapi bagaimana Perang Anglo-Afghanistan ini terkait dengan Afghanistan dan Taliban saat ini?
Memang ada hubungan.

Invasi sebelumnya ke Afghanistan oleh Inggris dan kemudian invasi oleh Amerika, dan baru-baru ini oleh Uni Soviet, semuanya memiliki penyebab dan keprihatinan yang sama.

Negara adikuasa ini telah memberikan alasan yang sama atas keputusan mereka untuk menyerang Afghanistan.

Alasan umum yang sering diberikan adalah bahwa penduduk asli yang tinggal di sana merupakan masyarakat belum beradab dan mereka yang ingin menguasai ini beradab, dan karenanya mereka akan pergi ke sana untuk mengajari penduduk asli di Afghanistan cara hidup dan pemerintahan yang benar.

Semua negara adikuasa ini, bahkan yang pernah menjadi negara adikuasa memiliki kepentingan egois dan alasan geopolitik di balik invasi ke Afghanistan.

Lanjut ke cerita kita sebelumnya.
Amanullah Khan merupakan seorang liberal dan progresif. Pada tahun 1926, ia membuat Afghanistan menjadi monarki konstitusional. Dia kemudian diangkat sebagai Raja. Dan Afghanistan menjadi Kerajaan Afghanistan.

Mengapa saya menyebutnya liberal dan progresif? Karena ia memisahkan diri dari tradisi utama dinastinya dengan menikahi hanya satu wanita. Setiap penguasa sebelum dia menikahi banyak wanita. Dia hanya menikahi wanita yang dia cintai. Pernikahan ini adalah pernikahan cinta.

Istrinya adalah Soraya Tarzi dan diberi gelar Ratu pada tahun 1926. Soraya mengantarkan revolusi baru bagi perempuan di Afghanistan. Raja dan Ratu berkampanye melawan poligami bersama.

Mulai sekolah untuk anak perempuan, menuntut persamaan hak bagi perempuan, memberi perempuan hak untuk mengajukan perceraian, dan mendorong pengadilan dan pendidikan sekuler.

Aturan berpakaian ketat untuk wanita di Afghanistan juga dihapus. Bahkan, saat memberikan pidato publik, Soraya melepas hijabnya di depan orang banyak. Ia mengatakan bahwa tidak ada dalam Islam yang tertulis bahwa wanita harus menutupi seluruh tubuh mereka, jadi tidak perlu memakai jenis penutup khusus.

Foto Amanullah Khan bersama istrinya Soraya Tarzi (thathistorynerd.com)
Foto Amanullah Khan bersama istrinya Soraya Tarzi (thathistorynerd.com)

Tapi seperti di sepanjang sejarah manusia lainnya, setiap kali seseorang mencoba melakukan reformasi sosial seperti ini, semua ekstremis agama mengangkat pedang.

Hal yang sama terjadi di Afganistan. Para 'penjaga agama' ini mengklaim bahwa itu merupakan serangan terhadap Islam.

Ada pemberontakan melawan Raja pada tahun 1923. Dan pemberontakan lainnya pada tahun 1924. Kedua pemberontakan itu ditumpas. Namun pada tahun 1929, akhirnya pemberontakan berhasil. Raja dan Ratunya melarikan diri ke British India.

Pada tahun 1929, India masih di bawah kekuasaan Inggris. Putri mereka lahir di Bombay. Mereka menamai putri mereka India (Putri India kini berusia 92 tahun dan tinggal di Roma).

Setelah ke India, Amanullah dan Soraya pergi untuk menetap di Roma. Beberapa orang percaya bahwa Inggris tidak senang melihat Afghanistan makmur. Jadi mereka secara diam-diam mengedarkan foto-foto Ratu yang telah berubah ke-barat-baratan ke masyarakat untuk menghasut orang-orang melawan Amanullah dan Soraya.

Tapi ekstremis yang menggantikan Amanullah, juga digulingkan dalam tahun itu. Inggris bahkan membantu. Pertama, Nadir Shah menjadi penguasa baru Afghanistan.

Dan pada tahun 1933, putranya Zahir Shah menjadi raja baru negara itu. Selama 40 tahun ke depan. Selama 40 tahun, ia memimpin modernisasi yang menakjubkan di Afghanistan dan menjalin hubungan luar negeri dengan negara lain. Ketika India dan Pakistan memperoleh kemerdekaan dari Inggris, Garis Durand antara Pakistan dan Afghanistan dijadikan perbatasan permanen.

Afghanistan tidak senang dengan itu.
Afghanistan menginginkan lebih banyak wilayah dari Pakistan. Dan alasannya adalah karena mayoritas penduduk di Afganistan, adalah etnis Pashtun, sekitar 38%. (Bahkan kata "Taliban" berasal dari bahasa Pashtun yang artinya "murid-murid"). Dan di antara orang-orang di distrik Khyber Pakhtunkhwa Pakistan, jumlah Pashtun yang sama hidup.

Sebab itu, Afganistan mendukung gerakan separatis di Pakistan. Terutama Perdana Menteri Raja Zahir Shah, Daoud Khan sangat mendukung hal ini. Daoud Khan merupakan sepupu Zahir Shah. Karena itu, Pakistan menutup perbatasannya dengan Afghanistan. Mengakibatkan terhentinya perdagangan antara kedua negara.

Jadi Zahir Shah membuat Perdana Menterinya Daoud Khan mengundurkan diri pada tahun 1963. Konstitusi baru dibawa pada tahun 1964 yang memperkenalkan pemilihan Parlemen untuk memilih Perdana Menteri di Afghanistan.

Pada tahun 1965 diadakan pemilihan umum. Tetapi aturan tersebut menyatakan bahwa anggota keluarga kerajaan tidak dapat memegang jabatan politik apa pun. Tujuan di baliknya adalah untuk mencegah Daoud Khan menjadi Perdana Menteri lagi. Namun, perempuan telah diperbolehkan untuk ikut memilih dalam pemilihan ini.

Sekitar waktu ini, dua jenis ideologi terlihat di Afghanistan. Yang pertama adalah ideologi Komunis di bawah PDPA (Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan), dan yang kedua adalah ideologi Islam.
Mari kita lihat relevansi kedua ideologi.

Pada tahun 1973, Zahir Shah sedang dalam perjalanan ke luar negeri ke suatu negara. Daoud Khan, dengan dukungan Angkatan Darat, komunitasnya dan teman-teman kirinya, melakukan kudeta. Sebuah kudeta tak berdarah. Namun, Zahir Shah berhasil menjadi penguasa baru.

Setelah menguasai seluruh negeri dengan bantuan Angkatan Darat, Daoud Khan tidak menyebut dirinya seorang Raja. Sebaliknya, ia menjadi presiden pertama Afghanistan. Dan menjadikan Afghanistan sebagai Negara Republik.

Foto presiden pertama Afghanistan Mohammed Daoud Khan
Foto presiden pertama Afghanistan Mohammed Daoud Khan
Sepintas, ini sepertinya langkah yang bagus. Karena negara itu berubah dari Monarki Konstitusional menjadi Republik. Namun pada kenyataannya, Daoud pada dasarnya membubarkan DPR dan Yudikatif, lalu membangun kediktatoran.
Zahir Shah yang tidak berada di negara itu kemudian tidak punya pilihan selain menerimanya. Zahir pergi ke pengasingan di Italia.

Meskipun menjadi diktator, Daoud Khan membawa beberapa reformasi sosial dan ekonomi yang baik di Afghanistan. Dia menasionalisasi semua bank. Dan mungkin sulit untuk dipercaya,
tetapi pada tahun 1960-an dan 1970-an Afghanistan terlihat seperti ini.

Foto pelancong Hippie Trail di Afghanistan. (lahore.city-history.com)
Foto pelancong Hippie Trail di Afghanistan. (lahore.city-history.com)

Afghanistan saat itu merupakan tempat yang sangat damai. Bahkan, Afghanistan menjadi tujuan utama dari Hippie Trail. Hippie Trail pada dasarnya merupakan sebuah gerakan wisata alternatif yang menonjol di negara-negara barat.
Orang Eropa dan Amerika mengikuti rute Iran-Afghanistan-Pakistan-India-Nepal. Mereka akan melakukan perjalanan murah dan untuk jangka waktu yang lama seperti pengembara. Tanpa reservasi hotel.

Tinggal di tenda buatan dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Dan orang Afghanistan lokal juga cukup ramah terhadap mereka. Sekitar waktu ini, Afghanistan adalah tujuan wisata yang relatif damai dan populer. Sulit dipercaya tapi itulah kenyataannya.

Namun setelah ini, Afghanistan kembali terjebak di antara dua negara adidaya. Sebelumnya itu antara Inggris dan Rusia yang dikenal sebagai Great Game.

Setelahnya, datang Perang Dingin. Perang ideologis besar antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dimana kedua negara berusaha untuk mempengaruhi negara lain dalam Perang Dingin. Ada dinding virtual dalam Perang Dingin yang dikenal sebagai Tirai Besi yaitu pembatas ideologi dan wilayah fisik antara Eropa Barat dan Eropa Timur. Maka dibangunlah Tembok Berlin, karena Tirai Besi juga melewati Berlin.

Jadi negara-negara di satu sisi Tirai Besi berada di bawah pengaruh Amerika. Dan negara-negara di sisi lain berada di bawah pengaruh Uni Soviet. Tapi ada juga kategori ketiga. Itulah yang dikenal dengan Gerakan Non-Blok, yang dimulai oleh Perdana Menteri India Jawarharlal Nehru. 

Pada dasarnya berarti bahwa Gerakan Non-Blok tidak akan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat maupun di bawah Uni Soviet. Gerakan Non-Blok akan tetap mandiri tanpa terpengaruh oleh mereka. Yugoslavia dan beberapa negara lain juga non-blok.

Negara terpenting dalam kisah ini, Afghanistan, juga merupakan anggota Gerakan Non-Blok. Daoud melanjutkan kebijakan ini. Ketika Daoud Khan menjadi Perdana Menteri di bawah pemerintahan Zahir Shah, dia mendapat dukungan dari Uni Soviet untuk memodernisasi Afghanistan.

Tetapi ketika Perang Dingin dimulai mereka memutuskan bahwa mereka tidak ingin bergantung pada Uni Soviet dan ingin menjadi negara yang merdeka, bebas dari salah satu negara tersebut.

Jadi mereka memimpin India dan melanjutkan hubungan dengan Amerika Serikat. Uni Soviet sama sekali tidak senang dengan ini.

Penguasa Uni Soviet kala itu, Leonid Brezhnev marah dengan aksi tersebut. Dan menasihati Daoud untuk menyingkirkan semua penasihat Imperialis di Afghanistan. Daoud menjawab dengan mengatakan bahwa orang Afghanistan adalah tuan dari rumah mereka sendiri. Dan tidak seorang pun yang berhak memberi tahu mereka bagaimana menjalankan urusannya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, Partai Komunis di Afganistan, PDPA terpecah menjadi dua faksi. Uni Soviet berusaha mempertahankan persatuan di kedua belah pihak.

Pada tahun 1977, Daoud Khan menciptakan partai barunya. Partai Revolusioner Nasional. Partai baru ini menciptakan konstitusi baru, yang memiliki tiga fitur utama yaitu Islam, Nasionalisme dan Sosialisme.

