Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penyerangan Gedung Capitol AS dan Ancaman Demokrasi yang Menjadi Tantangan Biden-Haris

9 Januari 2021   02:30 Diperbarui: 9 Januari 2021   22:02 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, sebagai mantan jaksa penuntut dan jaksa agung negara bagian, secara unik cocok untuk memimpin upaya ini. Haris ditantang untuk dapat memimpin kelompok kerja tingkat Kabinet dan mengembangkan pendekatan "pemerintah secara keseluruhan" yang bisa mencabut ancaman teror ini dari akarnya.

Tanggapan semacam itu harus mencakup peningkatan sumber daya untuk penegakan hukum di tingkat federal, negara bagian, dan lokal untuk menuntut sepenuhnya mereka yang aktivitasnya telah mengobarkan kekerasan, teror, dan bahkan hasutan. Pertama-tama, semua orang yang menyerang gedung Capitol minggu ini harus diidentifikasi dan dituntut sepenuhnya oleh hukum. AS akan membutuhkan kepemimpinan yang berfokus sepenuhnya pada masalah, bukan membuang waktu untuk politik, karena seperti yang kita saksikan hari ini, ketidaktanggungjawaban seperti itu menelan korban jiwa.

Tantangan selanjutnya Biden-Haris yaitu menyelidiki jaringan antara supremasi kulit putih dan kelompok ekstremis sayap kanan lainnya di AS dan luar negeri. Ada hubungan jelas yang membentang dari Charleston ke Charlottesville ke Christ Church ke Pittsburgh ke El Paso ke Halle dan sekarang ke D.C. Pasangan presiden terpilih ini harus menentukan apakah salah satu dari organisasi serupa harus dianggap sebagai Organisasi Teroris Asing dan menanganinya sesuai hukum.  

Selanjutnya, AS perlu menghidupkan kembali upaya mengeringkan rawa yang memelihara kelompok ekstremis ini. Sayangnya, selama empat tahun terakhir, Pemerintahan Trump telah menghancurkan dana untuk upaya mencegah radikalisasi dan perekrutan ke dalam kelompok ekstrimisme. Saatnya mendanai program-program ini sepenuhnya dan mendukung kelompok-kelompok semacam ADL di tingkat akar rumput yang dapat melakukan intervensi sebelum terlambat.

Baik dari belakang mejanya di Ruang Oval atau melalui akun Twitter-nya yang beracun, Trump telah memicu perpecahan, menyebarkan disinformasi, dan menumbuhkan kebencian. Dia telah menormalisasi apa yang dulunya tidak terpikirkan dan mengarusutamakan apa yang dulunya marginal. Untuk memulihkan AS, tidak cukup hanya beralih dari Trump. AS harus membasmi ancaman merusak yang telah dibantu kembangkan oleh Trump. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun