Jadi kita bisa bayangkan situasinya -- ia berjalan jauh untuk mendapat suntikan. Ia meninggalkan kebunnya, terkadang anak-anaknya, dan suntikannya habis. Ia tidak tahu kapan suntikannya tersedia lagi. Beberapa wanita di daerah saya, Papua, punya cerita yang sama.
Tidak hanya daerah saya, nyatanya saya menemukan masalah yang sama di seluruh dunia dalam data unmet need WHO 2019. Sebanyak 250 ribu wanita per tahun yang tidak ingin mengandung dan mereka meninggal ketika melahirkan. Ada lagi 900 ribu wanita per tahun yang tadinya tidak ingin hamil, dan mereka melahirkan, kemudian bayinya meninggal pada bulan pertama. Jumlah tersebut adalah jumlah yang terdata, diperkirakan masih banyak lagi keluarga di luar sana yang belum terdata unmet need-nya.Â
Unmet need adalah kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi. Kondisi ini mengisyaratkan keinginan pasangan usia subur (PUS) terhadap suatu jenis alat kontrasepsi yang tidak tersedia sehingga mereka mengambil keputusan untuk tidak menggunakan alat atau metode kontrasepsi. Kita semua ingin menyelamatkan para ibu dan bayi ini.Â
Satu cara yang paling simpel dan transformatif yang bisa dilakukan adalah memberikan akses metode KB pada semua orang untuk memastikan adanya otonomi reproduksi bagi setiap orang. Termasuk mengizinkan isteri ketika ingin menunda kehamilan. Dengan KB wanita lebih mempunyai persiapan yang baik dalam merawat keluarganya, sehingga menciptakan generasi penerus yang tangguh.
Setelah semua pemahaman akan pentingnya otonomi reproduksi bagi setiap pasangan, tidak menutup kemungkinan muncul pernyataan dari beberapa masyarakat dengan kebudayaan konservatif: "Boleh saja bicara tentang menyelamatkan nyawa dan pemberdayaan wanita. Namun seks itu sakral. Dan apa yang diusulkan KB akan memperbesar kemungkinan meningkatnya seks di luar nikah. Dan itu salah."
Saya akan bilang bahwa memang seks itu sakral. Sakral di Jerman, sakral di Amerika Serikat, sakral di Prancis dan di seluruh dunia. Fakta bahwa 98 persen wanita di negara-negara tersebut yang pernah berhubungan seksual mengatakan bahwa menggunakan KB tidak berarti seks jadi kurang sakral. KB berarti mempunyai pilihan akan hidup mereka. Saya pikir pilihan tersebut juga berarti menghargai kesakralan dari sebuah keluarga dan nyawa seorang ibu dan anak-anaknya. Bagi saya, menyelamatkan mereka juga merupakan hal yang sangat sakral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H