Daoud mencoba menenangkan para ekstremis Islam. Tapi dia merasakan bahaya dari dua faksi lain dari Partai Komunis. Jadi dia mulai membunuh anggota partai itu.

Kaum liberal di Afghanistan tidak senang dengan tingkat kediktatoran di Afghanistan. Karena keserakahannya untuk tetap berkuasa, Daoud Khan menimbulkan kegemparan di negara itu. Negara yang dulunya sangat damai, berubah menjadi sarang bagi banyak pembunuhan.

Pada April 1978, seorang pemimpin Komunis dibunuh di Afghanistan, oleh orang tak dikenal. Dan pembunuhan ini menjadi titik kritis Daoud Khan. Kudeta pun dilakukan terhadap Daoud Khan.

Pertama, dia melakukan kudeta terhadap sepupunya Zahir Shah. Kemudian, kudeta dilakukan terhadapnya.

Daoud terbunuh dalam kudeta dengan keluarganya setelah beberapa pertempuran sengit. Kudeta ini dikenal sebagai Revolusi Saur.

Setelah itu, Afghanistan menjadi negara Republik Demokratik. Pemerintah komunis baru mulai berkuasa. Dipimpin oleh Presiden baru, Nur Muhammad Taraki.

Foto Presiden kedua Afganistan Nur Muhammad Taraki (timetoast.com)
Foto Presiden kedua Afganistan Nur Muhammad Taraki (timetoast.com)
Di bawah pemerintahannya, beberapa reformasi yang lebih baik terjadi. Lahan-lahan dibagikan kepada para petani, kemakmuran meningkat. Pada Hari Kemerdekaan Afghanistan, ia meluncurkan saluran TV pertama di negaranya, menghentikan praktik pinjaman yang tidak adil, menghentikan praktik membeli pengantin dan mengambil kekuasaan dari para ekstrimis dan ulama Islam.

Anak-anak perempuan dikirim ke sekolah. Taraki dengan penuh keyakinan mengatakan dia sangat menentang agama sehingga para ekstremis di Afghanistan mulai mengambil sikap yang lebih ekstrim.

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ada dua partai politik utama di Afghanistan sejak sistem pemilihan Parlemen mereka dimulai.

Yang satu Islamis, yang lain Komunis. Kaum Islamis sekarang frustrasi dengan semua tindakan. Alhasil mereka menjadi sangat ekstrim sehingga mereka menyatakan perang saudara melawan Komunis.

Saat itu PDPA sudah terpecah menjadi dua faksi. Itu juga merupakan alasan melemahnya mereka. Karena perang ini, Nur Muhammad Taraki terbunuh pada tahun 1979.

Uni Soviet kemudian mendapat alasan untuk menyerang Afghanistan. Mereka ingin melindungi ideologi komunis mereka. Uni Soviet melihat bahwa partai-partai Komunis di Afghanistan berada dalam bahaya.

Mereka memutuskan untuk melakukan segalanya untuk melindungi ideologi tersebut. Mereka memasuki Afganistan. Untuk memulai perang melawan Mujahidin.

Di sisi lain, Amerika melihat ini sebagai upaya Uni Soviet untuk membangun pengaruhnya di Afghanistan, Negara lain yang bisa digunakan Amerika untuk mengalahkan Uni Soviet dalam Perang Dingin.

Jadi bagaimana Amerika bisa abstain? Ia mencari ideologi lawan di sana, yang tak lain adalah kaum Islamis dan Mujahidin. Amerika mendanai dan mendukung kaum Islamis sehingga dapat membangun pengaruhnya sendiri atas Afghanistan.

Kapan Taliban berakar di antara semua ini?
Dari mana asal Osama bin Laden?

Dan bagaimana keterlibatan Amerika di Afghanistan terus berkembang selama 20 tahun ke depan?

Saya membahasnya di artikel Kebangkitan Taliban, Krisis Afghanistan Terus Berlanjut.

*Referensi: disadur ulang dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun