Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Overpopulasi, Apa Bahayanya untuk Kita?

5 November 2020   00:44 Diperbarui: 7 November 2020   16:30 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kepadatan penduduk. (sumber: AP via kompas.com)

Lihat saja Bangladesh. Pada tahun 1971, rata-rata wanita memiliki 7 anak-anak, tetapi 25% dari mereka akan meninggal sebelum usia 5.

Pada 2015, angka kematian turun menjadi 3,8% dan perempuan hanya melahirkan rata-rata 2,2 anak. Ini adalah aturan, bukan pengecualian. Negara maju tidak istimewa-istimewa amat sebenarnya, mereka hanya mulai duluan. Dan kita sedang menuju ke sana.

Waktu yang dibutuhkan negara maju sekitar 80 tahun untuk mengurangi kesuburan dari lebih dari 6 anak, menjadi kurang dari 3. Sedangkan yang lain melakukannya lebih cepat. Malaysia dan Afrika Selatan melakukannya hanya dalam 34 tahun; Bangladesh membutuhkan hanya 20 tahun. Iran berhasil dalam 10 tahun. 

Meskipun belum melewati tahap ke empat namun Indonesia sedang mengarah ke sana. Kita sedang berada di tahap ke tiga transisi demografi. Semua negara-negara yang berhasil ini tidak harus mulai dari awal, dan lebih banyak dukungan yang mereka dapatkan, semakin cepat mereka mengejar ketinggalan. 

Inilah sebabnya mengapa program yang membantu angka kematian anak lebih rendah atau membantu negara-negara miskin berkembang, adalah sangat penting.

Tidak peduli apa motivasi kita, apakah kita bermimpi tentang sebuah dunia di mana semua orang hidup dalam kebebasan dan kekayaan, atau hanya ingin sedikit pengungsi yang datang ke negara kita, kebenaran yang sederhana adalah, bahwa bermanfaat bagi kita secara pribadi jika orang di sisi lain dari dunia dapat menjalani kehidupan yang baik.

Nyatanya kita sedang menuju ke sana, persentase orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim tidak pernah serendah hari ini. Jadi masa depan pertumbuhan populasi global bukanlah ramalan akhir zaman. Pertumbuhan penduduk akan melambat dan akhirnya berakhir sejalan dengan perkembangan dunia. 

PBB memperkirakan bahwa Populasi dunia diproyeksikan akan mencapai 8,5 miliar pada tahun 2030, dan meningkat lebih lanjut menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050 dan 11,2 miliar pada tahun 2100 dilansir dari Proyeksi Populasi Dunia (World Population Project) 2019 PBB (lihat di sini). 

Artinya, laju pertumbuhan dunia semakin melambat. Di tahun tersebut (2100) laju pertumbuhan penduduk menjadi sangat lambat karena akses kontrasepsi telah mudah bagi semua orang di seluruh dunia. Dan dengan tingkat perkembangan dunia yang meningkat, jumlah orang berpendidikan tinggi akan meningkat sepuluh kali lipat. 

Negara yang biasa membutuhan bantuan, akan membantu pengembangan negara berkembang lain sebagai gantinya. Lebih banyak orang berarti lebih banyak orang mampu untuk memajukan spesies kita. 

Jadi, mari kita mulai melakukan bagian kita dengan terus-menerus mengembangkan diri dan menjadi penolong bagi sesama. Niscaya Tuhan memberkati kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun